7. Air Mata dan Ingus

1K 119 10
                                    

"Anda kira aku bakalan nyerah? No way, Jaenap! Aku adalah Wang Yibo, terkenal sejagat sebagai titisan Pangeran yang anti bertingkah cem anak-anak eptipi."

_________________
_________________

SUDAH 3 hari sejak tersebarnya berita kalau Dosen Bohay alias Zhan ternyata sudah menikah dan punya bocil, Yibo menjadi cowok luntang-lantung layaknya butiran debu yang tak tau arah jalan pulang. Pakaian sudah tidak rapi, tidak bersisir sehingga sekali garuk maka 10 jari akan ditempeli daki, mandi tak basah bagaikan ayamnya Atok Dalang, makan sesendok (itupun harus dipaksa oleh two lucknut boys; Yuchen dan Dylan). Mereka bilang malas mengurusi jenazah Yibo yang matinya meninggalkan utang rujak di kantin kampus.

"Sudahlah, Yanto, nggak usah ngegalau kayak lonte kehabisan stok kondom. Gue bisa beliin lo cinta yang lain." Kata Yuchen sambil mengelap kacamata minus palsunya.

Yibo yang bercucuran air mata dan ingus pun mendelik pada sahabat kayanya itu, "sahabat macam apa yang membelikan cinta untuk sahabatnya? Sungguh, Sinchan, aku tak mau dibelikan cinta. Aku mau Dosen Bohay-ku saja, aku mau dia mencintaiku seperti aku mencintainya!"

Lubang hidung Dylan kembang-kempis mendengar keluhan Yibo yang mirip lelucon.

"Wang Yanto, percayalah kalau--"

"GUE BUKAN WANG YANTO, DAHLAN!!"

"GUE JUGA BUKAN DAHLAN! GUE DYLAN!!"

"JADI YANG NAKSIR MILAE ITU LO?! NGACA DONG!"

"PACAR GUE SEKOMPLEK, MILAE BUKAN PACAR GUE!"

"LO KALAU PLAYBOY YA JANGAN MASOKIS JUGA!" Yibo ngotot sambil berdiri.

"LO BILANG GUE MASOKIS? LO FAHAM NGGAK APA ARTINYA ITU?!" Dylan mengangkat dagu menantang.

"JANGAN TERIAK-TERIAK!! KUPING GUE SENSITIP DAN RAPUH!!"

"GUE NGGAK--"

"SUDAH HENTIKAAAANN!!" DUAK! DUAK!

Yuchen menendang wajah ke-2 cowok sinting itu. Gendang telinganya dibuat pengang oleh teriakan mereka.

"Kalian ber-2, kalau nggak ada keperluan lagi selain menggalau, mending ngepel lantai billiard gue di bawah!" Yuchen berseru dengan wajah memerah.

"Sinting, ya! Gue bukan jongos lo!" Yibo menjerit lebay.

"Gue juga nggak sudi! Debu dan polusi tersebar di lantai itu! Males!" Dylan ikut-ikutan menjerit.

Yuchen berdecih, "gue tawarin buat beliin lo cinta, Yibo, tapi malah nolak. Sekarang liat, si Dahlan ikut-ikutan sinting."

"Gue Dylan! Dylaaaan!"

"Masih untung lo nggak gue panggil Dahlia, ya!" Yuchen memekik, dia menarik napas pelan-pelan sambil berbisik, "tenang...tenangkan hati dan jiwa supaya pelet berlian di wajah gue nggak luber."

"Njir!" Yibo mencebik, dia melanjutkan adegan tangisannya yang sempat ter-delay tadi gara-gara Dylan. "Oh Dosen Bohay-ku, oh hatiku yang rapuh dan oh nasib badan yang malang ini..."

"Puitis dah!"

"Dylan! Bantu gue mikir napa?!"

"Otak gue berharga, Bo. Mode mikir serius gue cuma dipake buat gimana cara neraktir crush tanpa ngutang."

"Makanya kerja!" Yibo menendang leher Dylan yang berbaring di dekat tumitnya.

"S1 aja belum lulus, Bung!"

"Lo udah S4 masih aja bingung." Ujar Yuchen pada Dylan yang kebingungan.

"S4 apanya, woy!"

"SD, SMP, SMA, Sarjana." Yuchen menjawab tenang lalu sibuk dengan buku bacaan Global Warming-nya, padahal sudah ketahuan itu cuma sampul luar, sedangkan isi buku tersebut penuh gambar seksoy uke gemoy.

DOSEN JUDES (YiZhan)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang