05

230 8 0
                                    

Saat baru menginjakkan kaki kedalam rumah, terdengar suara-suara yang tidak asing ditelinga kiara. Sepertinya mereka sedang membicarakan tentang suatu hal. Dengan rasa penasaran yang sangat besar, kiara berjalan dengan amat pelan supaya bisa mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan.

"Kapan kau akan menerima kenyataan ini kak?"

"Sampai kapan pun aku takkan pernah menerimanya, seandainya livia tidak meminta aku untuk berjanji maka sudah pasti aku akan memilih livia yang hidup bukan anak itu" dengan nafas memburu dia menjawab pertanyaan sang adik.

"Kau bukan orang bodoh kak!! Kau memiliki perusahaan dimana-mana!! bahkan kau bisa mengendalikan perusahaan ayah yang diambang kebangkrutan. Tapi kenapa dalam masalah ini KAU SANGATLAH BODOH!!!" Dengan nada bicara yang dinaikan dengan tangan yang menunjuk kearah alva.

"KAU TIDAK PERLU IKUT CAMPUR URUSAN KU SEAN!!!, KAU TIDAK TAHU APA-APA!!"

Al-Sean Sebastian Bagaskara merupakan adik kandung dari Thomas Alva Bagaskara yang kerap dipanggil Sean. Sean sendiri berusia 35 tahun dan belum berkeluarga. Sean salah satu orang yang menyayangi kiara selain tuan dan nyonya Bagaskara juga tuan dan nyonya Narenda orang tua dari livia.

"Asal kau tahu kak, kak livia pergi itu karena kehendak tuhan, bahkan jika bukan dengan cara melahirkan kiara pasti dengan cara lain kak livia akan tetap pergi meninggalkanmu!!"

"JAGA UCAPANMU KAPARAT!!, LIVIAKU TIDAK AKAN PERGI MENINGGALKAN KU KALAU BUKAN KARENA ANAK PEMBAWA SIAL ITU"
Dengan air muka yang merah padam dan urat-urat leher yang mengeras, alva tetap menyalahkan kepergian sang istri karena lahirnya sang putri.

Tes Tes

Butiran bening kembali lolos dari mata yang sangat indah dan sangat mirip dengan mata sang ibunda. Kiara merasakan sesak di dadanya saat mendengar pertengkaran antara papa dan pamannya itu.

Dengan tangan yang meremas dadanya yang terasa sangat nyeri, rasanya sangat sulit untuk kiara bernafas. Kiara berlari keluar rumah, sepertinya tuhan tahu kiara sedang tidak baik-baik saja sehingga tidak ada kendala saat kiara akan pergi meninggalkan rumah karena gerbang tidak di kunci dan pak udin juga sedang tidak ada dipos.

Kiara berlari tak tentu arah, tujuannya saat ini hanya ingin meluapkan sesak di hatinya. Ternyata kaki gadis cantik itu membawanya ke Pemakaman Cempaka Indah.

"Mam-ma" tempat pemakaman itu adalah tempat peristirahatan terakhir sang mama.

Dengan langkah pelan dan bulir air mata yang tak kunjung berhenti, Kiara melangkahkan kakinya menuju rumah yang sangat-sangat nyaman sehingga mamanya memutuskan untuk tidur selama-lamanya.

Setelah sampai disebuah makam dengan nisan yang bertuliskan

OLIVIA QUEEN NARENDRA
LAHIR : 4 MEI 1982
WAFAT : 10 JUNI 2006

Bagaikan jeli kaki kiara luruh begitu saja. Kiara terduduk tempat disamping makam sang mama. Dengan air mata yang semakin deras mengalir melewati pipi putihnya, kiara menatap makam mamanya.

"Kenapa mama pergi ma? Kenapa mama meninggalkan papa dan abang? Mereka sangat menyayangi mama, seharusnya yang ada saat ini bersama dengan mereka itu mama bukan kiara, kenapa kiara harus lahir kalau tidak ada yang menginginkan kiara ma? Kiara lelah ma sangat-sangat lelah"

Setelah meluapkan sesak dihatinya kiara memeluk nisan sang mama. Bahkan rasa sakit dikeningnya sudah tak terasa lagi karena sakit dihatinya.

Langit yang tadinya cerah berubah gelap seperti suasana hati kiara. Tetesan demi tetesan air turun membasahi bumi.

Triasih: Kiara Putri BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang