{ 𝔗 } 𝔗𝔢𝔫𝔱𝔥

305 34 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote sebagai penyemangat dan komen jika berkenan.

Chapter kali ini adalah berisi sedikit adegan romance yang mungkin agak aneh? Maybe.

Jika ada typo tolong ditandai dan ingatkan, karena author sngt malas merevisi ulang huhuhu.

-

ꨄ︎𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌ఌ︎

Sorak sorai penonton menggema ke seluruh penjuru ruangan tempat pertandingan yang begitu luas. Nuansa cokelat muda tak akan lepas dari suasana panas saat ini.

Decitan sepatu di permukaan lapangan, serta bulir-bulir keringat tiap peserta menetes dan melayang mengikut gerakan sang pemilik tubuh.

Hingga sebuah pukulan dahsyat dilemparkan dari tim lawan yang melesat cepat. Seluruh sorot mata tertuju pada bola voli yang bak seperti adegan slow motion.

Atmosfir bumi yang menegang, sorak sorai penonton yang seketika itu juga lenyap dan para peserta ikut terdiam seperti membeku. Hanya suara ketukan keras yang terdengar dari arah bola voli yang memantul ke arah lapangan milik tim Inarizaki.

Hingga disaat peluit dibunyikan, sorak sorai kembali terdengar, bahkan lebih keras dari sebelumnya dari bangku penonton peserta lawan, yakni Karasuno.

Semuanya terdiam seribu bahasa melihat kemenangan yang bukan diraih oleh mereka. Hanya sebuah kekalahan yang harus mereka bawa kali ini. Peserta dari tim Inarizaki semaunya masih terdiam di tempat karena takjub. Namun berbeda dengan lelaki bersurai cokelat tua.

Lelaki itu berjalan ke ujung lapangan-lapangan dengan wajah datarnya. Tangannya meraih botol minum dan menegak airnya hingga tandas karena rasa haus yang sedari tadi ia tahan.

Betapa leganya dirinya itu ketika merasa rasa dingin bercampur segar menggelitik di tenggorokannya. Kedua alis dan keningnya kemudian mengerut ketika merasakan permukaan lembut handuk menempel pada ujung pipinya yang basah akibat keringat.

Merasakan ketenangannya di usik oleh seseorang, kedua iris kuning berpadu dengan cokelat itu terbuka dan melirik siapa yang berani berbuat seperti itu padanya.

Hey, siapa itu? Gadis cantik bersurai hitam legam panjang, iris hazel yang berkilau serta berpadu dengan senyumannya yang manis merekah di bibirnya.

"Kau hebat."

°°°

Rintarou kini tengah berada di sebuah taman dengan seorang gadis yang tak lain adalah (Name) yang hari ini sudah di perbolehkan pulang dari perawatannya setelah beberapa minggu di rumah sakit.

Sembari menikmati angin sore yang berhembus lembut, dua manusia berbeda gender itu saling mengobrol dan bercerita tentang hari-hari mereka yang berbeda ketika salah seorang diantara mereka tidak ada. Terlebih lagi Rintarou.

Mereka mengobrol dengan tenang tanpa adanya kata-kata mutiara terucap dari mulut mereka. Bahkan mereka saling memanggil dengan panggilan yang lebih sopan dari biasanya.

"Rin," panggil (Name) kepada lelaki yang tengah menyimpan kepalanya di atas paha empuk sang gadis.

"Hmm?"

𝐅𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 : 𝐒𝐮𝐧𝐚 𝐑𝐢𝐧𝐭𝐚𝐫𝐨𝐮 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang