Bab 1

25 4 1
                                    

Sayang, luka ini hanya bisa disembuhkan oleh kehangatan senja.

Dahulu kita selalu menikmatinya bersama, bersisian di antara temaramnya cahaya, di atas pasir yang menjadi saksi kemesraan berdua.

Namun, malangnya garis takdirku ini, akhirnya menyisakan kenangan sepintas saja.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Desember yang lalu

Kita masih sempat menjadi sepasang, menari dibawah matahari sore bersama deburan ombak. Kau berucap " semoga kita tak lekang oleh waktu." Aku hanya tersenyum mengaminkan. Duduk berdua, kepalamu larut dalam dekapku bersama senja yang kian memerah beradu dengan gulita yang kian mendekat.

Kini, ditempat yang sama aku hanya bisa mengingat kenangan itu. Aku masih merasakan sandaran kepalamu, sedang tubuhmu telah dipeluk tanah.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Di suatu sore, aku melihat senja bersamanya, dia menggengam tanganku sembari mengucap "Kamu cantik seperti senja, tetapi apakah kamu tau perbedaan mu dengan senja?

Aku menjawab nya sambil tersenyum "Tidak tau."
Lalu dia menjawab sambil menatap wajah ku.

"Senja itu indah tetapi hanya sementara, sedangkan kamu indah di dalam hati ku dan sepanjang waktu." ucapnya lalu tiba-tiba memelukku.

Terakhir, dia berbisik kepadaku.

"Wajah bidadari mu menutupi senja, tetapi di dalam hati ku wajah mu yang terbayang dan kamu adalah seorang sang pelipur lara di dalam kehidupan ku."

Lalu kita memandang senja bersama, dan berlari-lari menikmati kenangan yang indah ini.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Aku menemukan 'rumah' kedua dalam pencarian. Yang menjelma sebagai satu-satunya sumber untuk kebahagiaan. Tempat untuk berkeluh kesah, ruang lingkup yang nyaman.

Namun sayang, seribu sayang. Aku melupakan satu hal, bahwa semua itu tak selamanya menetap, melainkan hanya sekedar singgah bukan untuk sungguh.

Sekarang, semuanya terkubur oleh renjana dan diriku sibuk untuk mengobati rasa ini.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Saat senja ranum kita menatapnya dengan perasaan yang sama, menatap kepergiannya.

Kita beranjak pergi meninggalkan pantai yang sudah berselimut gelap.
Jika boleh ku meminta kepada mu nona, jangan seperti senja.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Bukan tidak ada maksud, kenapa senja datang dan pergi dengan cepat!, sebab yang indah dan kekal itu hanya ada di akhirat serta tidak semua orang bisa merasakan itu. 🍁🦅

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Seperti kala itu di sore hari. Sembari menunggu senja turun di peraduan. Kita menikmati sunyi ditemani semilir bayu yang menyapu lembut sarayu dan merangkai cerita dengan canda tawa sebagai tali. Dilengkapi oleh alunan lagu kebanggan sambil menatap gelombang pesisir yang bergerak bebas dengan kedua jemari yang saling mengait. Ah... ternyata begitu sederhana kenangan manis yang kini berhasil bikin hati teriris.

#&$%=)=%+!()#="?$!#=@%@??@=#+$?%))&

Dan pada sore itu, aku menutup kisahku. Menatap cakrawala berusaha mengukir paras dahayumu di langit sana. Kamu dan senja sama saja, indah.

Lembayung menata warna, detik-detik parasmu mulai sirna. Meskipun itu momen paling menawan bagi mata yang memandang. Namun momen itu hanya untuk mereka, iya mereka yang sedang berpeluk mesra. Bukan untuk insan yang sedang merindu luka.

Aksara Bercerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang