Empat[Berani Berbuat, Berani Bertanggung Jawab]

513 10 0
                                    

"Ah! Kamu siapa?" teriak Berlin yang langsung membuat orang yang menariknya itu menutup mulutnya dengan kencang.

Berlin kaget bukan main, ternyata orang yang menariknya tadi adalah Zyan Dirgantara.

"Ka-kamu?" ujar Berlin gugup, rasa takut di mata Berlin tidak bisa disembunyikan, apa yang akan dilakukan Zyan kepadanya?

"Iya, gua! Kenapa kaget ya lu?" jawab Zyan dengan senyuman sinisnya.
Berlin yang melihat ekspresi wajah Zyan yang menyeramkan mencoba melarikan diri dari Zyan yang masih memegangi kedua lengannya dengan kencang.

"Lu gak bisa lari dari gua, Berliana Putri!" ujar Zyan dengan tatapan mata yang tajam, Zyan yang melihat papan nama di baju Berlin membuat Ia mudah untuk tahu nama siswi baru di SMA Garuda ini.

"Ke-kenapa kamu bisa tahu, namaku? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Berlin yang merasa heran dengan Zyan yang mengetahui nama lengkapnya.
Zyan yang mendengar ucapan Berlin hanya mengendikan bahunya yang membuat Berlin semakin penasaran. Zyan heran dengan gadis di depannya ini, apa dia tidak tahu bahwa di bagian depan bajunya terdapat papan nama?
"Dasar gadis bodoh!" ucap Zyan dalam hati.

"Lu yang mulai duluan, maka dari itu, lu harus bertanggung jawab." ujar Zyan sembari menatap Berlin dengan sinis.

"Ma-maksudnya—" ucapan Berlin terpotong ketika tangannya ditarik keluar dari toilet oleh Zyan.
Berlin yang ketakutan mencoba menarik tangannya dan berusaha untuk kabur dari Zyan.

"Argh! Brengsek!" Zyan menyentak kedua tangan Berlin yang sedari tadi tidak bisa diam, bahkan memaki Berlin dengan suara yang meninggi, kondisi sekolah yang memang sepi membuat Zyan semakin berani untuk meninggikan suaranya.

Mendengar bentakan Zyan, Berlin meneteskan air matanya, dan mencoba kabur dari Zyan yang sedang menatapnya marah.
Baru saja akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba tangannya ditarik paksa oleh Zyan yang membuat tubuh mungilnya terbentur dada bidang Zyan yang keras.

"Lu ikut gua, brengsek! Jangan coba-coba kabur dari gua!" Zyan menarik tangan Berlin dengan kencang dan membawanya memasuki mobilnya yang terparkir dengan rapi di tempat parkiran sekolah.
Setelah memasuki mobil Zyan, Berlin menangis dengan kencang dan membuat Zyan semakin marah dengan tingkah Berlin yang menyebalkan.

"Lu bisa diam, gak! Jangan sampai gua nekat melempar lu keluar dari mobil gua!" ancam Zyan yang membuat Berlin terdiam seketika dan mencoba meredahkan tangisnya yang tidak pernah berhenti.
Zyan yang melihat itu hanya terkekeh dalam hati, bagaimana bisa sebodoh itu gadis di depannya ini?
Zyan segera melajukan mobilnya menuju tempat di mana Berlin akan dibawanya.

Perjalanan yang mereka tempuh membutuhkan waktu sekitar 30 menit lamanya, dan 30 menit itu juga Berlin berusaha setenang mungkin agar tidak membuat Zyan kembali marah padanya.

"Ini di mana?" monolog Berlin dalam hati, Berlin merasa bingung buat apa Zyan membawanya di sebuah hotel, apa yang akan Zyan lakukan padanya? Berlin mulai gelisah dan hal itu disadari oleh Zyan yang sedari tadi menatapnya.

"Ayo turun!" ucap Zyan memerintahkan Berlin turun dari mobil miliknya.
Berlin segera keluar dari mobil milik Zyan dan mengikuti langkah kaki Zyan yang memasuki hotel.

Ketika memasuki hotel, Berlin dibuat bingung lagi dengan tingkah para pekerja yang seolah memberikan hormat kepadanya dan Zyan.

"Selamat sore tuan, Zyan." sapa resepsionis hotel tersebut dengan ramah dan membungkukkan tubuhnya seolah memberikan hormat kepada Zyan.

"Ya." balas Zyan singkat dan langsung melangkahkan kakinya menuju sebuah lift hotel.
Zyan menekan tombol lift menuju lantai ke 7, Berlin yang ketakutan hanya bisa terdiam dan berdiri di belakang Zyan dengan kepala yang menunduk.

Mengagumi Gangster SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang