8. Permasalahan yang berbeda

757 83 17
                                    

"Ice americano pesanan meja lima?"

"Dua gelas ice americano untuk meja nomor sembilan!"

"Blueberry-ade dan smoothie yoghurt untuk meja nomor tujuh!!"

"Orange juicenya silahkan!"

Yang Jungwon, hari ini dia cukup sibuk berlalu lalang kesana kemari melayani pembeli. Dia dengan cekatan mengantar pesanan, membereskan dan mengelap meja-meja yang penuh dengan gelas bekas minuman.

Tadi setelah sarapan, dia langsung berangkat kerja ke cafe ini dan memulai shift pertamanya.

Kayak hari-hari sebelumnya, cafe itu selalu ramai, apalagi di jam-jam istirahat kantor kayak sekarang.

Setelah keliling dan mengantar berbagai jenis minuman, Jungwon yang ngerasa capek nyempetin diri untuk istirahat sebentar. Dia ngelap tangannya yang basah ke celemek yang dia pakai, sebelum kemudian bersandar ke meja etalase di belakangnya.

"Jungwon!"

Belum ada semenit dia bersandar, temennya yang bertugas bikin minuman manggil dia dari jendela besar pembatas cafe yang membatasi antara ruang depan dan dapur.

"Ya?" Jungwon segera menghampirinya.

"Nih! Jangan santai-santai aja, dong! Kerja yang bener!" kata cewek itu judes. Dia nyerahin frappe sama ice lemon tea ke Jungwon.

"Iya, maaf," kata Jungwon agak gak enak. Dia kemudian segera pergi buat nganter minuman itu.

Selesai dengan tugasnya, pas mau balik ke belakang lagi, Jungwon ngelewatin meja nomor dua belas yang diduduki sama dua cowok dan satu cewek. Mereka adalah pekerja kantoran yang lagi istirahat di sana.

Cewek itu tiba-tiba manggil dia sambil ngangkat tangan.

"Maaf.."

"Iya?" Jungwon berhenti dan menghadap ke mereka bertiga.

"Tadi saya pesan minumnya tiga. Kok dibikinnya dua, sih?"

Dia menatap ke meja yang cuma ada dua gelas americano. "Ah, kalo gitu saya ambilkan lagi, ya? Maaf..." katanya kemudian sambil membungkuk.

Habis itu Jungwon segera pergi, untuk mengambilkan pesanan yang terlewat itu.

Tapi...

Saat dia baru beberapa langkah jalan, Jungwon denger salah satu dari dua cowok tadi bisik-bisik, ngomongin dia.

"Gimana sih? Nyebelin banget!"

"Lo kalo gak bisa kerja mending di rumah aja.." balas cowok satunya.

"Dia cacat mental apa gimana? Gitu aja gak becus!"

"Heh, dia denger nanti!" Dia denger si cewek memperingati. "Udahlah, gais."

"Ya bodo amat, emang dia gitu kan? Gak becus!"

Jungwon.. gak mungkin menyangkal. Dia sakit hati banget dengernya. Emangnya itu salah dia? Tugasnya kan cuma nganter minuman. Bukan dia yang nulis pesenan.

Kenapa mereka bisa semudah itu menghakimi orang lain, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi?

Apa mereka gak peduli, gimana kalo seandainya dia denger pembicaraan itu?

Apa mereka gak peduli, seandainya ucapan mereka itu menyakiti perasaannya?

Jungwon menghembuskan napas.. sambil menahan matanya yang memanas dia kembali ke belakang lagi.

__

Setelah selesai melakukan semua pekerjaan yang melelahkan itu, bersamaan dengan jam istirahat kantor yang berakhir, cafe itu mulai sepi kembali.

FIDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang