10. Each of Our Hearts

6 5 0
                                    

Maura dan bundanya sudah memasuki pekarangan rumah Aksa. Terlihat keramaian yang dipenuhi oleh para pria berjas dan wanita bergaun indah berkilau dibawah remang-remang lampu tumbler gold. Indah.

Di sudut lain, Maura melihat beberapa pria seusianya yang memakai boomber bertuliskan Anredera. Ya, mereka adalah anggota geng motor yang dipimpin Aksa. Maura terkadang tidak habis pikir, apa gunanya memiliki geng motor di era seperti sekarang. Tapi ini Aksa, manusia yang tidak bisa tenang tanpa kesibukan.

Maura mengekori Bundanya. Tiba-tiba rasa percaya dirinya menciut di tengah keramaian.

"Eh Qaula, sini duduk La!" Ucap salah satu wanita bergaun biru malam disana

"Ini Maura kan?" Tanyanya lagi. Maura hanya tersenyum canggung

"Eh, Maura, itu Naya juga dateng loh" Maura mengikuti arah pandang orang tersebut.

"Itu Ra, samperin Naya gih!" Titah bundanya

Maura yang merasa canggung disana pun memberanikan diri menghampiri Nayara, padahal ia tidak dekat sama sekali. Daripada mendengar obrolan orang tua yang terkadang diluar nalar, lebih baik jika ia keluar dari zona nyamannya.

Di meja itu, tak hanya ada Naya, ternyata sudah ada Aksa yang sedari tadi mengobrol dengan Naya. Sedikit hatinya merasa tercekik. Untuk pertama kalinya ia melihat Aksa begitu dekat dengan wanita.

"Hai, Nay" Sapa Maura membuyarkan keduanya

"Eh, Maura. Dari kapan?" Tanya Naya sambil membuka haluan dan menyodorkan kursi pada Maura

Maura pun mendudukkan dirinya di kursi tersebut "Barusan aja kok, kata mama kamu, kamu juga dateng makanya aku samperin ke sini" Ucap Maura ragu-ragu terlebih

"Iya Ra, kebetulan juga sendiri dirumah kalau ga ikut"

"Nolep tau Ra, anak-anak disini bocil semua. Untung ada kak Aksa nih, yang ajakin ngobrol"

Aksa yang merasa namanya di sebut menatap Nayara lalu mengangguk sambil mengangkat alisnya

Maura memperhatikan cara bicara Naya yang begitu luar biasa menurutnya. Bagaimana bisa Naya berbicara sehalus dan seramah itu kepada Maura yang menganggap Naya sendiri sebagai orang asing.

"Ga kepikiran laporan Nay?" Canda Maura

Naya terkekeh "Bisa nggak usah bahas itu dulu Ra?"

Keduanya terkekeh bersama. Tentu saja beban laporan tak akan hilang dari hari-hari mahasiswa farmasi. Jika dituruti, memang seharusnya tidak ada waktu lowong seperti ini.

Maura dan Naya pun asyik bercerita. Tiba-tiba suara kursi terangkat.

"Gue ke sana dulu Nay" Ucap Aksa sambil menunjuk tempat anggota Ander.

Naya tak mengedipkan matanya hingga Aksa melenggang sempurna dari sana. Bagaimana bisa Aksa hanya menyebutkan namanya sedangkan disampingnya ada Maura.

"Ra, ada masalah sama pacar kamu?" Tanya Naya

Maura mengernyit "Pacar?"

"Kak Aksa kan?"

"Ssstt. Nay, aku ga pacaran sama Aksa" Ucapnya pelan

"Lah terus selama ini, gosip kalian berdua?"

"Kita emang deket, soalnya dari jaman SD tetanggaan, ada juga satu lagi, Dafa namanya. Seangkatan Aksa kok, tapi aku belum liat dia disini" Ucap Maura seolah mencari seseorang

"Bentar-bentar, jadi intinya kalian ga pacaran?"

"Nggak Nay, aku ga di bolehin pacaran sama bunda, apalagi Aksa, ga seiman sama aku"

Best Farewell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang