Tidak ada yang paling indah, selain dirimu dan kenangan kita.
* * * * *
"Calon istri gue, mana?" sendari tadi pertanyaan itu saja yang dirinya tanyakan, dan setiap menit matanya mengitari setiap sudut kamar inapnya.
"Perasaan baru aja calon istri lu keluar, udah di tanyain mulu dah"
"Ken, kalo bucin jangan keterlaluan lah. Gak kasian lo sama kita-kita yang lagi single duda?" cicir Riki, yang ingin sekali mendapatkan cinta pertamanya lagi.
"Sorry, gue bukan single duda!" elak Alpan, tak ingin merasa tersamai.
"Terus?"
"Single deddy Corbuzier!" Alpan tersenyum simpul, yang menunjukkan ke kerena dirinya.
"Widih, udah pinter ngelawak tuh si kutu buku" sambung Alden.
"Kalo gue kutu buku, terus lo kutu apa? Kutu kupret kah?" Alpan hanya memandang perubahan masam wajah Alden.
"Jadi manusia, gak selalu di anjurkan untuk berkata jujur" saut Andria, yang sendari tadi hanya memandang mereka.
"Bukannya kata pak ustaz jujur itu kewajiban umat islam, ya?" olok Kenzo, merasa bingung.
"Emang lo islam, Ken?" Alden menatap sorot mata Kenzo yang terlihat kaget atas penuturannya.
"Bukan sih" jawab Kenzo.
"Terus kenapa lo bilang begitu bego? Lo kan anaknya Tuhan Yesus bukan umatnya Allah" menolog Andrian, gereget dengan ketua gengs mereka.
"Di kitab gue di jelaskan juga tentang kejujuran, peak" jawab Kenzo tak mau kalah.
"Lah, di Al-Quran gue ada juga tuh" timpal Andrian, dengan wajah yang sewot.
"Yaelah, yang Tuhanya beda-beda. Bisa saling telorasi gak sih lu pada?"
Alden memutus rantai ilustrasi mereka berdua."Hah, telorasi? Apaan dah" bingung Alpan yang terlihat mengerutkan dahinya.
"Maksud gue toleransi" dengan tawanya itu, membuat para cowok-cowok tersebut menolog kaget.
"Udah gede, ngomong lagi kek bayi endel" tekan Alpan di depan Alden.
"Anjing lu, ye!" ucap kencang Alden.
Tanpa mereka sadari, Muti sudah masuk ke dalam kamar Kenzo dan mendengar sedikit percecokan mereka.
"Dari pada banyak bacot, mending makan deh lu pada!" Muti meletakan bungkusan makanan tersebut, di atas berangkas dan mengambilnya satu untuk dirinya makan sendiri.
"Pengertian banget sih Ibu Bos kita, nih!" Alden menghampiri kresek putih itu, dan mengambilnya.
"Punyanya Zen mana, Muti?" pergerakan mereka seketika terhenti, karena mendengar ucapan Kenzo yang membuat mereka shock berat.
"Lo bilang apa?" Alpan bertanya, dengan tubunya yang menghadap Kenzo.
"Punya gue mana, Muti!" ulangnya dengan hakikat yang berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Surat Terakhir
Short StoryKisah ini tidak sepenuhnya tentang cinta, hanya menceritakan 6 gadis yang bersahabat sejak masih menduduki bangku sekolah menengah pertama, hingga ke jenjang sekolah menengah atas. Paitnya hidup, kebahagiaan, kesengsaraan. Semua mereka lewati bersa...