Hari ini, Maura sudah mulai mencoba untuk masuk kuliah. Ia merasa masih sedikit lemas, sekali disenggol mungkin ia akan terjatuh. Untungnya tadi ia bertemu Naya yang memapahnya hingga kelas. Untuk pertama kalinya Maura diantar oleh Qaula ke kampus. Biasanya berangkat sendiri atau tidak bersama Aksa maupun Dafa.
Maura telah sampai dikelas. Tiba-tiba Ana menghampirinya
"Maura, kok chat aku nggak dibales-bales sih Ra?" Ucap Ana sambil menarik sebuah kursi untuk duduk
"Anaa, maaf ya Na. Kemarin aku lagi sakit Na. Ga bisa buka HP"
"Tapi Ra, info itu penting!" Ucap Ana cemberut
"Emang ada apa Na?"
"Yakin mau tau?"
"Ih apa sih, tadi katanya penting. Ya udah kasi tau"
"Inget KTI yang pernah bikin kamu masuk RS baru-baru ini ga Ra?" Ucap Ana antusias
Maura hanya menatap Ana penasaran
"Minggu depan kita ke Samarinda Ra!" Pekik Ana pelan
Maura kaget "Serius?"
"Iya Ra, kamu bakal ketemu temen kecil kamu, seneng kan?"
Maura terdiam, sejujurnya bukan itu lagi yang Maura pikirkan. Mengingat sekarang orang yang ia rindukan nyatanya ada di sekitarnya dan bahkan selalu mengincar kesalahannya. Tapi Maura cukup senang, akhirnya ia akan mengunjungi kota kelahirannya.
"Alhamdulillah ya Na. Seneng" Ucap Maura sambil memegang tangan Ana
"Okey, habis ngampus nanti kita ke cafe buat powerpoint ya?"
"Eh, maaf Na. Aku kayaknya belum bisa keluar lama-lama. Aku belum pulih total sih"
"Eh iya ya, ya ampun sory Ra, aku ga bermaksud buat ngebebanin kamu Lo Ra"
"Santai aja kali Na, aku bisa kok, tapi kalau boleh, ngerjainnya di rumah aku aja gimana?"
"Hmm oke, nanti kita bilangin ke Kays" Ana kembali ke tempatnya ketika ada isyarat dari Fadil yang ada di pintu bahwa dosen sudah ada. Mereka pun menjalani perkuliahan seperti biasanya.
Seperti biasanya, para mahasiswa akan menghabiskan waktu istirahat di kantin fakultas. Begitupun dengan Maura. Sekarang ia tengah menikmati bekalnya bersama Ana dan Kaysha. Qaula sengaja memberi bekal kepada Maura untuk menjaga kualitas makanannya. Dan Maura terima saja, dia tidak malu jika di anggap bagaimana oleh teman-teman disekitarnya.
Aksa yang juga berada di kantin melihat Maura yang baru saja duduk disalah satu kursi yang ada disana bersama kedua temannya. Ia pun tak mengalihkan pandangannya berharap Maura juga melihatnya. Aksa merasa senang, kini Maura sudah bisa ke kampus, artinya sekarang Maura sudah lebih baikan dari hari kemarin.
Disana Maura sedang mengamati seisi kantin. Tak sengaja ia melihat Aksa yang sekarang juga tengah menatapnya. Keduanya pun saling melempar senyum lalu mengalihkan pandangan.
Jika kalian heran mengapa saat dirumah Maura mereka seperti dalam pertengkaran, itu adalah akal-akalan mereka agar terlihat seolah saling benci di depan orang tua mereka. Karena mereka sadar, sekarang orang tua mereka tidak menginginkan kedekatan antara keduanya. Sedangkan Maura dan Aksa hanya mempertahankan hubungan persahabatan.
"Liatin siapa sih Sa?" Tanya Zein
"Tuh, Maura udah ke kampus" Ucap Aksa seraya menunjuk posisi Maura
"Pantesan kemarin ga masuk, ga ada kabar lagi. Orang-orang ngiranya Maura ngambek, jadinya di alpain deh"
Aksa tersenyum kecut
"Kayaknya yang ga suka Maura di korps kamu bukan cuma Farel ya Ze?"
"Sa, jujur selama ini ga ada praktikan yang berani mengeluarkan unek-uneknya ke asisten. Tapi nyatanya ada dan itu Maura. Mungkin ada beberapa yang terima, tapi ga sedikit sekarang yang udah nge cap Maura sebagai cewe sombong"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Farewell
Teen FictionDia Maura, si gadis pendiam yang sangat lihai menyembunyikan rasa sakit. Kuat. Kelemahannya hanya ada pada Bundanya. Dan Aksa, sahabat rasa Kakak sekaligus cintanya. Dia Maura, si gadis cantik yang sangat berani menentang ketidakadilan. Pintar. Kele...