Bukan kah ini yang dinamakan keistimewaan? Lalu apa yang membuat ku keberatan menerima ini? Aish Mingrui sudah lah tidak ada yang perlu disesali. Bukan kah takdir memang tidak ada yang berjalan sesuai kemauan mu?
-MingruiWaktu berjalan cepat, sang fajar sudah memulai menampakkan dirinya, Namja bermarga He itu pun perlahan membuka matanya menyesuaikan cahaya yang masuk melalui fentilasi kamarnya. Saat setengah sadar ia mendengar suara isakan, hal itu hanya ia hiraukan. Tak lama suara itu kian jelas, saat melihat kesamping Haechan sudah tidak ada ditempat, segera mungkin Xinlong mencuci mukanya lalu turun keruang tamu.
Ia kaget melihat semuanya berkumpul diruang tamu rumahnya, dengan bingungnya ia mendekati mereka yang berkumpul tersebut. Saat ia ingin duduk sekarang ia tau pasti bahwa suara isakan itu bukanlah halusinasi nya melainkan isakan itu berasal dari pria bermarga Yu.
"Zey kenapa kau menangis? Ada apa ini?" Herannya.
"Long duduk dulu sini sama paman" ucap Haechan sambil menepuk sofa disebelahnya. Xinlong hanya menuruti.
Masih dengan perasaan yang berkecamuk karena bingung, penasaran dan kesal, Xinlong hanya berdiam diri sambil menunggu orang orang disini menjelaskan.
"Rui... Apa ibu ku tidak bisa dikembalikan?" Ucap Zeyu disela isakannya.
"Apa ibu ku akan terus seperti itu bersama papa?" Ucapnya lagi.
"Rui jawab! Jangan diam begitu! Kau pasti tau caranya kan! Rui ayo jawab" Zeyu mengguncang tubuh Mingrui, Mingrui hanya menatap sahabatnya ini sendu.
"Zey, aku akan berusaha" ucap Mingrui menenangkan Zeyu.
"APA ITU CUMA KALIMAT PENENANG? AYOLAH KAU PASTI BISA MINGRUI!" Zeyu meninggikan nada bicaranya.
"Nak sabarlah sayang" ucap Ryunjin sambil memeluk dan menenangkan Zeyu.
"Bun, Mingrui pasti bisa kan Bun? Ibu Zeyu Bun"
"Iya iya bunda akan bilang sama Mingrui nanti ya sekarang tenanglah" Ryunjin masih setia mengusap punggung Zeyu.
Haechan yang sedari tadi memerhatikan mereka hanya tersenyum tipis, saking tipisnya tidak ada yang menyadari bahwa Haechan sedang tersenyum. Haechan memegang pundak Zeyu.
"Nak paman akan bantu kamu juga, Paman dan yang lain tidak akan membiarkan ibu dan ayah mu terus terusan begitu" ucap Haechan.
"Paman berjanji?" Ucap Zeyu berkaca kaca, Haechan hanya mengangguk.
Akhirnya Zeyu dapat ditenangkan, ia menangis sudah sedari malam membuat matanya sangat bengkak dan memerah, hal itu membuat Mingrui menjadi tidak bisa menahan tawanya ketika melihat wajah Zeyu.
"YAK MINGRUI KAU KENAPA?" kesal Zeyu ketika melihat ekspresi Mingrui seperti menahan tawa.
"Tidak" elak Mingrui.
"Wajah mu sangat lucu Yu Zeyu" tawa Xinlong.
"BENGKAK SEMUA" Akhirnya tawa Mingrui meledak.
Perutnya terasa amat tergelitik mendengar ucapan Xinlong. Semua orang disana juga ikut tertawa hanya Zeyu yang merajuk karena dirinya ditertawakan.
"Aku akan mencubit kalian!" Kesal Zeyu sambil mengejar Xinlong dan Mingrui.
Yang dikejarpun berlarian supaya tidak ditangkap Zeyu. Saat berlarian tiba tiba Mingrui terduduk, perban yang membalut tubuh nya kini memerah dibagian punggung, Mingrui meringis kesakitan. Ryunjin langsung berlari ke putranya yang terduduk sambil menahan sakit itu.
"Mingrui kenapa nak?" Panik Ryunjin.
"Sakit Bun" ucap Mingrui.
Mingrui terus mengerang kesakitan, Haechan langsung menggendong namja tersebut dan dibawa kekamar Xinlong diikuti dengan yang lainnya, Haechan langsung membuka perban yang membalut tubuh Mingrui, luka dipunggung Mingrui sungguh membuat orang disana menjadi ngeri, luka itu terlihat sangat menjijikan, bahkan sudah sangat rusak, darah terus mengalir disertai nanah yang tak kunjung berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE POWER OF MY EYES [BOYSTORY]
HorrorAku sudah terbiasa dianggap seperti orang yang tidak waras oleh sebagian orang, karna keistimewaan ku, tapi bagiku itu bukan ke istimewaan melainkan sebuah kutukan dan aku tidak pernah bisa menerima ini sebagai sebuah keistimewaan. Banyak yang menga...