9. Kuliah-Pulang VS Kuliah-Rapat

9 6 2
                                    

Sekitar pukul 3, suasana kelas Lantana camara begitu riuh setelah kuliah ketiga hari ini selesai. Khusus hari ini, mereka hanya memiliki 3 mata kuliah.

"Gais, rapat angkatan jangan lupa!" Teriak salah satu mahasiswa diruang itu.

"Yaaah, Otw jual risol again" ucao seseorang.

Maura yang merasa telinganya ingin remuk mendengar semua itu segera membereskan alat tulisnya lalu ingin bergegas keluar dari sana.

"Ra, ga Rapat?" Tanya Riska

"Aku bukan warga Ris"

"Ehh, sory Ra. Gue lupa. Abisnya SC pada datang semua, termasuk pacar kamu"

"Ha?"

"Ga usah pura-pura deh Ra, haha" Ucap Riska kalau pergi

Gawat, sepertinya bukan hanya Riska yang menganggap Maura berpacaran dengan Aksa. Dan ini tentunya akan menjadi bencana bagi Maura. Bisa jadi Aksa juga.

Maura segera keluar dari sana dan menghentikan pikirannya yang tidak-tidak. Sepertinya hari ini akan menjadi hari tercepat Maura untuk pulang ke rumahnya. Biasanya, dia gunakan untuk berjalan-jalan bersama Dafa dan Aksa tapi sepertinya tidak untuk hari ini.

Sampai hari ini, Maura masih berpikir bahwa Aksa benar-benar sibuk. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa Aksa tengah menjauhinya.

***

Sesampainya di rumah, Maura memutuskan untuk mengerjakan laporan-laporannya yang sangat banyak. Kuliah di farmasi benar-benar membuatnya berjuang setengah mati. Bagaimana tidak jika setiap hari ada praktikum, belum lagi laporannya yang sangat tidak masuk akal, apalagi ketika ada deadline bersamaan dan tulis tangan. Rasa ingin ngejoki tugas itu menggebu-gebu.

Bukan Maura jika saat mengerjakan tugas tapi tidak mengemil. Maurapun mengambil brownies buatannya kemarin yang ada di kulkas. Suasana sore ini, membuat moodnya membaik. Ia membuka jendelanya sambil menikmati sepoi angin yang bertiup dibawah awan hitam. Sedikit lagi, langit akan menangis. Pikirnya.

Lain halnya dengan suasana kampus Maura yang masih diramaikan oleh mahasiswa kura-kura alias kuliah rapat-kuliah rapat haha. Mereka sedang berseteru dengan senior-senior mereka akibat adanya progres yang tidak tercapai pada pekan kemarin.

"Mohon maaf Kak, untuk hal ini saya sama sekali tidak menyalahkan teman saya karena tidak bisa menghasilkan dana sesuai target. Target tidak masuk akal itu sudah menjadi beban pikiran bersama bagi kami mulai kepanitiaan ini di jalankan. Jika terus seperti ini, mau tidak mau kegiatan harus di undur Kak" Tegas Naya

"Kami ga pernah sama sekali pengen ngebebanin kalian. Emang sudah seperti itu harusnya. Bahkan jika kalian melihat di fakultas lain pun, nominal target mereka lebih besar dari pada ini"

"Tapi kami beda Kak, fakultas farmasi hanya terdiri dari satu prodi dengan jumlah mahasiswa yang sangat terbatas. Bagaimana kami bisa menghasilkan hal yang besar sedangkan jumlah kami sedikit. Saya rasa kakak juga paham bagaimana kesibukan farmasi yang dari pagi bahkan sampai malam tempatnya di lab doang!"

Aksa yang berada disana, mengangkat dua sudut bibirnya bersamaan. Dia tahu betul siapa Naya. Anak dari salah satu pemilik perusahaan yang memiliki saham besar di perusahaan ayahnya. Belum lagi cabang perusahaan propertinya yang ada dimana-mana. Aksa yakin, jangankan target permingguan. Seluruh biaya untuk kegiatan ini bahkan bisa dilunasi oleh Nayara dengan hanya mengandalkan 1/2 uang bulanannya. Tapi Naya lebih memilih mengutarakan apa yang memang menjadi beban bagi teman-temannya.

"Jadi apa solusi yang Lo tawarin?"

"Seperti yang saya sebutkan tadi Kak. Mau tidak mau kegiatannya harus di undur. Empat puluh juta dalam sebulan itu tidak mudah bagi anak farmasi Kak"

Best Farewell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang