"Apa hubungan lo sama cewek gue?." Leon menatap tajam Arnav yang terdiam dan balas memandang Leon dengan datar.
"Sejujurnya gue suka sama Zia bahkan udah cinta." ucap Arnav seraya tersenyum kecil. Baru kali ini Arnav tersenyum walaupun hanya senyum kecil.
Rahang Leon mengetat urat-urat dilehernya terlihat menonjol dengan jelas, kedua tangan Leon bahkan mengepal dengan kuat, alisnya menukik dengan tajam memandang Arnav dengan raut wajah yang menghitam.
Apa-apaan ucapan Arnav tadi?. Heh, menyukai gadisnya?.
Ia cemburu tau!.
Lupakan.
"Lo...!." ucapan Leon terpotong karena Arnav memotongnya dengan cepat tanpa memberi celah.
"Calm bro, gue emang suka sama Zia tapi gue sadar dia bukan takdir gue karena gue bakal menjauh dari kalian. Gue bakal pergi untuk menempuh pendidikan dinegeri tetangga itupun karna gue pengin jagain oma gue dan kalo gue sampe denger lo buat Zia nangis siap-siap gue bakal rebut Zia dari lo." jelas Arnav tersenyum kecut.
Arnav mengepalkan tangannya berusaha menguatkan dirinya. Sampai mati pun ia akan tetap mencintai gadisnya. Ia berjanji.
"Kapan lo pergi?."
"Secepatnya."
"Jaga diri lo baik-baik." ucap Leon membuat Arnav menganggukan kepalanya pelan.
"Gue kasian sama lo. Saingan lo banyak soalnya." setelah mengatakan itu Arnav melengos pergi meninggalkan Leon yang menatap pungunya dalam diam.
Arnav sad boy.
______
"Ziare Quiana Xantara." bibir seseorang itu ketarik keatas membentuk seringaian kecil yang begitu keji. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja berwarna coklat itu seirama.
Matanya menatap layar monitor yang menampilkan seorang gadis tengah membaca buku novel dengan gaya rebahan yang amat teramat membangongkan. Bagaimana tidak? Kaki kirinya berada dibantal sedangkan kaki kanannya sedikit menekuk. Kepalanya menyentuh karpet bulu sembari tangannya memasukan snack kedalam mulut.
"Akan kupastikan kita bertemu lagi dan kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi." ucapnya memandang layar monitor tanpa berkedip sama sekali. Bahkan tanpa sadar senyum tipis terbit dan bertahan lama pada bibir itu.
Sesaat mata seseorang itu memerah karena amarah yang muncul tiba-tiba. Melihat layar monitor di depannya yang menampilkan seorang cowok yang kini tengah memeluk mesra gadisnya!.
Sialan!
Hei! Apa-apaan pemandangan didepannya ini! Harusnya ia yang diposisi cowok itu sekarang!. Ia mengeram marah.
"Bangsat! Ciuman didepan gue yang jelas-jelas masih jomblo!." ia meratapi nasibnya.
Seseorang itu mematikan layar monitor dengan kasar. Melipat tangannya di dada kemudian meneguk minuman soda itu dengan sekali teguk.
Pandangannya beralih menatap figura seorang gadis yang tengah mengkerucutkan bibirnya dengan pandangan berkaca-kaca. Itu terlihat sangat menggemaskan, sialan!.
Lama-lama ia bisa gila.
"Tunggu kedatanganku, baby girl!."
______
"Eumhh." gadis itu melenguh karena sang kekasihnya memperdalam ciuman tanpa memberikan celah untuknya bernafas. Ia meremas rambut kekasihnya saat cowok itu menjilat dan menghisap tengkuk lehernya.
Dia Zia dan El. Mereka tengah berciuman meluangkan waktu mereka yang tengah dilanda kegabutan.
"Emhh El." pangil Zia menahan desahan candunya yang bisa saja membuat ginjal El tara rara tekdung dan burung kejepit El malah makin kejepit.
El menghiraukan pangilan dari gadisnya, cowok itu sibuk membuat maha karya yang indah dipandang mata. Setelah selesai ia menatap maha karya dengan senyum bangga yang mengembang dengan lebar.
"Bagus ga?." ia bertanya dengan tangan mengelus-elus leher jenjang gadisnya yang dipenuhi oleh maha karya yang ia buat tadi.
"Si bangsat. Mana ada kaya gini di bilang bagus." Ziare mendengus.
"Noh liat, kek abis dicipok aja." Zia menunjuk lehernya.
"Awas gue mau makan mangga aja yang baru di colong sama Zayne." setelah mengatakan itu Zia turun menuju dapur dan membuka pintu kulkas. Sepertinya tadi siang mereka berdua jadi untuk ngepet tanpa diketahui oleh siapa pun.
"W-WHAT MANGGA GUE KOK UDAH GA ADA?!." pekik gadis itu heboh.
"INI JUGA! PISANG SEKEBON KOK PADA UDAH GA ADA?!." lanjutnya berteriak.
"HUWEEE KELENGKENG JANDA GUE ILANG!." Zia terduduk didepan kulkas yang terbuka dengan mata berkaca-kaca.
El yang mendengar teriakan gadisnya langsung saja berlari menuruni tangga dengan panik.
"Kenapa yang?." tanya El yang melihat gadisnya tengah menelpon entah kepada siapa.
"ZAYNE BANGSAT!."
"Ssst... Kenapa sayang?." tanya Zayne diseberang sana yang baru habis mandi.
"LO KEMANAIN BUAH-BUAHAN GUE, HAH?."
"Hah?."
"Ck, argghhh lo tau ga gue baru makan dua biji tuh buah!."
"Kenapa sih yang. Jangan marah-marah mulu, ceritain baik-baik oke?."
"Gini loh buah-buahan yang tadi kita colong pake cara ngepet masa udah ilang padahal gue taruh tuh di dalem kulkas." jelasnya.
"Tadi kamu udah jampi-jampi belum tuh buah-buahnya?."
"Lah emang harus?." ia memiringkan kepalanya.
"Iya, biar ga pada ilang tuh buah-buah 'kan kita pakai cara ngepet. Jadinya haram."
"Oooh gitu. Yaudah makasih bye."
Tut
"Udah?." tanya El yang kini sudah berjongkok di depan gadisnya.
"Udah sih."
"Lo tau ga buah-buahan tadi ilang kemana?." El mengedihkan bahunya tidak tahu.
"Alah ga guna lo." El hanya tersenyum.
"Hai."
"Hah?."
"ARNAV?."
"LO NGAPAIN DI SINI?."
"OH LO PASTI MAU NUMPANG MAKAN 'KAN?."
"Sorry gue belum beli berasnya." ucap Zia.
"Bukan." ucap Arnav dengan sedikit senyum. El mengenyit menatap Arnav yang kini membawa koper.
"Oh lo pasti mau numpang tidur ya? Owh jinjja?." ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.
"Kalo lo kangen gue ngapain sih pake bawa koper segala." Zia terkikik lucu.
"Iya gue kangen."
"Heh?." delik El.
"Zia."
"Ya?."
"Gue mau pamit. Jaga diri lo baik-baik, mungkin gue ga bakal balik kesini lagi." ucapnya yang mampu membuat El dan Zia bingung.
"Pa maksud?."
"Mau kemana?." tanya El.
"Pokoknya gue mau pamit, jaga Zia yah. Gue sayang sama lo." Arnav tersenyum.
"Ih lo jangan bercanda deh. Ga lucu tau gak? Padahal gue baru aja kehilangan buah-buahan gue eh malah sekarang kehilangan cogan kaya lo." cerocosnya dengan sedih.
"Gue pamit sekarang ya."
"I love you."
________
By:NVL.EL
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIARE [END]
FantasyZiare Quiana Xantara harus mati ditangan sahabat psychopath gilanya. Dor "Gue benci lo!." teriak Ziare yang kini tubuhnya mulai terkulai lemas dan jatuh ketanah. matanya memandang sahabatnya benci dan tak percaya. Deg "Jangan benci saya, lebih b...