"Keylin! Ambilkan obat Berlin, sekarang!" teriak Saskia dengan kencang, Ia tahu bahwa penyakit Berlin kambuh lagi.Mendengar namanya dipanggil, seketika wanita yang bernama Keylin itu bergegas menuju tempat penyimpanan obat-obat Berlin yang memang sudah disediakan untuk berjaga-jaga.
***
Setelah mendapatkan obat dari Keylin, kondisi Berlin kembali membaik, Ia menatap Keylin yang juga balik menatapnya dengan mata yang berair."Hey, Lu kenapa, Key?" Berlin membeku ketika melihat burilan air mata yang mulai turun membasahi pipi wanita itu.
"A-aku khawatir sama kak Berlin." ungkap Keylin dengan terbata.
Berlin yang melihat itu seketika langsung memeluk Keylin dengan erat, Ia tahu seperti apa adik kecilnya ini, jika sudah seperti ini Berlin tidak tahan untuk tidak memeluknya.
Keylin adalah salah satu anggota AODRA, dan gadis ini juga termasuk yang termuda dari anggota yang lainnya, pertemuan keduanya diawali dengan pertemuan yang tidak disengaja, Berlin menemukan Keylin di sebuah jembatan yang tidak sengaja Ia lewati, dan pada saat itu juga Berlin berinisiatif membawa Keylin bersamanya, Berlin sudah menganggap Keylin sebagai adiknya sendiri, jadi wajar jika Keylin sangat bersedih melihat Berlin yang kesakitan.
"No! Kakak gak apa-apa, Key." Berlin mengelus pundak Keylin dengan lembut, Ia tidak tega melihat Keylin yang menangis sesegukan.
**
Selesai dengan berbagai drama kepulangan Berlin, akhirnya tiba juga saatnya perkumpulan anggota AODRA berkumpul membahas sesuatu yang sangat serius."Berhubung Berlin sudah berada ditengah-tengah kita, maka kita akan membahas masalah yang sudah sangat meneror kita selama ini," ucap Siska sembari menatap Berlin yang memasang ekspresi wajah yang bingung tak mengerti.
"Jadi seperti ini, Ber. Gua dan juga anggota lainnya diteror dengan berbagai ancaman yang berasal dari anggota Xetron, dan hal itu sangat mengganggu kita semua di sini. Dan bahkan salah satu dari anggota kita sampai dilukai hingga tak sadarkan diri sampai saat ini. Dan inilah alasan gua memaksa lu pulang secepatnya, gua dan juga anggota lainnya ngak bisa mengambil keputusan sepihak tanpa adanya persetujuan dari lu." jelas Saskia dengan seksama, Ia mengerti dengan keadaan Berlin, tapi jika tidak memberitahu Berlin secepatnya masalah ini, maka anggota AODRA akan terancam.
"Siapa yang terluka, Saskia?" Berlin terkejut bukan main ketika mendengar salah satu dari anggota mereka terluka, Ia tidak habis pikir apa yang membuat anggota Xander berbuat demikian.
"Resti, dia terluka ketika membeli sesuatu di salah satu mini market." balas Siska.
"Anjing! Apa yang membuatmu anak-anak Xander berbuat demikian?" emosi Berlin seketika melunjak, Ia sangat tidak pernah mengusik orang, tapi kenapa Xander berbuat demikian?
"Gua denger sih, gara-gara lu deket sama ketua Xorpio. Dan gua juga denger isu kalau salah satu dari anggota Xander menjadi siswa baru di sekolah lu." Saskia mencoba menjelaskan apa yang telah Ia dengar dengan seksama, Ia juga tau siapa yang sedang dekat dengan Berlin.
"Siswa baru...," Berlin mencoba mengingat-ingat siapa siswa baru yang memasuki sekolahnya.
Lama berpikir Berlin akhirnya mengingat siswa baru itu."Owh..., cewek tomboy itu anggota Xander." seketika senyuman licik Berlin keluar, dan pada saat itu juga sikap polos dan lugu yang Ia miliki lenyap seketika, yang ada hanya raut wajah yang menyeramkan.
"Oky! Gua bakal ngadapin si siswa baru itu, kalau terjadi sesuatu, gua bakal calling Siska untuk mengerakan yang lainnya. Gua harap gak ada yang menjadi penghianat di anggota kita, gua percaya sama kalian semua." Berlin menatap satu persatu anggotanya dengan seksama, Ia sedikit curiga kepada salah satu anggota AODRA yang menurutnya sedikit mencurigakan, tetapi dengan tenang Berlin berusaha mengabaikan hak itu.
Mendengar perintah dari Berlin seketika semua anggota bergegas mempersiapkan diri dan berangsur meninggalkan ruangan tersebut.
**
"Zyan? Kamu didalam, sayang?" suara itu berasal dari seorang wanita paruh baya yang berada di depan pintu kamar putra semata wayangnya.Zyan mendengar suara maminya yang sedikit berteriak dengan nada yang sangat khawatir, 10 menit yang lalu Zyan baru saja memasuki rumah dengan wajah yang murung dan sedikit memar di bagian wajah yang terlihat jelas oleh Vina sang mami Zyan. Melihat hal itu Vina berusaha mendekati Zyan, tetapi langkah kakinya tidak bisa mengapai Zyan, Zyan sudah lebih dulu memasuki kamar dengan cepat dan tak lupa pula mengunci kamarnya, hal itu membuat Vina semakin khawatir dibuatnya.
"Zyan gak apa-apa, Mih. Zyan mau istirahat dulu." Zyan membalas ucapan maminya dengan sedikit berteriak, Ia tidak ingin membuat maminya khawatir, maka dari itu dengan berat hati Zyan mencoba menjawab ucapan sang maminya dengan nada yang lembut.
Mendengar itu Vina terdiam sejenak, dan tanpa sepatakata Vina bergegas meninggalkan kamar Zyan dengan cepat, Ia mencoba memahami situasi sang anak yang sedang tidak baik-baik saja, maka dari itu Vina memberikan ruang untuk Zyan menenangkan diri.
Setelah memastikan maminya telah pergi, Zyan mencoba memejamkan matanya, belum sampai satu menit Zyan memejamkan mata, tiba-tiba ponselnya bergetar dengan kencang.
Drrrtt... Drrrtt... Drrrtt....
Zyan membuka matanya dengan paksa dan bergegas mengambil ponselnya yang masih setia berdering.
Zyan melihat nama yang tertera di layar handphone miliknya, dan seketika wajah Zyan memancarkan senyuman yang tipis."Berlin...,"
BERSAMBUNG
Maaf banget yah, aku baru up, sumpah aku gk bermaksud buat kalian nunggu, tapi otak aku lagi buntu banget buat mikirin alur"nya, apalagi aku bentar lagi mau tamat dan banyak praktek yang harus dikerjakan, sehingga waktuku untuk memikirkan alur ini jadi sedikit, ditambah lagi aku sekolah dikejuruan, jadi wajar kalau aku lebih fokus sama jurusan yang aku ambil, aku juga gak tau apa ini bisa aku lanjut atau inggak, tapi aku akn coba buat berusaha yah.
Maafin aku yahhhh😐
Jangan lupa tinggalkan jejaknya 🤗🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Gangster Sekolah
Romance"Kamu lihat laki-laki, disana?" ujar perempuan yang berada disebelahku. "Iya?" jawabku bingung sambil mengikuti arah jarinya yang menunjuk seorang laki-laki yang duduk dipojok kantin. "Jangan pernah berurusan dengannya, jika kamu tidak ingin menja...