Saat itu sudah hampir tengah malam..
Sunoo tengah duduk di meja belajarnya, kedua kakinya dia naikkan ke atas kursi. Sementara tangannya memegang sebuah buku besar bersampul keras dengan judul, Kim Ji Yeong 1989.
Sunoo menggerakkan pandangannya menyusuri kata demi kata, paragraf demi paragraf, halaman demi halaman dan, bab demi bab.
Sementara sesekali dia mengernyit saat pandangannya menemukan paragraf yang menarik perhatiannya..
"Namun, hari itu Kim Ji Yeong dimarahi ayahnya. Kenapa ia harus kursus di tempat sejauh itu? Kenapa ia berbicara kepada sembarangan orang? Kenapa ia memakai rok sependek itu? Ia harus banyak belajar. Ia harus berhati-hati, harus berpakaian pantas, harus bersikap pantas. Ia harus menghindari jalan yang berbahaya, waktu yang berbahaya, dan orang yang berbahaya. Kalau ia sampai tidak sadar dan tidak menghindar, maka ia sendiri yang salah."
Sunoo berhenti membaca, dan menutup bukunya. Memutuskan untuk melanjutkannya besok.
Kemudian dia bangkit, menggeliat, dan melihat jarum beker yang ada di meja di sebelah tempat tidurnya.
Sudah pukul dua pagi. Sunoo tersentak. Tanpa disadarinya, dia telah terjaga selama itu..
Sunoo menghela napas dan membuka laci bagian bawah meja belajarnya untuk mengambil sesuatu. Dua buah benda kotak yang ukurannya berbeda.
Dia kemudian menyeberang ruangan, membuka tirai lalu ke jendela dan dia duduk di kusen itu. Pandangannya jauh ke depan menatap jalanan yang sepi, rambut hitam legamnya tersapu angin subuh yang sangat dingin.
Pada hari Kamis menjelang fajar ini, komplek apartemennya tampak seperti jalan yang normal di sebuah kota kecil. Semua gorden di rumah-rumah itu tertutup. Sejauh yang bisa Sunoo lihat dalam kegelapan, gak ada satu makhluk hidup pun, bahkan seekor kucing pun gak ada.
Tapi meskipun demikian... Sunoo sama sekali gak terganggu. Dia duduk dan membuka kotak di genggamannya yang berukuran lebih besar. Mengeluarkan sebuah benda berbentuk bulat panjang, dan berbau tembakau.
Rokok..
Bibir Sunoo menggigit ujung rokok itu, sementara tangan lainnya memegang benda kotak kecil lain yang tak lain dan tak bukan adalah pematik.
Tangan kanannya berusaha menyalakan api, sementara tangan kirinya berusaha melindungi agar api itu tidak padam.
Lalu setelah api itu berhasil membakar ujung rokoknya, Sunoo mulai menghisap rokok itu dan merokok dengan tenang..
Asap mengepul disekelilingnya..
Sementara pandangannya mulai terlihat kosong.
Di saat seperti ini harusnya dia memejamkan matanya dan terlelap sejak tadi. Tapi.. karena ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, Sunoo jadi susah tidur.
Perasaan mengganggu yang muncul setelah dia telfon papanya tadi sore..
"Halo?" Sunoo langsung ngejawab telfonnya begitu hape itu berdering beberapa kali. Karena papanya yang telfon.
"Pa?"
"Lagi ngapain kamu?" tanya papanya langsung.
"Baca."
"Waaaah.. rajinnya." Papanya muji sambil terkekeh pelan. "Betah disana?"
"Betah kok."
"Papa udah pulang?"
"Papa gak masuk kerja hari ini."
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FIDES
Fanfiction"Gue minta maaf.." "Gak masalah, jangan dipikirin-" "Enggak, gue serius. Ini terjadi dan bakal terus terjadi. Gue takut lo gak tahan-bukan! Sebenernya gue gak mau lo ngalamin hal kayak gini. Gue sayang sama lo, gue gak mau nyakitin lo, gue juga gak...