Setelah praktikum berlangsung, kini saatnya penutupan praktikum. Laboratorium yang paling Maura benci karena asisten didalamnya sangat arogan. Menurut Maura, tugas asisten ialah menggantikan dosen. Dan tidak ada dosen yang sangat hobi marah-marah tidak jelas karena urusan sepele.
"Oke, kalian sadar apa kesalahan kalian hari ini?" Ucap salah satu asisten sok cantik didepan sana
Disaat yang sama, segala sumpah serapah telah dilanturkan oleh batin Maura.
Sedangkan praktikan lainnya hanya diam saja, namun Maura yakin, dalam hati mereka juga berumpat."Oh? Semua merasa aman atau ga tau diri?" Maura mengepalkan tangannya. Refleks teman disamping Maura menenangkan Maura.
"Sabar Ra, Istighfar, sama kok kita" Ucap Zahra
"Hmmm" balas Maura yang sudah sangat geram.
"Ga ada yang mau ngaku? Haa?" Teriak asisten cowok yang bernama Farel
Semua masih terdiam
"Ngaku atau satu golongan nol?" Lanjutnya
"Atau perlu disebut namanya?" Ancam salah satu asisten cewek yang mernama Kinan
Maura sangat benci mendengar hal demikian ingin bersuara. Pikirnya, jika mereka melihat salah satu praktikan yang melanggar, cukup memberi konsekuensi pada nilai praktikan itu saja. Tidak perlu dipermalukan seperti demikian.
Maura pun mengangkat tangannya untuk berbicara demikian. Meskipun Maura sangat introvert, dia tidak bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya.
Seketika teman segolongannya pun meneriaki Maura.
"Raaaa" ucap hampir segolongan.
Maura yang merasa disahuti terkena panic attack. Refleks ia melihat tangan yang ia angkat karena pikirnya, itulah sebab ia disahuti.
Dan ya..
Maura sedang memakai jam tangan. Dan salah satu peraturan dalam laboratorium, ialah tidak menggunakan aksesoris yang terlihat. Salahkan saja si Aksa yang dengan randomnya menghadiahi Maura jam tangan dihari ulang tahun Maura yang ke 19. Sebelumnya Maura memang tidak pernah menggunakan aksesoris apapun sehingga kali ini ia lupa.
Dengan bodohnya, Maura mengganti tangan yang ia angkat menjadi tangan kanannya. Artinya, memang ada hal yang ingin Maura sampaikan, bukan karena ingin memamerkan sekaligus mengaku bahwa ternyata ia sedang memakai jam tangan
"Mohon maaf Kak, saya tidak tahu dan murni tidak sadar memakai jam tangan. Saya mengangkat tangan hanya untuk menyampaikan pendapat saya terkait apa yang kakak asisten lakukan didepan saat ini. Sudah menjadi hak asisten untuk memberi konsekuensi terhadap nilai praktikan yang melanggar. Jika ada yang berbuat melanggar maka berikan konsekuensi pada nilai nya saja. Apa gunanya kami mekai nametag kalau diakhir tetap ingin dipermalukan? Itukan tujuan Kakak? Jikalau Kakak berpikir bahwa ini adalah pelajaran. Apakah tidak bisa memberikan informasi seperti seseorang telah di mines atau di nol kan karena memakai jam tangan. Silakan sadar diri. Saya rasa itu lebih sampai, dibanding harus mempermalukan seseorang." Tutur Maura yang mewakili curahan hati praktikan lain. Beberapa orang pun cukup terheran-heran melihat keberanian yang muncul dari Maura si Introvert
"Cukup?" Ucapan dingin penuh penekanan itu berasal dari asisten didepan yang tak lain adalah Farel.
Jika Farel sudah bersuara dengan intonasi demikian, suasana lab tidak baik2 saja.
"Cukup?" Ulangnya sambil berjalan mendekati Maura
Maura melayangkan tatapan tidak suka pada asisten yang sangat sok berkuasa ini. Keduanya pun saling bertatapan dengan penuh emosi. Dengan paksa Farel mengambil jam tangan yang dikenakan Maura lalu melemparnya kearah dinding, hingga jam itu terpecah menjadi beberapa bagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Farewell
Teen FictionDia Maura, si gadis pendiam yang sangat lihai menyembunyikan rasa sakit. Kuat. Kelemahannya hanya ada pada Bundanya. Dan Aksa, sahabat rasa Kakak sekaligus cintanya. Dia Maura, si gadis cantik yang sangat berani menentang ketidakadilan. Pintar. Kele...