7. Aglea Canteen

12 8 4
                                    

Satu pekan telah berjalan. Sudah 2 hari dia tidak berkomunikasi dengan Aksa. Di chat pun, Aksa tidak membalasnya. Layaknya sahabat yang terasa aneh jika sehari tak berkabar, seperti inilah perasaan Maura sekarang. Ketika dia menanyakan Aksa ke Dafa. Dafa juga tidak tahu apa-apa. Hari terus berjalan begitu pula Maura dengan segala tugas mahasiswa Farmasi yang terkenal super sibuk. Akhirnya dia tidak sempat untuk menemui Aksa sekalipun hanya berjarak 1 tembok

Dan kini Kembali lagi Maura pada hari yang sangat ia benci. Namun rupanya si koordinator asisten yang dia benci itu tidak hadir. Alhasil, praktikum berjalan lancar pikirnya.

Sekarang sudah memasuki waktu membersihkan namun sepertinya tidak ada yang ingat tentang hukuman Maura. Saat itu ia di beri tugas untuk menulis kalimat "Saya minta maaf kepada asisten dan tidak akan mengulangi perilaku saya lagi" sebanyak 10 lembar kertas folio.

Dengan keras kepalanya, satu kalimat pun enggan Maura tulis.

Namun tiba-tiba makhluk yang tak pernah Maura harapkan kedatangannya masuk kedalam laboratorium. Dengan muka sarkasnya, ia membisikkan sesuatu pada koordinator golongan.

Saatnya evaluasi. Maura rasanya ingin menghilang dari lab ini seketika. Namun Maura sudah memutuskan untuk menutup rapat-rapat telinganya ketika asisten di depannya mengoceh untuk menghindari masalah.

"Ada yang merapa copy paste laporan kemarin?" Tanya korgol tiba-tiba. Seketika jantung Maura berdetak hebat.

"Ngecopas dari angkatan sebelum kalian, ngerasa?" Tanyanya lagi

Gawat, Maura yang tadinya ingin biasa saja sekarang merasa tertekan. Ia sangat merasa telah mengcopas punya Aksa mentah-mentah. Dan tidak pernah ia bayangkan kalau akan terjadi masalah seperti ini.

"ADA YANG COPAS LAPORAN PUNYA ARKAKSA ZAHTAMIDAYA?" Ucap Farel Keras.

Sungguh Maura sangat tidak bisa di kerasi. Apalagi perasaannya tengah campur aduk antara rasa bersalah dan malu. Terlebih dengan terang-terangan sekarang sepertinya semua orang akan tahu terkait kedekatannya dengan Aksa.

Perlahan tapi pasti. Maura tidak bisa lagi mengelak. Dia menunduk dalam lalu mengangkat tangannya. Farel sangat puas melihat itu. "Akhirnya bisa kalah juga nih anak" batin Farel.

Farel menggelengkan kepalanya lalu menghentak meja.

"Mau jadi apa Lo Ha?" Bentak Farel. Maura memejamkan matanya dan tetes demi tetes air mata pun terjatuh disana. Namun dengan cepat Maura mengusapnya. Maura bukan orang lemah yang suka memperlihatkan Air matanya di hadapan semua orang

"Hukuman kemarin ga Lo kerja kan? Ngaku aja!"

"Ckk... Udah sok kritis, ngejatuhin asisten, sekarang copas. Ga malu Lo jilat ludah sendiri?" Mendengar Farel berbicara seperti ini. Semua yang ada dalam ruangan berpikir. Farel seolah sedang berbicara dengan musuhnya. Bukan sebagai asisten dan praktikan.

"Rel, Lo keterlaluan tau gak" Tegur Zein salah satu asisten yang tak lain adalah anggota Ander yang sudah tahu siapa Maura.

"Diem Lo Zein, Lo disini sebagai Corps kita, bukan Ander" Bantah Farel tak kalah dingin

"Tapi Lo keterlaluan Rel, Maura disini sebagai Praktikan, bukan musuh Lo" Bisik Zein lagi

"Rel, Lo kalau ada masalah sama Aksa, ya sama Aksa. Ga usah pake Maura"

Farel seolah tidak memperdulikan perkataan Zein.

"He-" Ucap Farel terpatah

"Berhenti kalau Lo ga mau habis di tangan Aksa lagi Rel"

"Apaan sih Lo? Kali ini dia emang salah bego!" Bentak Farel pada Zein.

Ini terjadi di dalam laboratorium, semua orang tampak antusias dengan drama ini. Sedangkan Maura, sudah setengah mati ia menahan sakit di kepalanya bersamaan dengan cairan yang mengalir melalui hidungnya. Untung lah setiap praktikum mengharuskan praktikan menggunakan masker.

Best Farewell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang