"Lutut lo gimana?" Tanya Jeno sambil menaruh tasnya di kursi.
Jaemin yang sedang memainkan handphonenya hanya mengangkat Jempolnya menjawab pertanyaan Jeno. Yang bertanya pun tidak ambil pusing, ia mendudukan dirinya di samping Jaemin.
"Eh Na, kayanya mata lo sedikit bengkak deh. Lo abis nangis apa gimana dah?"
"Nanya mulu lo, iya kemaren gue nangis karena abis nonton drama."
"Wah gila, gue gak nyangka orang kayak lo suka nonton drama." Ucap Jeno sambil menutup mulutnya.
Bruk!
"Halo rakyat-rakyatku, tuan muda Haechan datang!"
Haechan menendang pintu kelas dan berteriak sangat keras, Jaemin dan Jeno mengalihkan pandangan mereka pada Haechan yang datang dengan cara yang tidak biasa, di belakang Haechan ada Renjun yag menunjukkan wajah malasnya.
"Renjun tolong kursi." Haechan memerintah Renjun untuk menurunkan kursinya.
"Turunin sendiri Sat, gue bukan babu lo!"
Renjun memukul belakang kepala Haechan dengan tasnya, karena Haechan membuatnya sangat emosi. Jeno mengelus belakang kepalanya saat mendengar suara renyah dari pukulan Renjun pada kepala Haechan.
"Eh kalian udah ngerjain prnya Bu Eli belum? Sumpah, itu banyak banget Gila!" Haechan berucap heboh.
"Demi apa ada PR?! Na, kok lo tega banget gak ngasih tau gue." Jeno panik saat Haechan berkata seperti itu ia mengguncang tubuh Jaemin ke kanan dan kiri, karena tidak terima.
"Gue lupa."
"Ck ck ck, sangat tidak mencerminkan murid yang teladan." Haechan menyaut lagi.
"Udah diem aja lo Chan, lo juga gak ada bedanya, mana ada murid teladan nyontek PR." Ucap renjun sambil menarik lengan Haechan agar berbalik menghadap ke depan.
"Lama-lama lo gue laporin deh Njun, KDRT mulu perasaan."
"KDRT apaan sih!" Renjun kembali memukul lengan Haechan dengan keras.
"Tuh Kan!!! Lo KDRT lagi. Belum jadian aja udah banyak KDRT apalagi kalau udah, jangan sering-sering lah Njun tar kalau gue mati sebelum kita bisa nikah gimana?"
"Ngarep banget Bangsat!"
Kring!!!
Suara bel berbunyi namun Jeno bahkan belum menulis apapun, dirinya semakin panik saat mendengar suara ketukan sepatu pantofel pada lantai di luar ruangan. Ia melihat Jaemin yang masih saja santai dan memegang bahunya.
"Na gimana ini?"
"Ck, santai aja. Percaya sama gue, dihukum itu seru. Gue bakal bawa lo nyobain cilok terenak di kota ini."
"Lo ngajakin gue bolos?"
"Oh gamau? Yaudah gapapa."
"Siapa bilang gamau, itu udah rutinitas gue di sekolah lama. Tapi gue cuman kaget aja sih soalnya muka lo tuh muka-muka orang baik gitu."
Ketukan pada pintu menghakhiri acara mengobrol mereka, Jaemin dan Jeno bahkan kini tidak mengeluarkan alat tulis apapun dari tas mereka, padahal meja lain sudah penuh dengan buku-buku.
"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita akan melanjutkan materi tentang limit. Tetapi sebelum itu silahkan untuk mengumpulkan PR minggu kemarin di meja Ibu."
Murid di kelas itu berdiri dan bergantian untuk menyimpan buku prnya masing-masing, kecuali Jeno dan Jaemin yang hanya duduk diam. Bu Eli yang melihat mereka, berdiri dan menghampiri keduanya.
"Mana PR kalian?"
"Maaf Bu saya lupa ada PR." Jawab Jaemin.
"Saya juga Bu."
"Kalian ini, makanya kalau ada pr langsung dikerjakan, jangan ditunda-tunda. Keluar kalian dari kelas ibu!"
Jeno dan Jaemin keluar dari kelas itu dengan kepala tertunduk, mereka dapat melihat Haechan dan Renjun yang menggeleng-gelengkan kepala, juga siswa lain yang memerhatikan mereka dari segala sudut ruangan.
Saat sudah berada cukup jauh dari ruangan kelas itu, mereka mengangkat kepala mereka dan saling bertatapan sambari tersenyum pada satu sama lain.
"Cilok?"
"Let's go!"
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki di Ujung Jalan (NoMin)
Novela JuvenilJaemin lelah dengan hidupnya, namun kedatangan seorang murid baru mampu membantunya melewati semua itu. Orang yang membuatnya percaya bahwa ia tidak sendirian.