Kisah kami, membuat ku belajar banyak tentang dirimu.
* * * * * *
"Muka lo tuh dah jelek, kenapa nambah di gituin lagi sih? Kan nambah kek pelihara babi di rumah gue" Lisa mengejek Muti yang sedang memandangi kerumunan manusia-manusia di kantin ini.
"Rambut lo mau di pangkas sama gorila, nyed?" Sasa berbisik ngeri melihat tatapan Muti yang sudah berbeda.
"Ya nggak lah, rambut bagus kek gini, mirip rampunzer lagi kok dipangkas sih" Lisa mengibaskan rambutnya dan mengenai wajah Sasa.
"Kepedean lo" saut Jauzi, yang baru saja datang dengan membawa makanan pesanan mereka. Ia menyajikan Mie ayam, Bakso, tak lupa Teh manis dan Es jeruk dingin.
"Dih, bilang aja lu sirik kan?" ucap Lisa tak suka.
"Gue, sirik? Gak salah denger nih, rambut gue aja lebih bagus dari pada lo" jawab Jauzi, tak terima dengan olokan Lisa.
"Lo semua kalo mau ribut, mending cari meja lain aja deh. Suara lo berdua tuh udah kek toa masjid rusak, tau nggak?" sebal Mentari yang muak sendari tadi melihat keributan mereka.
"Nggak mau lah, usir aja tuh Jauzi" tuding Lisa kepada Jauzi yang sudah duduk di samping Muti.
"Lo kenapa, gorila?" Sasa memegang pundak Muti yang hanya di balas deheman saja.
"Anak monyed, gue nanya malah di bales 'hemm' doang, memang anjing lo ya" Sasa mengeluarkan unek-uneknya yang sempat tertahankan.
"Udah lah nyed, lo kaya nggak tau aja prinsip dia kek apa" Jauzi menyaut sambil memakan makanannya."Eh nyed, tadi bener kan cowok-cowok itu pada ganteng-ganteng?" tanya Jauzi.
"Jangan di tanya, memang ganteng-ganteng banget. Jadi pingin semuanya deh" senyum Lisa, dengan wajahnya yang ia pangku di kedua tangannya.
"Alah, mana sih cowok yang nggak lo bilang ganteng nyed. Pasti kalo ada yang bening dikit aja langsung gercep, memang jamed kudesi lo" jutek Mentari.
"Jamed-jamed begini, banyak yang mau loh, nyed" tawa Lisa membuat telinga Sasa berdengung, ia langsung cepat menyumpal mulut Lisa dengan tissue bekasnya.
Setelah itu. Terdengar keributan-keributan di belakang mereka, teriakan menggemapun memenuhi ruang lingkup kantin ini.
Suara siswi perempuan sangat-sangat terdengar di telinga mereka, hingga pada akhirnya Sasa menengok kebelakang. Ia terkaget maupun Jauzi, Lisa, hingga Mentari.
"Woy-woy cogan cok" panggil Sasa sambil memukuli kepala Muti tampa sadar.
"Astaghfirullahalazim" sendok yang Muti pegangpun sampai terjatuh karena sangking kencangnya Sasa memukulinya.
"Ada cogan, bodoh. Liat makanya!" Sasa melirik Muti yang malas menanggapi orang satu ini.
"Terus urusan gue, apa?" Muti mengibas tangan Sasa yang berada di atas kepalanya.
"Itu cowok-cowok yang tadi goblok, makanya lo harus liat" Sasa menarik kepala Muti untuk melihat kebelakang.
"Cin sakit, cin, Sakit monyed" Muti menepuk-nepuk tangan Sasa, dirinya merasa kepalanya sudah pindah kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Surat Terakhir
Short StoryKisah ini tidak sepenuhnya tentang cinta, hanya menceritakan 6 gadis yang bersahabat sejak masih menduduki bangku sekolah menengah pertama, hingga ke jenjang sekolah menengah atas. Paitnya hidup, kebahagiaan, kesengsaraan. Semua mereka lewati bersa...