29

4K 360 6
                                    

"DADAH MARSHENDAL, ZAYNE! ZIA DULUAN YA!."

Teriakan Zia yang sudah sedikit jauh itu membuat kedua orang memutuskan tatapan mata dan menatap motor El yang sudah melaju meninggalkan keduanya.

"Ck, bangsat." umpat Zayne yang keduluan oleh El.

Zayne melirik sinis kearah Marshen yang terdiam. Dengan gerakan cepat Zayne menyalakan motornya dan melajukan dengan kecepatan diatas rata-rata supaya tidak ketinggalan.

"Banyak saingan, okey ini akan sangat menyenangkan." gumam Marshen menyugar rambutnya pelan.

______

Cewek dengan setelan seragam SMA itu tengah terdiam memandangi sebuah figura kecil yang ada ditangannya. Jempolnya, mengusap pelan figura kecil yang menampakan seorang cewek tengah duduk dengan senyuman yang mengembang.

Lokasinya berada digudang sekolah yang jarang sekali dilewati atau pun didatangi. Lampu yang sedikit remang-remang itu tak membuat sang cewek takut.

Jempolnya terhenti mengusap figura kecil itu. Matanya berkabut obsesi yang begitu besar.

"Sedikit lagi." gumamnya.

Seringai tipis ia berikan pada figura kecil itu. Obsesi rasa memiliki didalam dada cewek itu begitu besar hingga bisa dikatakan sangat gila.

Gila ingin memiliki seorang cewek.

"Tubuh indah ini, wajah cantik ini ah Kak Zia." cewek itu menggeleng dengan mesem-mesem sendiri seperti orang gila perempatan lampu kuning.

"Sepertinya aku harus lebih memonopoli Kak Zia hanya untukku sendiri. Mereka, tak akan kubiarkan mendekati Kak Zia, dia adalah milikku. Hanya milikku." gumamnya dengan senyum tipis yang begitu mengerikan.

"Mereka, mereka adalah ayam jantan yang ingin dimasukan miliknya secepatnya. Mereka hanyalah penganggu untuk aku mendapatkan Kak Zia." ucapnya dengan mata menyipit.

"Mereka tak pantas untuk Kak Zia yang hanya pantas untukku saja." ucapnya dengan figura yang terangkat kedepan.

Cup

Kecupan basah itu dilayangkan untuk figura yang digenggamnya. Kecup dengan waktu yang terbilang cukup lama.

Ceklek

"Eh lo, kenapa lo bisa ada disini?." suara cewek dari arah depan pintu gudang menganggetkan cewek itu yang masih dalam pose mencium figura tadi. Dengan cepat cewek itu menyimpan figura tadi dibelakang pungungnya.

Sial, dia kepergok!.

'Semoga aja ga liat, bisa ancur reputasi sama rencana gue nanti.' batin cewek itu sedikit gelas.

"Lo pasti abis dikurung sama kakak kelas lain 'kan?." tanya cewek itu membuat dia mengangguk sedih.

"Kasian lo. Yaudah cepet pergi gue kesini cuman mau nge cek doang." ucap cewek itu membuat dia yang sedang duduk lantas berdiri.

"Ma-makasih kak." ujar cewek itu sedikit gugup sebelum lari keluar gudang membuat dua orang cewek tadi saling pandang.

"Lo tau gak apa yang baru gue liat?." tanya cewek yang satunya lagi bernama, Yalontha.

"Enggak, emang apaan sih? Gue kepo begette." kalo yang ini namanya Bitchiali dengan tatapan penasaran yang amat kentara sekali.

"Lo liat cewek yang tadi digudang 'kan?." Yalontha bertanya sembari mengunci gudangnya lagi dan memasukan kunci itu pada rok sakunya.

"He'em, kenapa? Gue liat orangnya baik kok. Buktinya dia selalu tebar senyum ramah ke siswa/i." Bitchiali mengangguk saat teringat kalo cewek tadi selalu tebar senyum saat dikelas maupun luar kelas.

"Bukan masalah itu." Yalontha menjitak kepala sahabatnya ini.

"Emang apa masalahnya sih. Lagian kenapa lo juga jitak pala gue hah?!." ucap Bitchiali dengan tangan mengusap jidatnya. Ini sahabatnya suka banget jitak palanya. Mungkin faktor keturunan kali ya?.

"Biar jidat lo jadi gepeng!. Ngehaluin yang gepeng-gepeng yang nyatanya cuman dunia visual." ujarnya membuat sang Bitchiali memberengut kesal. Wajar dong kalo dia wibu, emang apa salahnya sih?.

"Jadi apa masalahnya sih?." tanya Bitchiali dengan jengah.

"Masalahnya tuh gue liat dia kaya cium figura kecil dan ngumamin yang ga jelas gitu. Ngeri anjir, gue takutnya dia ga waras, mana tempatnya gudang yang ga kepake lagi." jelas Yalontha dengan wajah ketakutannya.

Bitchiali yang mendengarnya sontak bergidik ngeri sembari menatap pintu gudang.

Krak

"Jangan-jangan itu..." Yalontha mengantung kalimatnya baru kemudian saling pandang kepada Bitchiali yang kini sudah paham akan situasi yang terjadi.

"SETAAANN!."

"MAMA ADA SETAN!."

"HUUAAAA!."

Keduanya lari terbirit-birit jangan lupakan wajah pucat pasi kedua cewek itu.

Padahal yang bunyi cuman ranting.

________

Cewek itu menyimpan figura kecil didalam tasnya. Sebelum kemudian berjalan keluar kelas, untungnya sekarang sedang jamkos jadinya dia bebas mau ngapain aja.

"Aku mau ketemu Kak Zia aja ah." ia berujar dengan semangat tatapan obsesinya tergantikan dengan tatapan polos.

"Tapi dia jamkos ga yah?." tanya pada diri sendiri.

"Tapi gapapa kalo Kak Zia ga jamkos 'kan aku bisa ngintip Kak Zia dari jendela hehehe." cewek itu terkekeh dengan ide yang didapatnya.

Cewek itu melangkah kemudian mengintip Kak Zia yang duduk dibarisan belakang tengah memainkan pulpen berwarna ungu itu dengan menempelkannya disela-sela bibir atas dan ditengah hidung.

Sedangkan, El hanya melihat gadisnya yang tengah memajukan bibirnya agar pulpen berwarna ungu itu tidak jatuh. Padahal guru didepannya sedang mengajar namun dua sejoli itu tak memperhatikannya.

Begitupun dengan Zayne yang terkekeh melihat tingkah gadisnya namun matanya terhenti saat melihat kearah jendela dimana ada cewek yang mengintip gadisnya dengan sorot puja dan obsesi walau sedikit samar.

Kemudian Zayne merogoh ponselnya dan mengkode El untuk mengeluarkan handphone. Disana El dapat melihat kontak Zayne yang sedang mengetik.

Madu kedua
Sedang mengetik...

Madu kedua
Hati-hati
Liat jendela sekarang.

El melirik jendela disampingnya kemudian mengernyit dan memandang Zayne yang sedang menatap papan tulis.

______



By:NVL.EL

ZIARE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang