8. Brownies Cokelat

5 6 0
                                    

Kembali lagi pada hari impian seluruh mahasiswa se Indonesia bahkan sedunia.

Pagi ini, Maura sudah berkutat di dapur membuat brownies coklat kesukaannya. Harum semerbak kue buatan Maura menarik Qaula menghampiri anak semata wayangnya.

"Hmm... Harum banget sih. Buat apa anak bunda?" Ucap Qaula pada anaknya menunjukkan rasa tertarik nya pada brownies buatan Maura.

"Hehe, buat brownies aja Bund"

"Emang jago anaknya bunda. Sesuka itu ya makan brownies sampe buat 3 gini?" Ucapnya sambil mencicipi Brownies buatan Maura

"Eh masih ada di oven berarti empat dong?"

"Hehe, buat Aksa Bund. Habisnya ga pernah kelihatan sih" Ucap Maura sebal. Tiba-tiba Qaula tersedak kue.

"Uhukk.. uhukk.."

Maura segera mengambil air untuk ia berikan kepada bundanya. Seketika pun habis diteguk.

"Bunda kalau makan hati-hati dong Bund"

"Hhh" Bundanya tertawa kecil

"Jadi Maura bikin yang banyak  buat dikasih ke Aksa?"

"Iya Bund, sekalian Lili juga. Pasti suka" Ucap Maura Antusias sedangkan bundanya hanya mengangguk sambil menaikkan kedua alisnya. Ia tidak berani menegur Maura. Takut jika Maura curiga. Belum saat yang tepat untuk menegur Maura pikirnya.

"Bunda ambil dikit boleh?" Bundanya mengambil piring lalu memindahkan beberapa potong brownies buatan Maura.

"Bolehlah Bund. Ambil aja Bund" Ucapnya sambil membantu memindahkan brownies ke atas piring.

"Yaudah, nanti kalau selesai jangan lupa bersihin ya, biar Kiki ga cape-cape amat"

"Siap Bunda"

***

Di ruang keluarga, Aksa sedang menjadi babu atas perintah Lili. Ruang itu terlihat bak kapal pecah karena ulah keduanya. Aksa yang hendak keluar menuju basecamp Ander tertahan oleh lili yang sudah merengek. Semalam Aksa sudah berjanji akan mengerjakan tugas Lili. Dan sekarang Aksa tengah menggambar kura-kura pada buku gambar Lili.

"Nanti habis Kaka gambaran warnain sendiri ya Li" Ucap Aksa yang sangat serius ingin menyelesaikan gambar sialan itu dengan segera

"Heeeehhh" Lenguhan Lili sukses membuat Aksa Murka

"Apa Heh? Ini udah aku gambarin anjir!" Ucap Aksa lalu meletakkan pensilnya kasar

"Aksa! Ngomong yang bener kamu sama Lili" Tegur Lea pada anaknya

"Mah, ini Lili di kasi hati minta jantung namanya Mah"

"Udah ah, ngalah sama Lili aja Aksa!"

"Ga boleh gitu dong Mah. Ini kan tugasnya. Mau kamu dimarahan guru kamu?"

Lili sudah meringsut-ringsut lalu menghentakkan kakinya ke lantai yang tidak bersalah.

"Yaudah warnain sendiri Li!" Ucap Aksa dengan nada nge gas lalu melemparkan pensil warna tepat mengenai kepala Lili

Sebenarnya tidak sakit, tapi Lili merasa kakaknya terlalu emosian hanya perkara gambar. Aksa juga. Kenapa pake lempar segala sih. Bukan soal luka doang, hati ini bos. Adikmu cewek Aksa. Bayangin aja ygy adek kakak kalau pengen bertengkar, masalah dikit aja ga bakalan selesai kalau belum ada yang nangis.

"Eh Li, maaf!" Kaget Aksa yang langsung mengusap kepala Lili. Namun lili sudah terlanjur menangis keras

"Aksaaa! Udah dibilang juga jangan jahilin adek kamu. Kamu ya Aksa ya" Ucap Lea sambil menggulung koran yang ada ditangannya hendak memukul Aksa.

Best Farewell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang