Hari ini Maura sedang full Praktikum. Sekarang dia berada di Laboratorium Biokimia.
Maura merasa sangat lelah. Semalam ia begadang lagi untuk menyelesaikan KTI yang ia buat. Ditambah lagi tadi ia tidak sempat makan siang. Saat praktikum berlangsung, kepalanya tiba-tiba berdenyut keras. Penglihatannya pun tak lagi stabil.
Ia masih mencoba menetralkan perasaannya, tapi tidak bisa. Sedetik kemudian, Maura merasa sesuatu mengalir dari hidungnya. Tidak, Maura tidak ingin pingsan. Seketika dia menggapai teman sekelompoknya, Lisa mengharapkan bantuan.
"Eh Ra, kenapa Ra?" Panik Lisa
"Lis, kepala aku sakit banget" Ucap Maura dengan terbata-bata lalu menghambur jatuh.
"Astaghfirullah Ra"
"Kak, ada yang pingsan Kak" Teriak Lisa
"Bawa dia ke UKM (Unit Kesehatan Mahasiswa)"
"Yang lain bantu angkat"
Ketika Maura di angkat melalui koridor kampus, tak sengaja mereka melewati Aksa. Aksa yang sangat mengenali Maura dapat memastikan bahwa itu adalah Maura hanya dari sepatunya.
Dengan paniknya Aksa mengikuti orang-orang yang membawa Maura. Aksa yang ikut masuk dengan jelas melihat wajah Maura yang berlumuran darah. Maura mimisan hebat.
Aksa kemudian mengambil celah untuk membawa Maura menuju rumah sakit terdekat
"Kalau udah kaya gini, tempatnya di rumah sakit anjir!" Ucapnya lalu membawa mengangkat Maura ala bridal style menuju mobilnya. Jika saja Maura dalam keadaan sadar. Pasti ia akan melompat dari gendongan Aksa.
Orang disana tahu, namun setidaknya Maura diberi pertolongan pertama dulu. Tapi Aksa dengan paniknya melupakan semua prosedur itu.
Dijalan, ia menelpon Qaula, Bunda Maura untuk memberitahu kondisi Maura.
"Halo, Bunda?" Ucap Aksa
"Iya, Aksa kenapa Nak?"
"Bunda, ini aku lagi di jalan bawa Maura ke rumah sakit Bund. Maura abis pingsan lagi di kampus"
"Astaghfirullah, dirumah sakit mana Aksa?"
"Rumah sakit Astera Bund"
"Bunda kesana sekarang ya"
"Iya Bund"
***
Dokter Zia mengatakan bahwa Maura hanya kelelahan. Apalagi mengetahui bahwa semalam Maura habis begadang. Dan sekarang mereka sedang menunggu Maura yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar.
Ketika sedang berdua dengan Aksa. Mungkin ini waktu yang tepat bagi Qaula berbicara dengan Aksa.
"Aksa, udah nggak ada kelas Nak?" Tanya Qaula lembut
"Em, masih ada satu Bund"
"Yaudah, kalau gitu Aksa balik dulu kekampus"
"Belum pasti juga dosennya masuk atau enggak Bund"
Qaula tahu bahwa kampus anaknya sangat ketat. Kalaupun dosen tidak jadi masuk. Pasti ada tugas yang diberikan. Sedangkan Aksa lebih memilih disini.
"Kenapa Aksa mau jagain Maura?" Tanya Qaula pada Aksa
Aksa yang tidak paham arah pertanyaan Qaula, kini bingung
"Aamm, Bunda tahu kan kalau Maura udah kayak adiknya Aksa?"
"Adik?" Tanya Qaula
"Iya Bund" Jawab Aksa
"Aksa masih ingat kok, pesan bunda sama Mama" Lanjut Aksa sambil tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Farewell
Teen FictionDia Maura, si gadis pendiam yang sangat lihai menyembunyikan rasa sakit. Kuat. Kelemahannya hanya ada pada Bundanya. Dan Aksa, sahabat rasa Kakak sekaligus cintanya. Dia Maura, si gadis cantik yang sangat berani menentang ketidakadilan. Pintar. Kele...