6. Insiden

849 99 11
                                    

Suasana diliputi kesuraman saat Jungwon menjalankan siftnya siang itu. Karena hujan lebat masih menerpa jendela sejak pagi tadi.

Langit amat gelap dan jendela amat berkabut, sehingga lampu-lampu sudah dinyalakan pada siang hari itu.

Jungwon memperhatikan keluar, hujan lebat yang menimpa jendela membuatnya sulit sekali memandang ke luar.

Dia lalu berdiri dan keluar dari meja kasirnya untuk berjalan ke pintu.

Ketika dia membuka pintu, gemuruh guntur terdengar. Jungwon menggulung lengan bajunya.  Segera dia menutup pintu kembali ketika keluar ke teras dengan kepala menunduk dan mata menyipit menghindari cipratan air hujan. Hujan sekarang benar-benar lebatnya sehingga seakan ada berember-ember air dingin diguyurkan ke atas tanah.

Jungwon melihat ke atas. Saking derasnya hujan, sampai-sampai kanopi yang menutupi teras minimarket itu melengkung ke bawah. Keberatan menampung air hujan.

Dia menatap sekeliling. Dan pandangannya tertuju ke besi panjang yang ada di ujung teras. Jungwon ambil besi panjang itu. Lalu di angkat dan dia tusukan ke kanopi di atasnya.

BRASSSSHH!!

Seperti ada balon besar berisi air yang pecah dari langit. Jungwon terhuyung ke belakang saat air dari kanopi itu tumpah ke jalanan di depannya. Mengguyurkan air dingin ke dalam sepatu kets dan kaus kakinya.

Jungwon meringis, merasakan rasa dingin yang mulai terasa di kedua kakinya. Dia letakkan lagi besi itu ditempat semula, kemudian buru-buru masuk ke dalam.

Di dalam Jungwon segera melepas sepatunya dan ganti memakai sendal yang untungnya ada di ruang ganti. Mungkin itu punya pegawai yang lain.

Setelah mengeringkan tangan dan kakinya yang basah, Jungwon balik ke depan dan duduk diam di lantai, di balik meja kasir.

Dia memeluk kedua lututnya, dan bersandar. Kedua matanya menatap kosong ke jendela kaca. Gak ada apapun yang bisa dia kerjakan.

Drrrrttt... Drrrttt...

Tiba-tiba Jungwon mendapati hape yang yang dia taruh di laci depannya berdering. Jungwon mengambilnya lalu membaca nama yang muncul di layar. Dan dia menghela napas.

Cukup lama Jungwon biarkan hape itu berdering, sebelum akhirnya dia angkat.

"Halo?"

"Jungwon?!" Suara berat dari seberang sana terdengar kaget.

"Kemana aja? Kenapa telfon gue gak pernah lo angkat?" cecarnya. "Gue tanya mama lo katanya lo pergi ke Seoul? Bener?"

Jungwon nunduk. "Iya."

"Kenapa?"

"Ada yang pengen gue kerjakan di sini."

"Terus lo tinggal dimana?" Nada suara itu terdengar khawatir banget.

"Gue sewa apartemen."

"Dimana?"

Jungwon ngehela napas lagi.

"Lo telfon mau ngomong apa?" Dia dengan sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Mau nanyain kabar lo lah. Sama mau bilang.. kalo gue lulus tes universitas."

Jungwon menggigit bibir bawahnya..

"Oh, selamat," ucapnya pelan sambil berusaha membuat suaranya terdengar sedikit ceria. "Gue ikut bahagia dengernya."

Hening memberi jeda sejenak pembicaraan itu. Atmosfer diantara mereka berdua semakin terasa kurang menyenangkan.

"Kabar lo gimana?" tanya dari seberang.

FIDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang