{ 𝔗 } 𝔗𝔥𝔦𝔯𝔱𝔢𝔢𝔫𝔱𝔥

225 27 0
                                    

Ada typo? Tandai dan ingatkan!
Silahkan vote terlebih dahulu dan komen jika berkenan.
Aku ucapkan maaf jika tidak jelas chapter kali ini^^

ꨄ︎𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌ఌ︎

Semilir angin lembut bak seperti menyisir kulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semilir angin lembut bak seperti menyisir kulit. Menyapu dunia, dan menggoyangkan dedaunan pohon. Menjatuhkan tiap dedaunan kering tepat pada pucuk kepala sang gadis yang tengah terduduk di bawah pohon yang hampir menyisakan rantingnya saja.

Iris indah miliknya menutup menikmati tiap hembusan angin yang menerpa wajahnya. Nafasnya diambil pelan, dengan kedua matanya yang kembali membuka dan menatap ke arah langit sore yang nampak tak seindah biasanya.

"Mendung..." ucapnya dengan suara pelan.

"Iya mendung. Makannya lo cepet balik." Suara khas seorang lelaki membuatnya menoleh ke belakang dengan penuh amarah.

Ketenangannya di usik olehnya. Ia tak suka.

"Pulang," titah Rintarou sembari menarik lengan temannya itu untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.

Yang di tarik hanya menampakkan wajah datar dengan penuh kekesalan. Entahlah, ia sudah tak mood membalas perilaku Rintarou yang seenaknya.

Lelaki rubah itu membawanya pergi ke sebuah stand ramen. Suasana ramai namun cukup tenang dan juga wangi masakan dengan asap yang mengepul menjadi ciri khas tempat tersebut.

Tubuh mungil sang gadis yang sebelumnya seperti diselimuti oleh kedinginan perlahan mulai menghangat ketika menginjakkan kakinya di stand ramen pilihan Rintarou. Baiklah, (Name) akui bahwa Rintarou kami ini peka.

"Pilih sesukamu," ujar Rintarou sembari menyodorkan kertas menu ramen berbagai varian. Diambil kertas menu tersebut, kedua bola mata gadis itu memicing sesaat. Hingga akhirnya setelah kian lama bergelut dengan benaknya, ia berhasil memutuskan apa yang ia mau.

Usai menentukan pilihannya, Rintarou dengan segera memesan pesanan mereka berdua agar tak terlalu lama menunggu.

"Dingin..." ucap gadis itu pelan namun masih bisa terdengar oleh Rintarou.

Rintarou yang mendengarnya itu hanya diam dan memperhatikan gelagat gadis itu uang terlihat kedinginan ketika angin berhembus ke arahnya. Sebelum akhirnya ia tersenyum melihatnya.

"Pakai ini." Sebuah syal rajut berwarna merah yang melilit di lehernya itu ia lepaskan dan ia pakaikan untuk melilit leher gadis di depannya.

𝐅𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 : 𝐒𝐮𝐧𝐚 𝐑𝐢𝐧𝐭𝐚𝐫𝐨𝐮 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang