Sepuluh

340 8 1
                                    

"Dasar gadis yang merepotkan!" Zyan melangkahkan kakinya menuju sofa dan membaringkan dirinya.

***
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 05:00 subuh alarm yang diatur oleh Berlin dalam handphonenya berbunyi.

Kriiiinnnggg...! Kriiiinnnggg...! Kriiiinnnggg...!

Bunyi alarm pada handphone Berlin membuatnya terbangun.

"Argh! Pusing banget." Berlin memegangi kepalanya yang terasa sakit, Ia mencoba bersandar pada kepala ranjang dengan mata yang masih terpejam menahan sakit pada kepalanya.

Setelah bersandar pada kepala ranjang, Berlin segera mengedarkan pandangannya pada sekelilingnya.

"Ini dimana?" Berlin bingung ketika melihat sekeliling kamar yang Ia yakini bukan kamar miliknya, ketika melihat seseorang yang berbaring di sofa barulah Berlin sadar bahwa ternyata Ia masih berada di kamar hotel milik Zyan.

"Ke-kenapa dia tidur di situ? Ada apa yang terjadi semalam?" Berlin mencoba mengingat kejadian semalam, tetapi yang Ia ingat hanya ketika memasuki mobil Zyan dan tiba-tiba tertidur, setelah itu Berlin tidak tahu lagi.

Berlin membuka selimut yang menutupi tubuhnya, Ia melihat tubuhnya yang masih mengenakan dress yang sama seperti semalam.

Lama melamun menatapi tubuhnya, Berlin tidak menyadari bahwa Zyan sudah terbangun dari tidurnya.

Zyan melihat Berlin yang bersandar pada kepala ranjang dengan pandangan yang menatapi tubuhnya dengan saksama.

"Gua gak ngapa ngapain lu kok. Tenang aja." seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Berlin, Zyan berucap demikian.

Mendengar suara yang tak asing di telinga, Berlin segera mengangkat kepalanya dan menatap Zyan yang sudah berdiri di samping ranjang yang ia tempati.

"Gak kok! Aku gak mikir gitu!" Berlin mengelak setelah mendengar Zyan berucap demikian, Ia tidak ingin Zyan tahu apa yang telah dipikirkannya, maka dari itu Ia berusaha mengelak dengan cepat.

"Yaudah!" Zyan membalas ucapan Berlin dengan singkat dan langsung memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tidak butuh waktu lama Zyan telah selesai membersihkan diri, Ia keluar hanya mengenakan handuk yang hanya sebatas pinggang.

"Argh! A-apa yang kamu lakukan? Ke-kenapa kamu tak memakai baju!" Berlin berteriak histeris sembari menutup matanya ketika melihat Zyan yang keluar tanpa atasan.

"Lu kenapa sih? Lagian ini kamar gua, kenapa lu yang ngatur-ngatur gua! Suka-suka gua dong, mau pakai baju apa enggak." Zyan menatap Berlin sinis, Ia terkejut ketika mendengar teriakan Berlin yang sangat nyaring di telinganya.

Berlin yang mendengar itu hanya bisa terdiam, Ia baru sadar bahwa ucapannya barusan bisa saja memancing amarah Zyan.

Melihat Berlin yang terdiam Zyan segera mengambil ponsel miliknya dan menelepon seseorang.
"Halo! Tolong bawakan bubur di kamarku!" ucap Zyan kepada seseorang diseberang sana, Ia baru ingat bahwa semalam dokter Bima berpesan agar langsung memberikan Berlin sarapan ketika sadar.

Tidak butuh waktu lama, pesanan Zyan pada seseorang ditelepon tadi datang.

Ting nong! Ting nong!
Suara bel di balik pintu terdengar sangat nyaring, Zyan yang mendengar itu langsung membuka pintu.

"Permisi tuan, Ini pesanan anda." ucap seorang wanita sembari membawa sebuah napan berisikan bubur pesanan Zyan.

"Bawa ke dalam!" perintah Zyan pada wanita itu.
"Letakkan di samping nakas itu. Lalu keluarlah!" mendengar perintah Zyan, wanita yang membawa napan berisikan bubur itu segera menuruti permintaan Zyan, Ia juga melihat seorang gadis yang sedang bersandar pada kepala ranjang dengan tubuh yang dibaluti selimut.
Melihat kejadian itu wanita itu berasumsi banyak hal, Ia berpikir bahwa Zyan telah melakukan sesuatu kepada gadis cantik itu.

"Gaes! Lo tau gak, gua tadi kan masuk tuh bawa bubur pesanan tuan Zyan, trus gua disuruh masuk, dan kalian tahu apa yang gua lihat disana?" ekspresi wanita itu membuat teman-temannya penasaran.

"Di dalam sana, tuan Zyan membawa perempuan! Sepertinya seumuran sama Zyan sih, tapi kalian tahu gak apa yang buat gua kaget lagi!?" lagi-lagi teman-teman wanita hanya mengelengkan kepala pertanda tidak tahu.

"Tuh cewek gak pake baju!" ucapan wanita itu membuat teman-temannya menutup mulut terkejut, mereka tak menyangka bahwa anak dari pemilik hotel ini melakukan hal yang tidak wajar pada seorang wanita.

"Wah! Ini gak bisa dibiarin! Kita harus melapor sama pak Dirga." salah satu wanita itu menimpali ucapan temannya itu dengan serius, Ia sudah bertekad akan melapor pada ayah Zyan atas kejadian ini, Ia tidak bisa membiarkan hotel ini tercemar nama baiknya.

"Lo gila yah! Jangan macam-macam deh, kalau sampai pak Dirga tahu, bisa-bisa Zyan yang akan berurusan sama lo!" mendengar ucapan temannya wanita yang membawa bubur tadi langsung menghentikan tindakan bodoh temannya itu.

Baru saja akan melanjutkan gosip mereka, tiba-tiba Zyan lewat di depan mereka.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Zyan pada karyawan ayahnya itu.
Zyan sudah mendengar semua ucapan karyawan ayahnya itu, dan hal itu membuat Zyan geleng-geleng kepala, bisa-bisanya mereka membicarakan hal yang tidak benar.

"Ah, gak ada tuan." elak salah satu karyawan wanita itu cepat, Zyan yang melihat itu hanya tersenyum sinis.

"Saya ingatkan satu hal! Jangan pernah membicarakan hal yang kalian tidak tahu kebenarannya! Bersyukur saya masih memiliki rasa kasihan, kalau tidak kalian pasti sudah saya pecat!" Zyan menatap garang pada karyawan wanita itu dengan tajam, Ia tidak menyangka berani-beraninya bawahannya membicarakannya.

"Ma-maaf tuan, kami tidak akan mengulanginya lagi!" balas karyawan itu serempak.
Melihat itu Zyan langsung meninggalkan karyawan wanita itu dengan cepat, Ia sudah tidak tahan untuk tetap menahan emosi yang bisa saja membuat wanita-wanita bodoh itu celaka.

Zyan memasuki kamar hotel miliknya dan melihat Berlin yang masih setia dengan posisi yang sama sejak terbangun tadi.

"Bubur itu buat Lu, makan gih! Abis itu minum obat ini." Zyan menyodorkan obat yang diberikan dokter Bima padanya semalam, tetapi Berlin hanya menatap obat itu tanpa berniat mengambilnya.

"Ambil!" Zyan tersulut emosi dan hampir saja melempari Berlin dengan obat yang Ia bawa.

BERSAMBUNG

Gimana? Apakah kalian merasa ingin mencabik-cabik mulut Zyan yang pedas itu? 😁

Jangan lupa tinggalkan jejaknya! 🤗🙏

Mengagumi Gangster SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang