Tiga Belas

274 6 1
                                    

"Woi! Lu yang jangan sok tahu! Orang gua kemarin lihat tu cewek ikut balapan!" teriak Syena tepat di hadapan Katrin, dan hal itu mengundang perhatian Zyan dan teman-temannya yang baru saja memasuki kantin.

"Wah! Ada pertunjukan lagi nih!" teriak William yang membuat pertengkaran antara Syena dan Katrin terhenti sejenak.

Zyan yang melihat pertengkaran itu hanya menatap sebentar lalu pergi menuju meja yang biasa mereka duduki.

"Awas lu ya!" ujar Katrin dengan wajah yang memerah, lalu meninggalkan meja Syena dan kembali ke mejanya.

***
Tepat pukul 10:00 pagi Berlin terbangun dari tidurnya, setelah diantar oleh Zyan, panas pada tubuh Berlin kembali dan itu membuat bundanya khawatir dan meminta Berlin agar beristirahat.

"Ck! Kenapa sakit mendadak terus sih! Akukan mau sekolah." Berlin berdecak kesal, gara-gara sakit Ia terpaksa tidak mengikuti kelas hari ini.

*BerlinPoff*
Aku menatap tubuhku di depan cermin dan melihat di sekeliling pipiku mulai terlihat memerah dikarenakan panas yang tinggi.
"Ish! Ini kapan sembuhnya! Aku mau sekolah!" aku memegang pipiku dan sesekali berdecak kesal karena kulitku yang sangat sensitif.

Lama menatap pipiku yang memerah, aku mengingat perlakuan Zyan padaku semalam, baju sweater yang aku gunakan membuat aku makin mengingat perhatian-perhatian kecil yang Zyan perlihatkan, ya meskipun caranya tidak terkesan manis-manis banget.

"Argh! Kamu buat aku gila Zyan!" aku mengacak rambutku kesal, bagaimana tidak, dengan kehadiran Zyan membuat aku merasa nyaman.

"Zyan aku mengagumimu! Tapi apa mungkin hal itu baik buat aku? Sedangkan cara kamu memperlakukan aku saja tidak baik." aku bergumam kecil, aku mulai mengagumi sosok lelaki yang tak lain adalah Zyan, meskipun cara pertemuanku dan dia tidak baik, tapi apa salah jika dalam pandangan pertama aku mengaguminya?

"Semoga rasa kagum ini hanya sebatas kagum, dan tidak bakal berubah menjadi rasa sayang." lagi-lagi aku bergumam sembari mengingat wajah Zyan yang tampan.

"Sayang!"
Lamunanku pudar ketika mendengar suara wanita yang aku sayangi memanggilku.

"Iya bun." aku membuka pintu kamarku dan melihat bundaku yang sudah berdiri di depan pintu dengan seporsi makanan kesukaanku di tangannya.

"Sayang, kamu makan yah. Bunda udah masak makanan kesukaan kamu." bunda menatapku sembari memperlihatkan senyuman manisnya yang selalu membuatku tenang.

"Iya bun." aku mengambil napan kecil di tangan bundaku dan bergegas menuju kasurku dan mulai memakan makanan kesukaanku.

Aku makan dengan situasi kamar yang hening, hingga tak terasa aku mengingat perlakuan Zyan yang selalu kasar kepadaku.

"Hiks... Aku takut ke sekolah." rasa kagum pada Zyan seketika hilang ketika mengingat Zyan yang mencengkram pipiku dengan kuat, aku meneteskan air mata dan memakan makananku dengan perlahan.

*AuthorPoff*

Lain hal dengan Berlin yang menyendiri di kamar miliknya, Zyan yang mulai bosan dengan mata pelajaran mulai meninggalkan kelas menuju sebuah gudang di belakang sekolah.

"Shhh... Hufh..." Zyan menghisap dan menghembuskan asap rokok yang Ia isap sembari menikmati kesunyian yang Ia suka.

Tring! Tring! Tring!
Bunyi handphone milik Zyan membuat Zyan tersadar dari lamunannya dan melihat nama yang tertera di layar handphone tersebut.

BERSAMBUNG

Maafin aku ya lama banget up nya, ini tugas aku banyak banget, selalu gak ada waktu buat post.
Jadi tetap stay dicerita aku yah 🤗🤗

Jangan lupa tinggalkan jejaknya 🤗🙏

Mengagumi Gangster SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang