35

4.1K 318 2
                                    

Saat pulang sekolah, Ziare mendadak ingin buang air kecil sebentar. Ia menatap mereka semua yang menatapnya dari tadi. Dari tatapan mereka saja saat menatap Zia tadi mengatakan bahwa mereka tak bosen-bosennya memandang Zia dari wajah dan segala tingkah laku.

Kelas-kelas lain sudah sepi hanya beberapa orang saja yang masih tinggal untuk melaksanakan kewajiban mereka. Begitupula Ziare dan pacar-pacarnya ini yang duduk diam melingkar.

Itu sudah menjadi kebiasaan mereka, itung-itung berjumpa dengan para madu-madu untuk saling silaturahmi agar mempererat persaudaraan antarharem.

"Kenapa?." tanya El.

"Butuh sesuatu?." ini Leon. Leon ini agak sibuk dengan kewajibannya sebagai salah satu anggota OSIS. Jadi, tak mengherankan kalau kadang ada Leon kadang tidak ada sama sekali.

Bahkan Leon berniat ingin sekali keluar dari anggota OSIS menjadi siswa biasa agar sering berjumpa dengan kekasihnya, Ziare.

Leon mengusap pipi Zia lembut. Kangen banget sama Zia bahkan kalo ketemu Zia kangennya malah numpuk gak bisa berkurang sama sekali.

"Ayang butuh sesuatu? Mau Zayne gendong?." rasanya entah mengapa Zayne merasakan sesuatu yang tak biasa dan itu mampu membuat Zayne gelisah dan resah hati.

'Perasaan aneh ini kembali terulang.' batin El menghela nafas berat dan menggeleng kepalanya pelan mengusir sesuatu yang aneh didalam pikirannya dan juga hatinya.

"Zia, Marshen tadi udah beli makanan dikantin yang jaraknya cuman lima langkah doang." Zia seketika membulatkan matanya tak percaya. Ia menatap mereka semua yang hanya mengedihkan bahu kompak.

Apa? Apa katanya tadi?. Kantin cuman lima langkah doang? Kapan pindah anjir?. Kalo gitu sih mending tadi dia jajan aja kalo jaraknya cuman lima langkah.

"Kapan pindah?." tanya Zia tak habis pikir. Siapa yang pindahin, atau pas Zia lagi tidur pas jam istirahat makanya gak tau. Kudet banget dia, taunya pas jam pulang.

"Tadi pas jam istirahat." jawab Zayne enteng.

"Siapa yang mindahin?." sontak mereka semua dengan kompak menatap El yang tengah memilin rambut Zia dan sesekali menghirupnya. Wanginya candu El suka.

"Zia, Zia pake shampoo apa?." El yang tidak tahu sedang ditatap malah dengan penasaran bertanya pasal shampoo yang digunakan kekasihnya. Lumayan nanti kalo mandi mau shampooan couple kaya Zia.

"Pake Sunslik campur Dove dong." dengan santai Zia mengibaskan rambut panjangnya kesamping tepat mengenai wajah El yang memandangnya gemas. Gemas pengen makan cepet-cepet.

"Oke nanti El beli." El mengangguk-anggukan kepalanya sembari mencatat merek shampoo yang diucapkan Zia pada handphone miliknya.

"Ekhm Zia mau tanya sesuatu boleh?." dengan senyum aneh yang tiba-tiba saja timbul dibibir manis gadis itu. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu sekarang.

"Apa hm?." suaranya berdamage banget kek ngajak kawin lari aja.

"Tanya apa sayang?." ini satu suaranya kek gemes banget. Zia jadi pengen narik tuh jakunnya naik turun terus gak capek apa?.

"Boleh, mau tanya apa?." lembut banget suaranya. Zia jadi terkesima deh.

"Ayang, kamu nanya?." ngeselin bat ni anakan perspermaan ayah. Pengen banget Zia timpuk pake duit dollar hasil ngepetnya dengan Zayne kemarin pas malem jum'at. Lumayan dapet banyak, udah Zia bagi-bagiin ke tetangga sebelah.

"Cowo kalo lagi dikamar mandi suka bawa sabun bolong. Gunanya buat apa? Ngukur anu?." tanya Zia terlewat goblok dan polos.

"Trus, kalo cowo lagi ng*cok--." ucapan Zia terpotong kala mereka semua sudah konek akan arah pembicaraan Zia yang hari ke hari mulai frontal.

"HEH?."

"MULUTMU SAYANG."

"AYANG MAU AKU CIPOK HEH?." ini nih kayanya yang ngajarin. Tukang nyesatin orang ternyata.

"Sayang kita ngepet aja yuk."

_______

"Zia mau kekamar mandi bentar doang gak lama kok." Zia berdiri dari duduknya menatap mereka semua. Munpung sekarang hari sabtu dan bajunya pake aja sampe sore, ga usah diganti.

"Mau kita anterin?." Zia menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. Enak saja udah besar pake dianterin. Zia tau mereka semua khawatir dengan keadaannya apalagi sekolah sudah sepi. Gerbang belum ditutup mungkin tutupnya nanti jam lima sore sedangkan ini baru jam 1 siang.

"Yaudah, hati-hati." Zayne mengecup pipi Zia begitupun mereka semua-mengecup pipi Zia secara bergantian.

"Paan sih kalian kek Zia mau pergi jauh aja pake kecup pipi segala." Zia terkekeh lucu pada mereka semua. Namun, hanya dibalas senyum aneh.

"Papay." Zia sedikit berlari keluar kelas sebelum berjalan biasa saja.

"Ikutin Zia dari belakang." perintah Leon pada Marshen yang memandang Zia dalam.

Marshen mengangguk dengan segera ia berdiri menyusul Zia dengan diselingi jarak yang cukup jauh. Agar ia tidak ketahuan saat Zia menoleh kebelakang.

______

"Sepertinya kita harus mempercepat rencana." ucap seseorang itu saat melihat Zia pergi kekamar mandi.

"Kok mendadak sih?." dengan kesal ia mencebikkan bibirnya kedepan.

"Melawan heh?." sinisnya memandang sengit pada orang itu.

"Ya enggak lah."

"Cepet. Lu susul Zia sekarang juga." desaknya.

"Ck, iya iya."

"Pastiin cewek milik gue aman tanpa lecet sedikitpun."

_______

"Hah, lega banget abis berak." Zia membasuh tangannya pada wastafel kamar mandi sekaligus membasuh wajahnya agar kembali segar.

"Wihh sapa tuh?." sesuatu melogok dari kaca kamar mandi. Zia menoleh kebelang.

"Gak ada siapa-siapa kok."

"WAHH ANJIR! KAGET ASU." Zia memegang dadanya yang berdegup kencang.

"Muke lu pucet banget. Kurang obat darah neng? Atau obat cacing eh bre ini kan belum 6 bulan sorry ya belum bisa beliin obat cacingnya." cerocos Zia.

"Napa diem ngab? Su Asu? Budeg nih orang."

Dengan gerakan cepat seseorang itu membekap mulut Zia dengan kain yang sudah diberi obat bius kemudian keluar tanpa suara sedangkan Zia memberontak.

"Eemmpphht! Marshemmphht!."

"Shennmmmptt tolonghhmmpt!."

Zia melambai-lambai pada Marshen.

"Iya nanti gue pulang sekolah ke markas. Bentar elah gue lagi nyusulin cewek gue." ucap Marshen kepada orang yang ada disebrang sana.

"...."

"Kok pintunya ke buka?."

"AYANG ZIAAAA!."

______




By:NVL.EL

ZIARE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang