Enam Belas

241 7 0
                                    

"Baiklah ananda semua, berhubung guru mengadakan rapat, maka dari itu kalian semua dipersilahkan untuk pulang kerumah masing-masing. Terimakasih."
Mendengar pengumuman itu membuat semua siswa sisiwi berteriak senang dan itu juga berlaku pada Rika, Feby, Katrin dan Berlin yang juga berteriak senang, tetapi kebahagiaan keempatnya terganggu ketika Berlin melihat siapa yang berdiri didepan pintu kelasnya dengan tangan yang dilipat didepan dada.

"Zyan?" Berlin melihat Zyan berdiri di depan pintu kelas dengan tangan yang dilipat didepan dadanya, seketika senyum dibibir Berlin pudar.

"Teman-teman, aku pulang duluan yah." pamit Berlin pada teman-temannya.

"Gak bareng aja Ber?" tawar Rika ketika melihat Berlin yang hendak keluar dari kelas.

"Gak usah Rik." balas Berlin sembari memberikan kode pada temannya itu bahwa ada Zyan yang sedang berdiri di depan kelas mereka.

Seketika Rika, Katrin dan Feby menoleh pada seorang laki-laki yang menatap mereka dengan tajam.

"Ah, yaudah hati-hati ya Berlin." ucap Feby cepat dengan senyuman terpaksanya.

"Hm." Berlin melangkahkan kakinya dengan hati-hati dan sesekali menarik nafas gusar, Ia tidak tau apa yang akan Zyan lakukan lagi padanya, ingin lari tapi tak bisa.

Setelah menghampiri Zyan, Berlin mengangkat kepalanya menatap Zyan yang juga menatapnya tajam.

"Ayo!" ucap Zyan dan mendahului Berlin tanpa melirik Berlin sedikitpun.

Setibanya diparkiran, Zyan membukakan pintu mobil miliknya pada Berlin, dan hal itu membuat semua mata tertuju kepada mereka.

"Masuk!" perintah Zyan pada Berlin yang masih berdiri di samping mobil miliknya.

Berlin mengangkat kepalanya dan menatap sekelilingnya yang ternyata sudah banyak orang yang berlalu lalang.
Dengan cepat Berlin memasuki mobil Zyan tanpa menoleh lagi, Ia sudah tak bisa menahan malu ketika semua mata tertuju padanya dan Zyan.

"Astaga! Malu banget!" gerutu Berlin setelah memasuki mobil, Ia benar-benar tak bisa membayangkan apa yang akan orang lain pikirkan setelah kejadian barusan, belum lagi masalah pagi tadi sekarang sudah bertambah dengan yang sekarang.

"Lu kenapa?" Zyan yang baru saja memasuki mobil seketika merasa bingung dengan tingkah Berlin yang seperti orang yang tak waras berbicara sendiri dan mengacak-acak rambutnya.

"Eh, gak ada Zyan." elak Berlin setelah melihat Zyan yang menatapnya dengan bingung.

Zyan yang memang sedang tak ingin berbicara langsung menghidupkan mesin mobilnya tanpa menanyai Berlin lagi, dengan cepat Zyan melajukan mobilnya keluar dari dalam pekarangan sekolah tanpa memikirkan asumsi-asumsi yang akan dilontarkan penghuni sekolah esok hari dengan perlakuannya barusan.

Butuh waktu 30 menit untuk menempuh perjalanan menuju hotel milik orang tua Zyan, ya tempat tujuan Zyan adalah hotel, dimana Ia dan Berlin beristirahat setelah balapan dua hari yang lalu.

"Hotel?" Berlin melihat sekeliling tempat dimana Zyan memarkirkan mobil miliknya, seketika Berlin terkejut ketika melihat bahwa mereka sudah berada di hotel tempat dimana Ia disekap oleh Zyan dua hari yang lalu.

"Ke-kenapa di sini?" tanya Berlin takut, Ia menolehkan kepalanya menatap Zyan yang juga menatapnya tanpa ekspresi sedikitpun.

Zyan menatap Berlin yang ketakutan melihat sekeliling hotel, tanpa menjawab pertanyaan Berlin, Zyan segera keluar dari dalam mobil.

"Lu mau ikut gua atau mau di dalam itu terus?" ucap Zyan setelah keluar dari dalam mobil.

Berlin yang ketakutan hanya mengikuti perintah Zyan tanpa menjawab apapun lagi, Ia tidak mau membuat Zyan marah, maka dari itu Berlin hanya mengikuti langkah kaki Zyan yang memasuki hotel.

Mengagumi Gangster SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang