Sembilan Belas

223 8 0
                                    

"Ihhh! Kebiasaan banget si Zyan! Lama-lama gua muak juga nihh," Berlin menghembuskan nafasnya gusar dan segera memasuki kelasnya.

***
Jam pelajaran pertama sudah berakhir, tibalah saatnya para siswa-siswi dan Guru-guru untuk beristirahat.

"Yey!" sorak gembira memenuhi kelas Berlin, mereka semua merasa senang akhirnya bisa menyelesaikan pelajaran pertama hari ini dengan mulus.

"Berlin, yuk kita ke kantin." ucap Feby pada Berlin.

"Ayok!" balas Berlin antusias, Ia segera keluar dari dalam kelas bersama dengan Feby, Rika dan Katrin.

"Owh iya, ntar aku makannya gak bareng kalian yah." ucap Berlin dengan ekspresi wajah yang murung, Ia mengingat bahwa Zyan telah memerintahkannya untuk menemani laki-laki itu makan di kantin.

"Lah, kenapa Ber?" tanya Katrin ketika mendengar bahwa Berlin tidak bisa makan bareng mereka di kantin.

"Hm, aku temenin Zyan makan." ucap Berlin sembari menatap Katrin dengan sedih.

"Maafin kami yah, kami gak bisa nolongin lu." Rika meminta maaf ketika mendengar Berlin yang selalu ditekan oleh Zyan.

"Gak papa, kok." balas Berlin dengan senyum paksanya.

Tak terasa Berlin dan ketiga temannya itu sudah tiba di kantin.
Berlin mencoba menelusuri kantin mencoba mencari di mana Zyan duduk, dan pandangan Berlin terhenti kepada empat orang siswa laki-laki yang tak lain diantaranya adalah Zyan.

"Gaes, aku ke sana dulu yah." pamit Berlin pada teman-temannya setelah melihat Zyan yang juga menatapnya tanpa ekspresi.

"Iya Berlin." balas Katrin sembari menatap Berlin dengan tatapan kasihan, Ia tidak bisa membayangkan bagaimana tertekannya berada dalam lingkungan Zyan.

Berlin segera mendekati meja di mana Zyan duduk, dan segera mengambil tempat berdiri di sebelah Zyan duduk.

"Lu duduk sini!" Zyan memerintahkan Berlin agar duduk bersebelahan dengannya.

Tanpa membantah sedikitpun Berlin segera duduk dengan kepala yang terus menunduk malu.
Bagaimana tidak malu, ketika melihat seluruh penjuru kantin menatapnya bingung, ditambah lagi tatapan ketiga teman Zyan yang menatapnya kagum.

"Lu mau makan apa?" ucap Zyan setelah melihat Berlin duduk disebelahnya, Ia tahu jika Berlin sedang menahan malu sekarang, tetapi hal itu sama sekali tidak dipedulikan Zyan, yang Zyan inginkan adalah Berlin makan bersamanya sekarang juga.

"Ah, a-aku mau... Bakso saja." balas Berlin dengan gugup, Ia tidak menyangka Zyan berkata lembut padanya dan baru kali inilah Berlin mendengar Zyan menanyai apa makanan yang akan aku makan.

"Delon, pesenin baksonya dua yah, kalau lu pada mau, sekalian aja. Ntar gua yang bayarin." ucap Zyan sembari meminta Delon untuk memesan makanan mereka.

Melihat sikap Zyan yang berubah, seketika ketiga temannya langsung tertegun, mereka tidak menyangka Zyan akan bersikap seperti  itu pada Berlin, setahu mereka Zyan orang yang sangat tidak peduli dengan seorang wanita, tapi kali ini beda. Apa yang terjadi pada Zyan sebenarnya?

Delon mencoba mencerna setiap ucapan Zyan dan langsung berdiri dengan pelan dengan ekspresi bingungnya.

"Lu pada mau apa?" tanya Delon kepada Jerome dan Galang.

"Sama'in aja deh." balas Galang dengan pandangan yang tak lepas dari Zyan.

"Lu apa, Jer?" tanya Delon lagi.

"Sama'in aja." balas Jerome dengan cepat.

Delon segera meninggalkan meja mereka, dan bergegas memesan makanan mereka dengan cepat.

Mengagumi Gangster SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang