15. Rumah Vale

75 11 0
                                    

Kalau misal ada sebuah rumah yang bisa dijadikan sebagai basecamp, rumah Vale sepertinya cocok.

Sejak jaman Mahesa belum menikah dan sekarang mau jadi Ayah, rumah Vale selalu jadi tempat berkumpulnya Mahesa, Bryan, Shaka, Zain juga Razan

Tidak jarang juga Vale, Eja dan sahabatnya yang lain. Tapi sekarang sahabat Vale sudah pergi jauh untuk merantau.

Sebelumnya rumah Razan lah yang dijadikan sebagai basecamp karena Bryan dan Vale tinggal disana.

Namun karena keduanya sudah putus dan Vale pulang ke rumah lagi, ya sudah tidak lagi dijadikan sebagai basecamp. Apalagi sang pemilik rumah sedang LDR.

Rumah Vale nampak sepi. Padahal sejam yang lalu, ramai dengan celotehan Ayleen yang sedang membahas makanan bersama Sean. Tapi baru saja Vale keluar kamarnya, sepi sekali.

Kemana orang-orang?

Yang lain? Sudah tentu Bryan, Satya, dan Razan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang lain? Sudah tentu Bryan, Satya, dan Razan.

Ting tong

Vale meletakkan gelas yang ia pegang dan membuka pintu karena bel tidak berhenti berbunyi.

Loh?

"Lama banget buka pintu doang. Berat nih." Kata Theo kesal.

"Ya sorry."

Theo tidak sendiri melainkan bersama Bryan. Entah adiknya itu membawa apa sampai mengadu keberatan membawa barang.

"Lagian dari mana sih?"

"Ibu tadi belanja bulanan. Theo yang bawain." Bukan Theo yang menjawab melainkan Bryan.

"Oh ok. Sean mana, Yo?"

Lagi-lagi yang ditanya tidak menjawab. Dan lagi-lagi Bryan lah yang menjawab. "Lagi ke tempat Jani."

"Kalo mau makan ambil sendiri. Aku mau tidur." Vale melarikan diri ke kamar. Gadis itu tidak mau berlama-lama dekat dengan Bryan.

Bryan hanya tersenyum tipis. Kemudian mendudukkan diri di sofa ruang tengah. Laki-laki itu akan menginap di rumah Vale karena Mahesa mengajak kumpul bersama.

"Vale kemana Bry?" Tanya Ibu Vale yang baru saja datang.

"Katanya sih mau tidur, Bu."

"Alah paling cuman kabur tuh." Ucap Theo ketus.

"Siapa yang kabur?" Mahesa datang tiba-tiba. Rupanya ia hanya sebentar pergi ke rumah temannya.

Ayleen sudah masuk ke kamar dan beristirahat.

"Pasti Kak Vale kan?" Tebak Sean.

"Tadi dicariin Vale, Se."

"Udah tau, Bang Bry. Tadi ngechat soalnya hehe."

"Kamu dari mana? Berarti belum belanja ?" Tanya Mahesa pada adik sepupunya itu.

Sean meringis, "Dari rumah Jani hehe."

"Pacaran mulu." Sewot Theo.

"Ngaca dong. Lo juga tuh sama Mila."

Ibu Vale hanya menggeleng melihat perdebatan anak bungsunya dengan sang keponakan. "Udah malah berantem."

Fokus mereka kemudian teralihkan pada Vale yang terlihat murung tapi  juga buru-buru. Bryan jadi khawatir.

"Aku mau pergi." Pamit Vale pada orang-orang yang sedang berkumpul di ruang tengah.

Mahesa sadar akan Bryan yang masih memandang lekat adik sepupu perempuan satu-satunya itu.

"Ajak balikan sana."

"Dideketin aja lari bang." Ucap Theo.

"Selalu mengalihkan perhatian kalo diajak ngobrol soal Bang Bry." Imbuh Sean.

Ibu Vale merasa kasihan saat melihat Bryan menunduk tapi masih bisa tersenyum. Yang tertua mengusap bahu Bryan.

"Ibu nggak tau sama anak ibu satu itu. Dia jarang ngungkapin perasannya. Tapi yang ibu tau, masih ada perasaan buat kamu. Tapi ibu harap jangan sekarang ya, Bry."

Bryan mendongak, "Kenapa, Bu?"

"Biarin dia ngerasain sedih. Biarin dia ngeluapin emosinya. Ibu jarang ngeliat dia begitu. Mungkin dengan ini, dia bisa lebih terbuka. Yang pasti, ibu percaya dia bakal balik ke kamu."

Para anak-anak setuju dan percaya dengan apa yang baru saja ibu katakan.

"Bilang aja Ibu maunya Bang Bry yang jadi menantu ibu." Ucap Theo sinis.

"Ya itu sih pasti haha."

Semuanya tertawa. Bryan bersyukur bisa diterima di keluarga ini. Bryan sebenarnya memang sudah diterima dengan baik oleh keluarga Vale.

Pun demikian dengan Vale yang sudah diterima oleh keluarga Bryan. Namun, sebuah drama membuat hubungan keduanya harus berpisah.

Bryan sudah ikhlas namun ia masih akan berjuang untuk hubungannya dengan Vale. Mungkin sekarang keduanya memang harus berpisah sementara.

Ia percaya hubungannya dengan Vale akan kembali baik. Mereka akan kembali seperti apa yang Ibu Vale katakan tadi.

kadang akur kadang enggak, tapi Sean hanya bisa bersabar kalo Theo udah berulah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kadang akur kadang enggak, tapi Sean hanya bisa bersabar kalo Theo udah berulah

kadang akur kadang enggak, tapi Sean hanya bisa bersabar kalo Theo udah berulah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jadi gimana nih? mau balikan apa enggak?😹😹

Jadi gimana nih? mau balikan apa enggak?😹😹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Teman Hidup [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang