Hari ini adalah hari sabtu, hari yang dinanti-nantikan oleh para mahasiswa untuk mengistirahatkan otak. Namun sebenarnya tidak untuk anak farmasi. Masih ada lab tertentu yang mengambil hari Sabtu untuk melaksanakan praktikum. Namun untungnya itu bukan kelas Maura.
Maura yang baru saja selesai membereskan kamarnya kini tengah berkutat dengan sebuah buku bersampul biru yang sudah jarang ia sentuh. Entah angin dari mana, Maura ingin sekali menggoreskan penanya di sana.
Dibukanya lembaran kosong pada buku tersebut. Maura berniat mencurahkan isi hatinya terhadap apa yang telah ia alami baru-baru ini.
Dear,
Hari yang melelahkan,
Kenapa semuanya terjadi diwaktu yang sama.
Ini membuatku bingung untuk mengadu pada siapa.
Ya tentunya pada Tuhanku. Allah.Tapi Dia?
Ingin sekali aku menceritakan apa yang ku alami di Lab padanya
Namun, kenapa?
Kenapa Dia seakan menjauh.Kalian, Aksa dan Dafa adalah sahabat terbaikku
Tapi asal kamu tahu Sa, "Dia" orang yang selalu kusebut dalam diary ku adalah kamu Sa.Entah kenapa sebelumnya aku merasa sangat sulit untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu Sa. Bahkan dalam diary ini, aku selalu menggantikan namamu dengan subjek Dia. Lucu ya.
Tapi Sa, akhir-akhir ini aku selalu merasa takut kamu bakal menjauh sa, dan rasa ini semakin ingin kuungkapkan. Untuk melepas itu, aku hanya bisa bercerita pada buku ini. Karena aku tahu, kita berbeda Sa. Aku ga berani bercerita pada siapapun tentang perasaanku.
Aku tahu, kamu sayang sama aku Sa. Tapi bukan cinta.
Namun aku terlalu bodoh. Tapi bagaimana bisa aku menghindari fitrah ini Sa. Sedangkan kamu adalah sosok laki-laki yang terbaik bagiku setelah ayahku.
Aksa, ini Maura. Sahabatmu, yang dengan lancang mencintaimu.Jakarta, 18 Oktober 2022.
Entah kenapa air mata Maura menetes setelah menuliskan ungkapan hatinya. Namun perlahan air mata itu mengalir deras. Hati Maura sangat sakit. Ia sangat sadar bahwa tidak mungkin ada orang yang mendukung mereka.
Maura, dia mencintai Aksa sejak SMP. Awalnya ia hanya mengira bahwa rasa itu hanya main-main. Namun buktinya, hingga sekarang ia tidak pernah merasa mencintai lelaki manapun selain Aksa.
(Siapa yang ga jatuh cinta sih gais.. bayangin pagi siang malam kalian sama-sama. Tidurnya aja yang ga bareng).
Maura menghentikan tangisannya paksa. Ia tidak boleh seperti ini. Bisa-bisa ia neuropati lagi.
Tiba-tiba Bundanya mengetuk pintunya.
"Maura?" Panggil bundanya
"Iya Bund?" Ucap Maura lalu berjalan menuju pintu.
"Ada apa bund?" Tanyanya pada Bundanya
"Di bawah ada Dafa sama Aksa. Turun gih!"
"Eh bunda, mereka kok nggak bilang dulu sama Maura?" Ucap Maura kesal sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Udah sana turun, lama nungguin nanti"
Maura pun segera memakai mukenanya lalu turun dengan tidak niat. Dan hebatnya Maura lupa menyimpan buku diarynya.
"Daf, Sa. Kok kalian ga bilang sih mau kesini" Ucap Maura sambil berjalan kearah mereka dengan membawa sebotol fanta dan 2 gelas untuk Dafa dan Aksa. Maura memang tidak minum soda. Maura meletakkan minumannya diatas meja yang seketika diambil Aksa.
"Emang ga boleh?" Tanya Aksa sambil menuang minumannya.
"Biasanya kan tanya dulu, biar bisa buat sesuatu gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Farewell
Ficção AdolescenteDia Maura, si gadis pendiam yang sangat lihai menyembunyikan rasa sakit. Kuat. Kelemahannya hanya ada pada Bundanya. Dan Aksa, sahabat rasa Kakak sekaligus cintanya. Dia Maura, si gadis cantik yang sangat berani menentang ketidakadilan. Pintar. Kele...