Bab 2

14 3 0
                                    

Aku menyesal,

Pada saat itu, entah mengapa langit menatapku dengan tajam, seolah ingin menghujamkan sesuatu padaku. Padahal aku tengah bersusah payah, seluruh peluh tlah mengucur di sekujur tubuh, karena apa? Karena untuk menggapai jemarimu.
Namun, ternyata langit punya skenario tersendiri. Tatapan langit itu seolah menusuk hingga ke dalam dada, dan ingin mengajakku tuk menyerah saja.
Pada akhirnya, ku terbuai atas rayuannya.
Pasrah, itulah kata yang tersemat dalam benaku, setelah aku menyadari betapa sungguh-sungguhnya langit menyiapkan segala tentangku.🦋

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Tangan kita tak lagi berjabat namun mata kita masih bertatap, rasa kita masih saling mengikat.
Kita memilih tuk saling melupakan karena keadaan. Kini ku sendiri menjaga hati yang engkau bawa pergi.
Terimakasih Bidadari telah menemani sepi.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Semuanya terkabul. Atas keinginan yang dulu ku pinta pada Tuhan; agar kamu kembali sudah tunai. Namun, entah kenapa segalanya mulai berubah. Perasaan yang dulu mendamba engkau kian surut. Semacam ada keraguan yang hinggap. Lagipula, untuk apa kembali mendekap erat luka kemarin? Jika sanya aku berjuang sendiri untuk sembuh dalam rasa sakit seperti waktu lalu.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Suatu ketika aku mengingat bahwa aku selalu bisa dekat denganmu, tetapi kini ku hanya berdoa untuk mu apabila kenyataannya aku mengetahui bahwa kita adalah langit dan bumi, yang dipisahkan oleh jarak dan juga waktu.

Aku menyukai matahari, karena matahari yang bersinar mengingatkan ku tentang mu yang sangat hangat dalam hati dan pikiranku.

Kini aku harus benar-benar ikhlas hidup tanpamu.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Kala itu, kau dan aku berada di ruang batas. Aku tak bisa menggapaimu, kau pun begitu. Kala itu juga, kita bagaikan berada di depan cermin besar. "Julurkan lah tanganmu, niscaya kau akan tahu apa balasan dari cermin itu."

Iya, pantulan. Seolah setiap apa yang kau usahakan hanyalah sia-sia. Entah, apakah seperti itu juga kisah kasih kita? Meski saling berusaha namun nyatanya itu hanya fatamorgana belaka?

Aku tak tahu,

Aku tak pernah terjebak di antara ilusi dan delusi, sehingga aku pun tak tahu arah keluar dari ruang itu. Meskipun ku putari ruangan itu seribu langkah, alhasil aku pun kembali di tempat yang sama, seolah semuanya sama.

Betapa membingungkannya kisah kita, bahkan lebih rumit dari seorang yang terjebak di tengah labirin.🦋

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Kepada langit yang terang, sungguh aku iri denganmu yang memiliki kelapangan dan selalu menampilkan afsunmu di setiap keadaan. Selalu berhasil menyenangkan hati pribumi tanpa memperdulikan keadaanmu yang ketika mendung, hujan, gelapnya malam. Beri tahu aku bagaimana menjadi yang paling menarik hingga disegani publik. Ruang hatiku terlalu luas untuk dipenuhi retisalya, terlalu polos untuk diwarnai abu-abu. Maka, kupejamkan netra agar Tuhan membentuk diriku menjadi lebih baik di masa yang akan datang, atau jika boleh memilih ingin seperti langit

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Selepas pergimu, aku tak lagi menjadi pria riang seperti yang slalu kau katakan dulu, suaraku sumbang oleh tangis  dan sesak yang tertahan diantara tawa.  Antara rindu dan kecewa menjadi satu, oh nona tidakkah terbesit di hatimu untuk mengulurkan tangan sekedar menarikku dari lubang keterpurukan ini, sungguh aku tiada daya dengan segala lemahanku tanpamu disampingku, aku tidak sekuat engkau dalam upaya mengikhlaskan, aku tidak setegar engkau dalam bersabar menunggu setelah dihadapkan perpisahan. aaaaaaaaaaah kita adalah dua insan yang saling mencinta yang sepakat untuk saling terluka.🍁🦅

Aksara Bercerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang