6 [ Sendok Emas ]

132 14 0
                                    

ੈ✩‧₊˚

"Ayah pulaangg yuhuu"Seru pria berumur lima puluh tahun membuka pintu utama lebar-lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayah pulaangg yuhuu"Seru pria berumur lima puluh tahun membuka pintu utama lebar-lebar.

Terlihat jam dinding masih menunjukkan pukul lima pagi, ruang tamu masih sepi belum terlihat adanya kegiatan dari kumpulan anak itik jadi-jadian.

Sampai ketika salah satu anaknya–Sean, berlari menuju ruang tamu diikuti sebuah bantal melesat dihadapannya, membuat sang ayah mematung kaget.

"LO NGAPAIN LEMPAR SEPATU BARU GUE KE AIR KUBANGAN WOY?"

Sekarang terlihat siapa pelakunya, Reyhan dengan  wajah mengamuknya kembali melempar bantal ke arah Sean.

"Ini ada apa lempar-lempar bantal?"tanya Ayah yang sedang menyaksikan aksi perkelahian didepannya.

Kedua remaja itu menolehkan kepala mereka berbarengan, lalu memperbaiki posisi mereka mendudukan diri di lantai ruang tamu seperti anak Tk.

"Ayah udah pulang?"

Ayah nampak menghela nafas lelah

"Ngga ayah masih di zimbabwe"ujarnya melenggang beranjak pergi.

"Ayah bisa aja deh, oleh-oleh nya mana yah?"tanya Sean menyengir, setelahnya menatap Ayah dengan tatapan berbinar.

Fyi, Ayah memiliki profesi sebagai seorang arsitek lebih spesifiknya perancang desain bangunan, ia baru saja pulang dari Korea setelah menyelesaikan pekerjaannya disana selama kurang lebih satu minggu.

"Oleh-oleh nya nanti siap-siap sekolah dulu"ujar Ayah.

"Uhuu gasabar gue" jerit Sean tertahan mengepalkan kedua tangannya.

Bbukk

"TANGGUNG JAWAB DULU SEPATU GUE BASAH GARA GARA LO WOY!"

"KABOORR"

ੈ✩‧₊˚

"AAAAKKK Ayah pulang"jerit seorang perempuan yang telah menggunakan setelan seragam rapih, menghampiri ayahnya di meja makan.

"Sini sayang duduk, abang-abang kamu udah nungguin dari tadi"ujar sang ayah memeluk perempuan berbando biru itu alias Hana.

"Lo dari mana sih lama bet dah?"sewot Sean, sudah sedari tadi perutnya keroncongan seperti ada yang party.

"Biarin lah, lo sewot mulu perasaan sama cecan"balas Hana mengenyampingkan anak rambut ke telinganya.

Rutinitas pagi terlaksana seperti biasa, bedanya kali ini remaja-remaja kurang asupan vitamin D itu sudah berjejer layaknya korek api di depan pintu keluar, meminta jatah oleh-oleh pada ayah.

"Giliran oleh-oleh semangat banget ya kalian"ucap Ayah diakhiri kekehan kecil, kemudian memberikan bungkusan kepada ke delapan anaknya sama rata.

They're My Brother | ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang