{ 𝔖 } 𝔖𝔦𝔵𝔱𝔥

412 48 0
                                    

ꨄ︎𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌ఌ︎

Seorang gadis kecil tengah berjongkok sembari menggambar tak jelas. Rambut hitam sepanjang bahu miliknya dibiarkan tergerai bebas.

Tanpa ia sadari, angin kencang berhembus menerpa sekelilingnya. Hingga membuat rambutnya sedikit tertarik ke belakang, serta membuat pasir pasir kering berterbangan.

Iris hazel indahnya tak berhentilah berkedip ketika debu tak sengaja masuk ke dalam matanya. Membuatnya bangkit dan berlari ke arah wastafel dekat taman bermain.

"Huaaaa! Perih sekali!" teriak gadis itu membasuh wajahnya.

Nampak dua belah matanya yang sedikit kemerahan akibat kemasukan debu tadi. Karena kecerobohannya, dirinya saat ini masih tak bisa berhenti mengucek-ngucek matanya yang gatal.

Gadis itu kembali membasuh wajahnya. Hingga rasa gatal itu menghilang begitu saja.

Perlahan kedua kelopak matanya kembali terbuka. Dengan pandangannya yang berkaca-kaca. Namun gadis itu kembali mengerjapkan matanya dengan cepat ketika melihat segerombolan laki-laki tak jauh dari tempatnya.

"Hooyyy! Apa yang kalian lakukan disana!" Gadis itu berteriak sembari berlari ke arah segerombolan laki-laki itu. Bersiap dengan ancang-ancang menyerang jika terjadi sesuatu.

Dan benar saja, ada seorang laki-laki kecil tengah diam di tengah-tengah lingkaran laki-laki yang tingginya lumayan lebih tinggi darinya. Sontak pandangan segerombolan laki-laki itu menoleh ke arahnya.

Bughh!

Gadis itu dengan berani menonjok dua wajah lelaki disana dengan kedua tangannya. Hingga membuat kedua tubuh laki-laki yang lebih tinggi darinya melayang dan jatuh terduduk di tanah.

"Berhenti mengganggu anak kecil! Dasar tidak punya kerjaan!" Teriak gadis itu dengan penuh penegasan walaupun terdengar imut.

"Hoo~ berani sekali yah gadis sekecil dirimu melawan kami?"

"Kemari, kakak punya perempuan untuk mu. Dari pada harus berkelahi, gadis sekecil dirimu lebih baik mengemut permen ini," ucap salah satu laki-laki disana. Yang pastinya dia adalah pemimpin di sana. Menunjukkan dua buah kertas perkamen yang berisi bongkahan kecil yang manis.

Kedua alis gadis itu menukik marah mendengarnya. Jemari kecilnya mengepal kesal. Bersiap untuk memukul laki-laki menyebalkan itu.

"Diam kau pedo!"

Bughh!

Perut laki-laki itu ditonjok sekeras mungkin oleh gadis kecil itu. Membuatnya bernasib sama dengan dua teman yang sebelumnya ia tonjok.

Teman-temannya yang melihat itu langsung bergidik ngeri dan kabur. Terkecuali laki-laki kecil yang terlihat seperti seusianya. Laki-laki kecil, bersurai cokelat dengan beberapa bagiannya yang mencuat ke atas. Sehingga membuatnya seperti kepala rubah.

"Hey, kenapa kau tak melawan?" tanya gadis itu dengan heran karena laki-laki kecil di depannya itu hanya diam.

"Tidak tahu," jawab laki-laki memalingkan wajahnya.

"Huh? Kau itu laki-laki tahu!" ucap (Name) berjalan mendekati laki-laki itu.

"Siapa nama mu?" tanya (Name) sembari mengecek keadaan fisik laki-laki itu

"Suna Rintarou." jawabnya sembari menjauhkan tubuhnya yang sedang di diperhatikan oleh-nya.

"Aku (Name), salam kenal." (Name) mengulurkan tangannya. Menyodorkan padanya sebuah jepit berbentuk pita kecil berwarna abu-abu pucat pada laki-laki bernama Suna Rintarou.

𝐅𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 : 𝐒𝐮𝐧𝐚 𝐑𝐢𝐧𝐭𝐚𝐫𝐨𝐮 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang