30. Ikatan batin

347 62 0
                                    

*Third Person POV

Kini [Name] dan Demon sudah sampai di dimensi Demon. Disana adalah tempat yang sangat aman karena hanya Demon dan [Name] lah yang memiliki akses untuk masuk.

Dimensi Demon terlihat seperti neraka. Lava dimana mana, hawa yang sangat panas, serta langit yang gelap kemerahan.

Di sana juga ada beberapa gunung berapi, dan di salah satu gunung ada tumpukan tengkorak yang di bentuk seperti kursi untuk duduk.

Sedangkan kondisi [Name] dan Demon cukup parah. [Name] dengan gaun tidur berwarna peachnya yang sudah rusak dan di hiasi bercak darah merah.

Demon yang memiliki beberapa luka parah di kakinya karna melawan beberapa bayangan sebelumnya, dan wajahnya pun memiliki beberapa luka.

Perlu di ingat juga, saat ini kekuatan [Name] sudah berkurang setengahnya.

Posisi mereka saat ini dengan [Name] yang mengalungkan satu tangannya di pundak Demon, dan Demon yang menuntun [Name] untuk duduk di tumpukan tengkorak.

Demon membiarkan [Name] duduk di singgasananya karna ya posisi [Name] lebih tinggi dari pada ia.

[Name] menyandarkan dirinya ke tengkorak tengkorak itu. Ia berusaha menenangkan dirinya, ia berusaha untuk memfokuskan tenaganya untuk menyembuhkan luka yang ada dk badannya.

Sedangkan Demon sudah tepar di bawah singgasana karna tak sanggup untuk duduk akibat kakinya yang sakit.

Proses regenerasi keduanya sangat lambat dikarenakan emosi yang tidak stabil dan tenaga mereka yang terkuras serta kekuatan mereka yang tiba tiba menurun drastis.

[Name] hanya memberhentikan pendarahannya, ia tak benar benar menyembuhkannya. Karna ia ingin menyimpan tenaganya untuk menyembuhkan Demon.

"Demon.." Lirih [Name] yang berusaha duduk tegap.

Demon yang mendengarkan [Name] memanggilnya pun bangkit dari posisi tidurnya, dan berlutut sembari menundukkan kepalanya kepada [Name].

"Iya nyonya" sahut Demon.

[Name] yang terkejut dengan perubahan sikap Demon merasa was was. Apakah ini benar benar Demon yang ia kenal?? Dari mana datangnya sikap sopan ini??

Tak lama sebelumnya ia melempar [Name] dan mendecih kesal. Sekarang?? Ia tampak seperti seorang prajurit yang sangat menghormati ratunya.

Namun karna kondisi yang mendesak ia tak bisa menanyakan hal itu.

"Kemari. Kau duduk di sini" perintah [Name] sembari ia bangkit dari duduknya.

Demon tak mempertanyakannya. Ia menuruti perintah [Name] dan duduk di singgasananya.

[Name] memegang tangan Demon dan menyalurkan energinya. Demon yang merasakan energi lebih kuat dari miliknya secara tiba tiba pun merasa terkejut dan menarik tangannya dari kepalan tangan [Name].

[Name] terkejut dengan Demon yang tiba tiba menarik tangannya, namun kembali tenang dan mencoba kembali mengambil tangan Demon.

"Maafkan aku, mungkin itu terlalu tiba tiba. Tapi aku ingin membantu proses regenerasimu. Ku mohon ya?" Ucap [Name] dengan suara yang sangat lembut.

Demon terdiam sejenak namun ia memberikan tangannya secara perlahan. Kini tangan mereka saling bertaut dan [Name] mulai proses pemberian tenaga.

Saat [Name] melihat luka Demon tertutup, ia melepaskan tautan tangannya.

"Maaf aku tak bisa menghilangkan rasa sakitnya, namun lukamu sudah tertutup sempurna." Ucap [Name].

"Tak mengapa..." jawab Demon.

'•Gαʅαxყ•' || Bσƙυ Nσ Hҽɾσ Aƈαԃҽɱια x RҽαԃҽɾTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang