LUJ 012

174 17 0
                                    

"Lo langsung kerja Na?" Jeno menyamakan langkahnya dengan Jaemin.

"Iya, gue buru-buru nih, udah telat. Kalau mau tanya sesuatu ntaran aja ya." Jaemin menjawab tanpa mengurangi kecepatan berjalannya.

Mereka berjalan begitu cepat, melewati lorong-lorong kelas hingga ke parkiran. Saking terburunya Jaemin tidak menghiraukan kehadiran Jeno yang masih mengikutinya, saat ia hendak menaiki sepeda, tangan Jeno menahannya.

"Lama kalau pake sepeda, jarak dari sini ke tempat kerja lo itu ga deket ya. Gue anter aja pake motor. Tapi parkirnya di neolab depan, Lo tunggu aja di samping gerbang." 

Ia menggandeng tangan Jaemin hingga keluar gerbang sekolah. Tidak tepat di gerbangnya tentu saja. Karena bisa-bisa Jeno di tahan oleh satpam sekolah karena mengendarai sepeda motor tanpa SIM.

Jeno memakaikannya Helm dan mulai melajukan motornya membelah jalanan yang tidak terlalu padat saat itu, sinar mentari yang perlahan mulai hilang menerpa wajah Jaemin, menjadikannya pemandangan indah bagi Jeno yang melihat dari kaca spionnya.

Jaemin yang berada di jok belakang memperhatikan lelaki yang ada di depannya. Entah mengapa, memandangnya dari belakang membuat jantungnya berdetak lebih cepat, apalagi mengingat kembali semua hal kecil yang Jeno lakukan membuatnya merasa dicintai.

Lampu merah yang menyala membuat Jeno menghentikan laju motornya. Jeno melirik ke arah kaca sepion dan melihat Jaemin yang juga tersenyum kearahnya. Sedetik kemudian ia merasakan kehangatan yang mengenai punggung belakangnya saat Jaemin memeluknya secara tiba-tiba.

Jeno mengelus lembut tangan Jaemin yang berada di perutnya, ia bersyukur bisa satu langkah lebih dekat lagi dengan Jaemin. Jujur ia menyadari perasaanya pada empunya bukan sekedar teman biasa. 


***

Jaemin kini berada dibalik meja kasir tempat ia bekerja. setelah mengatarnya, Jeno langsung berpamitan untuk menghadiri bimbel yang tempatnya tidak jauh dari minimarket tempat Jaemin bekerja. Jeno bilang ia akan mengunjunginya saat selesai bimbel.

Ia membuka ponsel untuk mengabari bundanya tentang kegiatannya selama satu hari ini, sebenarnya awalnya bunda akan mengunjunginya ke rumah, tetapi karena tidak praktis dan bunda juga punya keluarga yang harus ia urus, maka dari itu mereka beralih memanfaatkan chat untuk mengetahui kabar masing-masing.


Massage

JM

Bun, hari ini Nana ada cerita. Sebenernya malu mau bilang tapi, Bunda, gimana awalnya bisa ketemu sama suami Bunda?

read

BND

Bunda sama suami udah berteman lama Na, apa ya namanya?

Friend to lover

Nana mau cerita apa? 

JM

Kayanya Nana juga lagi ngalamin itu deh Bun

IHH, Nana bahas apa sih... MALU

Bunda kapan ke rumah?

read

BND

Hahaha, Nana lucu banget ngalihin topiknya, nanti kenalin ke Bunda ya siapa orangnya. 



Jaemin buru-buru menutup ponselnya, wajahnya sudah merah padam. Malu sekali rasanya, sampai-sampai banyak teriakkan yang terpendam di tenggorokkannya minta dikeluarkan. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, untung minimarket sedang sepi.

Ia memasukkan kepalan tangannya untuk menahan teriakkan, berakhir dengan dirinya yang memukuli meja kasir dengan brutal. Tidak menyadari kehadiran seorang pelanggan yang sedari tadi memandangnya dengan gemas.

"Na udah, kasian mejanya."

Pelanggan itu, Jeno, memang sudah di minimarket sejak lima menit yang lalu. Setelah menyelesaikan bimbelnya ia langsung pergi menemui Jaemin, namun si empunya malah sibuk dengan ponselnya,  Setidaknya ia bisa melihat sisi lain Jaemin yang sangat langka, apalagi kalalu bukan Jaemin yang salting.

Rasanya Jaemin ingin menghilang saja sekarang, imagenya di depan Jeno hancur sudah. Tidak ada yang tau sisi Jaemin yang seperti ini bahkan Chenle sekali pun. Ia menujukkannya hanya di depan keluarga, dan bundanya sekarang.

"Bye Jen." Jaemin melepas apronnya dan hendak menghampiri pintu keluar.

"Kemana Na?"

"Nyari jembatan buat loncat."

"HEH!"



tbc

Lelaki di Ujung Jalan (NoMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang