"Liebling." pangil El namun tak mendapat balasan dari orang yang ia pangil. Terbukti bahwa gadis itu masih asik memandangi bintang-bintang yang berkelip pada malam hari.
"Kamu gapapa?." tanya El menatap wajah damai kekasihnya itu.
"Aku gapapa kok." balas gadis itu tanpa menolehkan kepalanya malahan ia tersenyum tipis.
"Beneran?." cowok itu sedikit memicingkan matanya. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban, meyakinkan cowok itu bahwa keadaannya sekarang baik-baik saja.
Cowok itu sedikit menghela nafas, apakah benar ini perasaannya tapi semoga saja ini hanya perasaannya saja 'kan?. Ia mengenggam tangan gadisnya lalu mengusap pungung tangan gadisnya lembut.
"Cantik ya." kata Zia memandangi bintang itu dengan senyum mengembang.
"Iya cantik." kata El memandangi wajah Zia yang tersenyum.
'Huft... Semoga ini cuma perasaan gue aja.' batin cowok itu menatap gadisnya yang kini tengah memakan-makanan yang ia beli tadi.
"Enak?."
"Em enwak." jawab gadis itu dengan mulut penuh dengan isi makanan membuat El terkekeh lucu mendengarnya.
"Abisin, oke?." El mengelus surai gadisnya pelan namun lembut.
"Okwe!." balas Zia mengacungkan jempolnya dihadapan El membuat El dengan sengaja mengecup jempol gadis itu. Mata Zia melotot dengan mulu terbuka kecil, benar-benar mengemaskan dimata El.
Cowok itu hanya tersenyum lembut dengan tangan yang mengusap sudut bibir gadisnya yang terdapat sisa saus.
"Nanti beliin Zia sate ya?!." ujar gadis itu riang sembari menatap El dengan pandangan berbinar.
"Iya, gih abisin nanti kita beli." ucap El membuat gadisnya mengangguk penuh semangat.
"Sayang El banyak-banyak!." El yang mendengar itu tak dapat menahan senyumannya.
"El juga sangat, sangat menyayangimu, gadisku." El memeluk gadisnya erat menyembunyikan kepalanya diceruk leher gadisnya sebentar dan melepaskan pelukannya.
'Aku bener-bener takut kehilanganmu, liebling.' batin El menatap sendu kearah gadisnya.
________
Brak!
"PAH! GAK BISA GITU DONG! AKU GA MAU!." teriak sang cowok setelah mengebrak meja kerja sang papahnya. Matanya memerah dengan mata berkaca-kaca, nafasnya memburu dengan tak stabil, dadanya naik turun.
"TAPI ITU UNTUK MASA DEPAN KAMU, DELLZIVAREN!." tekan sang papah menatap tajam anaknya.
"AKU GA PEDULI PAH! POKOKNYA AKU MAU TETEP TINGAL DISINI!." keukeuh Varen kepada papahnya. Demi tuhan ia tidak ingin pergi jauh-jauh dari gadisnya, dari Kak Zia tapi si tua bangka ini malah menekannya.
"Varen dengerin kata papah oke?!."
"Enggak, Varen ga mau denger apa kata papa. Varen maunya tingal disini, se. la. ma. nya, selamanya ingat itu." tekannya.
"Walaupun kamu nolak, papah akan tetap maksa kamu buat lanjutin sekolah di london dan sekaligus mengantikan tugas papa menjadi CEO disana." keukeuh Papah Varen menatap anaknya yang kini mengepalkan kedua tangan.
"Kenapa harus aku sih, pah? Kenapa bukan papa aja?." tanyanya menatap papa nya.
"Karna kamu anak papa, satu-satunya pewaris dikeluarga Adveirus." jawab Papa Varen.
"Dengerin kata papa oke? Kalo kamu jadi pengusaha kaya papa dijamin kamu bakalan bisa buat gadis kamu senang dengan uang hasil keringat kamu. Papa yakin gadis kamu itu pecinta uang dan makanan bukan?. Kalo kamu tetep ga mau siap-siap aja gadis kamu bakalan jadi gadis papa, gimana?." jelas Papa Varen menekan kata gadis kamu dan gadis papa dengan seringai liciknya.
Mata cowok itu membelalak terkejut menatap papanya. Bagaimana papanya bisa tau?.
"Oke! Varen mau sekolah dilondon dan jadi CEO disana!." putus Varen dengan setengah hati. Papa Varen yang melihat itu hanya terkekeh kecil menatap putra satu-satunya itu.
"Bagus, ini yang papa tunggu-tunggu." ucap Papa Varen dengan senyum merekah membuat Varen mendengus kasar.
"Siapa nama gadis kamu itu?." tanya Papa Varen membuat Varen duduk tegap didepan papanya dengan wajah berseri-seri.
"Namanya Ziare Quiana Xantara, kakak kelas Varen!." jawabnya semangat empat lima.
"Udah nembak?." tanya Papa Varen yang mana hal itu membuat Varen menunduk sedih dengan jari-jemari memilin hoodie nya yang berwarna blue baby.
"Udah tapi masih dipertimbangin karna katanya aku masih bocil." cicitnya pelan namun masih didengar oleh Papa Varen.
"Makanya, buktiin cinta kamu dengan dengerin omongan papa. Papa yakin gadis kamu itu pasti suka kalau kamu jadi CEO." ucap papa membuat Varen mendongak.
"Gadis kamu belum punya pacar 'kan?." tanyanya.
"Udah, bahkan 3." jawabnya sembari mengangkat tiga jari.
"Hah?."
Varen hanya tersenyum menangapi.
"Kalau kamu mau berbagi papa izinin asalkan gadis yang kamu suka itu baik dan adil." ucap Papa Varen.
"Berarti papa restuin?."
"Ya belum lah."
"Lah?."
_______
"Enak? Mau nambah lagi ga?." tanya El kepada gadisnya yang kini tengah makan sate sesuai janjinya.
"Boleh deh." Zia menyengir.
"Bang, sate nya satu lagi!."
"Siap den!."
"Makannya pelan-pelan, oke?." tanya El yang ditangapi oleh anggukan kepala gadisnya.
Setelah selesai memakan satenya gadis itu kini tengah bermain pou dihandphone El sembari menunggu pesanan yang satunya lagi.
Gadis itu dengan segaja membuat pou nya gemuk dengan makanan yang ia belinya bahkan pou nya saja tidak dimandikan.
Karena sudah gemuk ia tinggalkan saja. Zia memberikan handphone milik El dan beralih ke handphonenya. Beberapa notic dari apk berwarna hijau itu terutama untuk kontak kekasihnya dan satu lagi kontak Aria.
"Nih den, neng satenya udah jadi." ujar tukang sate itu. Zia yang mendengar satenya sudah jadi ia segera memakannya dengan semangat.
"Aaaa." Zia menyodorkan sate itu didepan mulut El.
"Buat kamu aja, aku dah kenyang." El tersenyum.
"Gamau pokoknya kamu harus makan." bibir Zia mengkerucut lucu.
"Baiklah." pasrah El menerima suapan dari gadisnya.
_______
By:NVL.EL
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIARE [END]
FantasyZiare Quiana Xantara harus mati ditangan sahabat psychopath gilanya. Dor "Gue benci lo!." teriak Ziare yang kini tubuhnya mulai terkulai lemas dan jatuh ketanah. matanya memandang sahabatnya benci dan tak percaya. Deg "Jangan benci saya, lebih b...