30

3.9K 349 1
                                    

"TUAN, NYONYA YUHUU SAPADA! ADA KABAR BAIK NIH! KEPO GAK? YA KEPO LAH MASA GAK!."

"TUAN, NYONYA MAIN YUK!."

Teriakan yang terdengar minim akhlak itu terdengar cempreng di telinga orang-orang yang tak sengaja melintas. Mereka yang mendengar teriakan tersebut hanya bisa menggerutu kesal dalam hati.

"Hei kau." suara yang cukup familiar membuat seseorang itu membalik badannya dengan kaku.

Disana, terlihat seorang wanita paruh baya tengah duduk bersama seorang cewek yang berpenampilan cukup ketat dan dengan make up menor khasnya. Keduanya duduk dengan elegan.

Disamping sofa untuk dua orang terdapat pria paruh baya yang duduk di sofa single sedang membaca berkas lewat ipadnya. Tampak dari rautnya yang tenang tak terganggu akan teriakan nyaring yang dihasilkan dari bawahannya sendiri.

"Nyonya Arkatama." ucapnya kemudian membungkuk sopan saat berhadapan langsung dengan majikannya.

"Ada kabar baik apa sehingga kau berteriak seperti tadi?." tanya Nyonya Arkatama sembari bersidekap dada dengan dagu terangkat, angkuh.

"Sangat tidak sopan." papar cewek dengan pakaian yang cukup ketat seraya meminum jus anggur dengan elegan.

Sang bawahan tersenyum kikuk dengan tangan menggaruk-ngaruk kepalanya.

"Maaf nyonya dan nona." ucapnya meminta maaf.

"Hm." dinginnya.

"Begini nyonya, nona dan tuan..." ucapnya sedikit menjeda sembari menatap bergantian kearah ketiganya yang sangat penasaran itu.

"TUAN MUDA AKHIRNYA DITEMUKAN! HOREE GAJI DINAIKAN 2x LIPAT!." serunya bertepuk tangan membuat ketiganya mematung.

"Anakku..." lirih sang wanita paruh baya.

"Mah, calon suami Rachel akhirnya pulang!." seru cewek itu terlampau senang. Akhirnya pujaan hatinya akan pulang dan mereka berdua bisa menikah secepatnya.

Ah! Ia tak sabar menantikan hari itu tiba.

Rachel tersenyum-senyum sendiri sampai-sampai ia menyelipkan helaian rambutnya kebelakang telinga.

"Bener sayang, akhirnya anak mama pulang." ucap wanita paruh baya itu mengenggam tangan sang calon menantunya dengan wajah bahagia yang tak dapat disembunyikannya lagi.

"SERAHKAN BEBERAPA BODYGUARD UNTUK MEMBAWA TUAN MUDA KALIAN, CEPAT!."

Pria paruh baya itu segera memerintahkan bawahannya saat tau bahwa putra satu-satunya telah ditemukan. Jujur, saja sudah bertahun-tahun ia mencari putranya itu tapi tetap saja nihil.

"Baik!."

_______

"Tuan muda berhenti!."

"Tuan muda!."

"Tuan muda Marshen!."

Marshen yang diteriaki namanya oleh beberapa bodyguard suruhan ayahnya itu terus saja berlari menyusuri setiap gang-gang yang ada didepannya.

"Tua bangka itu!." gerutu Marshen kesal.

"Sialan banget tuh bodyguard."

"Mana tuh ada banyak lagi."

Dia belum siap tau kalau harus bertemu seorang cewek yang selama ini dihindarinya itu. Terlebih lagi saat bersama cewek itu membuatnya merasa sangat tak nyaman.

Marshen memutar otaknya mencari ide yang brilian agar orang-orang yang mengejarnya itu minimal berkurang berapa. Lha ini terhitung ada 20 an lebih bodyguard yang mengejarnya.

Si tua bangka itu bahkan tak tangung-tangung membawa bodyguard yang begitu amat banyak itu.

Dia capek lari terus-terusan kaya gini.

Marshen terus berlari saat bertemu belokan ia membelokan larinya menuju gang yang amat sempit yang hanya bisa dilewati oleh satu orang saja.

Marshen menghembuskan nafasnya lelah ia membalikan badannya menatap beberapa bodyguard yang terjepit karena banyaknya bodyguard yang ingin meloloskan diri dari gang sempit itu.

Satu bodyguard berhasil meloloskan diri membuat Marshen bersiap-siap agar tak kecolongan.

"Tuan muda hah, nyonya dan tuan sudah menunggu anda dikediaman. Mereka berdua sangat merindukan anda tuan muda." jelas sang bodyguard itu dengan nafas ngos-ngosan.

"Gue ga mau nikah sama cewek itu titik!." tegas Marshen tetap keukeuh dengan pendiriannya. Matanya menatap tajam bodyguard didepannya.

"Setidaknya tuan muda kembalilah ke kediaman. Pastinya tuan muda juga merindukan tuan dan nyonya, pulang lah tuan muda." ucap sang bodyguard.

"Enggak! Lo maksa banget sih jadi bawahan, gue pecat juga lo lama-lama." dengus Marshen sebal pada bodyguard di depannya ini.

"Tuan muda yang berhak memecat saya itu tuan dan nyonya." jelas bodyguard itu membuat Marshen berdecak kasar.

"Bacot, anjeng!."

Bugh

Bugh

Dugh

Krek

Bugh

Marshen terus melayangkan bogeman mentah untuk bodyguard di depannya ini. Tampak bodyguard itu sedikit kelelahan melawan tuan mudanya ini yang lama-kelamaan makin bringas dan aggressive.

Jujur saja ia tak sebanding melawan tuan mudanya yang lebih hebat darinya.

Bugh

Bogeman terakhir mampu membuat sang bodyguard terkapar di aspal itu.

"Huh!."

Marshen menyeka sudut bibirnya kemudian meregangkan otot-ototnya keatas.

"Bilangin sama tua bangka itu. Gue bakal balik ke rumah besok dan gue bakal bawa cewek gue!." tegas Marshen setelah itu ia berlari menghindar agar tak ada bodyguard yang mengejarnya lagi.

Beberapa bodyguard yang masih ada disana saling pandang.

______

"DIMANA PUTRAKU, HAH?!."

"Maaf tuan, kami tak bisa membawa tuan muda kembali ke kediaman Arkatama." jawab salah satu bodyguard dengan menundukan kepalanya. Semua bodyguard di situ juga tampak menundukan kepala.

"Dasar tidak becus kalian!." marah tuan Arkatama.

"Tu-tuan muda juga bilang bahwa tuan muda akan kembali ke kediaman Arkatama besok dan--." ucapnya terpotong.

"Putraku, putraku akan kembali." potong cepat wanita paruh baya itu.

"Dan?!."

"Da-dan tuan muda akan membawa gadis lain ke kediaman ini." lanjutnya takut-takut.

"APA?!."

"GAK! GAK MUNGKIN MARSHEN BAKAL NOLAK AKU! AKU CALON ISTRINYA!."

"Mah, gimana ini mah aku ga mau Marshen sama cewek lain."

"A-aku calon istrinya 'kan mah?!."

"Iya Rachel calon istri dan menantu Arkatama."

________


By:NVL.EL

ZIARE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang