33

3.6K 328 11
                                    

"PAPA! PAPA! PAPA!."

"SIALAN! DIMANA PAPA?!." teriak Rachel bergema dimansion yang mewah. Tadi, saat di mansion Arkatama setelah ditolak oleh kedua orang tua Marshen ia langsung kembali ke mansionnya dengan amarah membuncah.

Bisa-bisanya ia yang sudah menunggu pujaan hatinya bertahun-tahun harus terlengserkan karna orang baru?!. Ini benar-benar tak adil untuknya!.

Bahkan, kini keadaan mansionnya sudah terbilang tak baik-baik saja. Rachel melempar benda-benda yang dilihatnya sampai guci pun sudah pecah dengan serpihan-serpihan yang berserakan dimana-mana.

"Nona tenanglah." salah satu pelayan mencoba menenangkan nona mudanya yang terlihat marah besar.

"DIAM! DIMANA PAPA, HAH?!." sekali lagi Rachel berteriak membuat pelayan itu beringsut mundur. Tatapan tajam yang diberikan nonanya membuatnya ketakutan. Jujur saja nonanya sangat menyeramkan.

"Ada apa, sayang?." ketika suara seseorang itu terdengar ditelinga membuat Rachel cepat-cepat membalikan badan.

"Papa!." Rachel menghampiri papanya dan memeluknya sebentar dan dibalas oleh papanya.

Pria paruh baya ah tidak papa kandung Rachel sebut saja namanya Jeff dan biasa disebut Papa Jeff.

Mereka berdua duduk di sofa pada ruang keluarga yang sudah bersih dan rapih oleh pelayan-pelayan tadi. Guci yang tadi berserakan dilantai pun sudah bersih tanpa tersisa oleh serpihan-serpihan guci.

"Papa. Marshen, pujaan hati aku udah kembali ke rumah pah. Ta-tapi dia malah bawa cewek lain ke rumahnya. Ini ga adil buat aku pah, aku calon istrinya!." adunya kepada Papa Jeff yang terdiam.

"Papa juga mau nyampain sesuatu tentang perusahaan papa." sontak hal itu membuat Rachel mendongak menatap wajah papanya yang terlihat letih itu.

"Apa pah?." tanya Rachel sedikit was-was. Ia takut ucapan Ayah calon mertuanya tadi siang benar-benar terjadi.

"Arkatama Group tiba-tiba saja menarik seluruh saham yang ditanam di perusahaan papa. Rachel tau 'kan Arkatama Group itu penyumbang terbesar di perusahaan papa dan jika Arkatama Group menarik sahamnya otomatis perusahaan papa akan mengalami penurunan drastis. Untuk itu, papa sekarang lagi sibuk-sibuknya mencari penanam saham dan bekerja sama agar perusahaan papa membaik seperti semula." jelas Papa Jeff memijat keningnya pusing.

"Rachel ngerti pah." ucap Rachel menganggukan kepalanya sedih.

"Tapi pah." tiba-tiba Rachel menampilkan senyum miring yang mana hal itu membuat Papa Jeff menghela nafas berat.

"Rachel mau minta sesuatu ke papah dan papah harus bisa turutin kemauan aku!." tegas Rachel tak terbantahkan.

"Apa?."

"Rachel mau sekolah di tempat Marshen, cowok pujaan aku pah!."

Dia tak akan mudah menyerah begitu saja. Tunggu saja, Ziare Quiana Xantara. Nikmati hari bahagiamu dulu sebelum kurebut Marshenku dari mu, bitch!.

Tunggu drama selanjutnya, sayang.
_______

"Hai, kenalin aku Rachel Palupi, pindahan dari SMA SEMORK. Senang bertemu kalian semoga kita bisa berteman baik ya!."

Ziare dan Marshen langsung mendongak dan menatap lurus pada pada Rachel yang kini juga tengah menatap Marshen dengan seringaian yang menurut Marshen menjengkelkan.

"Pucuk dicinta ulam pun tiba. Entah ini karma atau hidayah sampe-sampe mantan lo kesini Marshen. Gila, kayanya dia cocok sama lo Marshen." decak Zia.

Marshen yang mendengar itu meremat bukunya dan menatap tajam Zia, El yang ada disampingnya segera melepaskan hoodienya untuk menutupi kepala Zia agar tak melihat tatapan tajam dari Marshen.

"Gila tatapannya, berdamage." gumam Zia yang tak melihat apa-apa.

El balas menatap Marshen dengan tatapan tak kalah tajam dan mengisyaratkan agar berhenti menatap gadisnya seperti itu. "Heh, congek. Gue gorok lu kalo masih natepin cewek gue kek gitu."

Dada Marshen bergemuruh. Tidakah gadis itu memiliki ketertarikan dengannya? Bahkan dengan terang-terangan gadis itu mengatakan bahwa ia cocok dengan calon mantan istri yang tak disukainya itu.

"Baik, Rachel silahkan kamu duduk dibangku barisan ketiga disana yang masih kosong." ucapnya sembari menunjuk kursi kosong dan sebelahnya ada seorang siswi cupu.

Rachel mengangguk sopan. Sial jarak bangkunya dengan bangku Marshen ternyata jauh. Tidak apa-apa ia bisa menlancarkan aksinya saat jam istirahat.

Saat tatapan Rachel berhenti dan kini menatap Marshen yang tengah menatap Zia yang sedang mengambar abstrak di buku. Seulas senyum kesal terlihat jelas pada mimik wajah Rachel yang tak suka.

"Marshen cuma milik aku." gumamnya lirih dengan tangan terkepal dan dengan kasar ia duduk dibangku membuat decitan yang dihasilkan mampu membuat siswi cupu ketakutan.

"Ekhem nama kamu siapa?." dengan sekejap raut wajah Rachel menjadi ramah.

"Aku Tapasya." siswi cupu itu mendongak dengan senyum tipisnya.

"Ah kamu mau ga jadi teman aku?." senyum lebar terbit begitu saja tanpa aba-aba, siswi cupu itu sedikit tersentak.

"A-aku ga mau." geleng siswi cupu itu.

Senyum lebar Rachel luntur seketika. "Kenapa?."

"So-soalnya kamu bau ketek, pe-permisi hoek, hoek."

Seketika Rachel langsung mengendus-endus ketiaknya dan kemudian menampilkan ruat wajah jijik.

"Gue lupa belum pake Rexonna tadi." gumam Rachel meringis.

_________




By:NVL.EL

ZIARE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang