Dua (Pertemuan)

635 11 0
                                    

"Iya, pak. hufh!" Berlin membuang nafas dengan gusar, Ia berusaha sepede mungkin agar tidak terlihat canggung jika keluar nanti.
Baru saja membuka pintu mobil, tiba-tiba...
"Aduh!" adu Berlin dengan mengerucutkan bibirnya, hingga membuat semua orang yang menatapnya tertawa geli.
Berlin yang menyadari bahwa Ia sedang menjadi pusat perhatian semua orang seketika langsung berdiri kaku sambil menatap kakinya yang terpelesat saat menuruni mobil tadi.
"Aduh! Ngapain sih ni orang-orang, Berlin malu ih!" gumam Berlin dengan pelan, pipinya yang memerah membuat Ia semakin lucu.

"Astaga mukanya imut banget!"

"Cantik banget sih!"

"Sini dedek, mana yang sakit, biar babang obatin!"

"Mukanya baby face banget!"

"Pasti anak orang kaya!"

Pipi Berlin semakin memerah ketika mendengar suara-suara para penghuni sekolah yang memujinya terlalu berlebihan.
‌Berlin yang merasa canggung akhirnya mengangkat kepalanya dan mencoba memberikan senyuman manisnya kepada semua orang, disitulah Berlin melihat bagaimana ekspresi semua orang yang terheran-heran menatapnya, Berlin juga melihat lima orang siswi perempuan yang memakai seragam ketat menatapnya sinis.

Setelah melewati tatapan-tatapan penghuni sekolah itu, Berlin akhirnya bernafas legah ketika memasuki sebuah ruang yang tak lain adalah ruang kepala sekolah.

"Permisi pak. Ini anak dari tuan Daren yang akan bersekolah di sini." ujar pak Anto yang setia mememaninya hingga memasuki ruang kepala sekolah.

"Jadi ini anak pak Daren. Perkenalkan nama saya Reno, saya adalah kepala sekolah di sini. Selamat datang di SMA Garuda! Semoga betah disini yah." ucap kepala sekolah itu dengan ramah.

"Ah, iya pak. Terimakasih." jawab Berlin dengan gugup.

"Kamu bisa berkeliling dulu untuk melihat lingkungan sekolah barumu." ucap pak Reno dengan senyumannya yang tak pernah pudar dari bibirnya.

"Nanti ditemenin sama bu Karin yah.
Buk Karin, tolong ajak Berlin berkeliling sekolah ya buk." ujar pak Reno dengan mengarahkan pandangannya kepada guru wanita yang berada disebelah mejanya.

"Baik pak. Ayo sini nak! biar ibuk perlihatkan situasi sekolah kita." ujar buk Karin sembari memegang tangan Berlin keluar dari ruang kepala sekolah.
Berlin yang bingung hanya bisa terdiam dan mengikuti langkah kaki guru wanita itu.

Saat sedang berkeliling sekolah, Berlin yang menyusuri pandangannya ke segala arah tiba-tiba dibuat penasaran dengan seorang pria yang duduk di sebuah ruangan kosong dengan sebatang rokok yang terselip disela-sela jarinya.

"Ini sekolah yang dibilang, bagus? Apa boleh seorang siswa merokok di lingkungan sekolah?" gumam Berlin dengan heran, mana ada sekolah yang memperbolehkan siswanya merokok dilingkungan sekolah, ini gila! Karena penasaran langkah kakinya membawanya mendekat kearah pria itu.

"Permisi?" ucap Berlin dengan volume suara yang dikecilkan.

Mendengar suara seorang perempuan seketika laki-laki yang sedang menikmati putung rokoknya itu berbalik menghadap perempuan yang berani mengganggu kesenangannya itu.

"Ah, maaf saya mengganggu." seketika keberanian Berlin langsung menciut ketika melihat tatapan tajam pria didepannya itu.
"Ganteng banget!" teriak Berlin dalam hati, bagaimana tidak pria didepannya ini sangat tampan meski sedikit berantakan tapi ketampanannya itu tidak menghilang sedikitpun. Berlin yang gugup  langsung meninggalkan pria yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Tuh kan! Berlin ditinggal! Mana gak tau ini dimana lagi." ucap Berlin kesal, bagaimana tidak, karena kecerobohonnya Ia ditinggal sendirian dibelakang sekolah yang sangat sepi ini.
Lama menyusuri sekolah akhirnya Ia bertemu dengan dua orang wanita yang tak sengaja melewatinya.

Mengagumi Gangster SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang