Satu (Sekolah)

951 13 0
                                    

Hari ini adalah hari di mana aku memasuki sekolah baruku, setelah lulus dari sekolah menengah pertama, aku langsung di bawa oleh orang tuaku tinggal bersama mereka di kota yang terkenal padat, yaitu kota Jakarta. Sebelumnya aku tinggal bersama kakek dan nenekku, tapi setelah terjadi tragedi kecelakaan yang membuat kakek dan nenekku telah tiada hal itu membuat kedua orang tuaku membawaku tinggal bersama mereka.
Namaku Berliana Putri, biasa dipanggil Berlin, nama yang cantik bukan? Seperti namaku, aku adalah gadis cantik dan sedikit manja ... ya sedikit.

"Ah, capeknya." keluh Berlin yang baru saja tiba dirumah kedua orang tuanya.

"Sayang, mandi dulu yah. Habis itu kamu boleh istirahat." ujar Sinta yang tak lain adalah ibu Berlin. Melihat Berlin yang langsung merebahkan dirinya di sofa, membuat Sinta mendekat kearah putri kesayangannya itu sambil mengelusi rambut panjang putrinya.

"Iya Bun." Berlin yang mendengar ucapan sang Bunda langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang terletak di lantai dua rumah itu, tanpa memperdulikan koper bawaannya.

Sudah hampir 5 jam Berlin beristirahat, sehingga membuat Sinta sang Bunda bergegas menuju kamar sang anak untuk membangunkan Berlin agar makan malam bersama.

"Sayang, bangun dulu. Ayo makan, ayah udah nunggu di bawah." ucap Sinta membangunkan Berlin yang masih betah berada di balik selimut pink miliknya.

"Hey, ayo sayang. Kita makan dulu, nanti lanjut lagi istirahatnya." melihat Berlin yang hanya mengeliat, Sinta mengoyangkan kembali tubuh Berlin agar terbangun dari tidurnya.

"Iya Bunda." dengan muka kusam Berlin bergegas mengikuti langkah kaki sang Bunda menuju ruang makan.
Baru saja tiba di lantai bawah, Berlin yang masih bermalas-malasan langsung ceria ketika melihat sang ayah yang tersenyum kearahnya.

"Berlin, sayang. Ayah kangen banget sama kamu, nak." ungkap Daren yang tak lain adalah ayah Berlin. Tangan Daren merentang meminta agar anak semata wayangnya itu masuk kedalam pelukannya.
Tanpa menunggu lama Berlin yang merasa sangat bahagia bergegas menuruni tangga dengan tergesa-gesa dan langsung mendubrukan tubuhnya kedalam pelukan sang ayah.

"Anak Ayah manja banget." ucap Daren dengan tangan yang mengelusi punggung Berlin.

Mendengar ayahnya menyebutnya manja membuat Berlin mengerucutkan bibirnya kesal, Ia tidak suka disebut manja, meski sebenarnya itu bukan sepenuhnya salah.
"Ih ayah, jangan bilang Berlin manja dong. Berlin gak suka!" balas Berlin dengan pipi yang memerah menahan kesalnya kepada sang ayah.

"Yaudah, gak manja deh." ucap Daren dengan ekspresi menahan tawa, mendengar itu Berlin yang tadinya melepas pelukannya langsung memeluk kembali sang ayah dengan wajah yang ceria, bunda Berlin yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah keduanya.

"Udah pelukannya. Makan dulu yah." ujar Sinta dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

"Iyah Bunda sayang." balas Berlin dan langsung duduk di sebelah sang ayah.
Makan malam hari itu sangat menyenangkan, berkumpul dengan keluarga yang lengkap membuat keluarga kecil itu merasakan kehangatan keluarga kecil mereka.

***
Seminggu sudah Berlin berada di rumah kedua orang tuanya, Ia merasa bosan karena tidak diizinkan keluar dari rumah.
Hal ini yang membuat Berlin tinggal dengan nenek dan kakeknya, bunda dan ayah Berlin yang sibuk dengan pekerjaan membuat Berlin mau tak mau harus merasa kesendirian, meski itu untuk dirinya agar menikmati kehidupan yang tidak kekurangan. Tapi Berlin hanyalah anak yang membutuhkan kasih sayang kedua orang tua disaat umur yang baru beranjak remaja ini.

"Bosan banget, ih! Kapan sih aku mulai sekolahnya?" kesal Berlin sembari membuang handphone yang Ia mainkan di atas kasur miliknya dan merebahkan tubuhnya dengan tangan terlentang, tak terasa Berlin yang hanya merebahkan tubuhnya sebentar malah membuat Ia tertidur sangat lama.

Mengagumi Gangster SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang