Assalamualaikum semuanyaaa. Selamat datang di kisah ini ✨
Kenalan dulu yuk ☺
Kenalin, aku Regina Putri,
kalian bisa panggil aku kaput 🤗Biar makin akrab dan rame. Kenalin diri kalian juga ya di kolom komen.
Nama dan askot kalian, biar kita bisa saling sapa ☺
Nice to meet you, prens and happy reading 💕
•
•“Mampir ke rumah aku dulu ya, Ra....” ujar Risa lagi setelah ia memasukkan buku catatan kecilnya ke dalam tas.
“Lain kali aja, Sa. Udah malam, nanti Nenek sama ayah khawatir kalau jam segini aku belum pulang.”
Risa mendongakkan kepalanya, melihat jam yang menempel di dinding masjid. Bukan tanpa alasan mereka berdua berada di masjid hingga jam menunjukkan hampir pukul sepuluh malam.
Pengajian mingguan yang biasa diselenggarakan di masjid itu baru saja selesai beberapa menit lalu. Bahkan, area masjid masih terlihat ramai oleh jamaah.
Gadis berwajah oval itu pun menghela napasnya kecewa, lantas kembali memelas pada Maira.
“Tapi kan kamu bisa telepon mereka. Janji deh, nanti pulangnya aku anterin sama kak Hafis,” bujuknya namun tak juga menggoyahkan keputusan Maira untuk segera pulang, “atau sekali-kali nginep kek di rumahku, Ra.”
“Aku ngga bisa Risa, sayang...” ucap Maira sembari mencubit pipi Risa yang menggembung dengan gemas, "kayaknya aku harus jadiin kamu kakak iparku dulu deh, baru kamu bisa nginep di rumah!" ujarnya sebal.
Sejurus kemudian, Risa mengaduh kesakitan karena seseorang menjitaki kepalanya dari belakang. Dengan cepat ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria dengan pakaian sholat yang masih lengkap berdiri di sana.
“Kak Hafis! Sakit tahu!”
“Salah sendiri maksa-maksa orang. Ayo pulang!”
Risa mengusap kepalanya, kekesalannya sekarang berlipat ganda.
“Jelas salah kakak! Coba kalau kakak jadiin Maira istri, Risa gak akan maksa gini!”
Untuk kedua kalinya Risa mendapat jitakan Hafis, namun tetap saja pria itu sama sekali tidak ambil pusing dengan celoteh adik perempuannya itu.
Maira hanya terkekeh menyaksikan tingkah mereka. Pasti sangat menyenangkan jika memiliki saudara yang bisa diajak bercanda. Meski Risa sering sekali mengeluhkan sikap Hafis yang suka menganggunya, namun itu menjadi sesuatu yang sangat diinginkan oleh anak tunggal seperti Maira.
“Jangan dengerin Risa. Kamu pulang aja, Ra. Udah malam.”
Maira mengangguk setuju. Ia cepat berdiri, diikuti oleh Risa yang masih memajukan bibir lima senti karena marah.
“Mau kakak anter?”
Mendengar tawaran Hafis, bibir Risa berubah bentuk menjadi sebuab garis yang melengkung, ia menampakkan deretan giginya, terangguk-angguk sembari melihat ke arah Maira yang belum menjawab tawaran Hafis.
"Ngga usah, kak. Maira bisa sendiri kok." Jawaban Maira meruntuhkan harapan Risa. Gadis itu kembali cemberut kecewa.
"Nanti kalo ketemu hantu jangan nangis lho!" seru Hafis diakhiri tawa kecil.
Ya, Maira akui itu adalah moment paling memalukan sekaligus sangat berkesan sampai mereka beranjak dewasa.
Maira pernah menangis karena takut hantu usai menonton video pendek horor, yang diperlihatkan oleh kakak kelasnya di pengajian. Sejak saat itu, Maira menangis tidak ingin pergi mengaji karena takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Menuju Surga
RomansaMaira telah menciptakan kesan pertama yang buruk dengan tetangga barunya. Kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka. Hingga suatu hari, keduanya harus saling terhubung karena Alisa. Gadis kecil yang membuat Maira jatuh hati saat kali pertama ber...