Jika semuanya telah berakhir di sini. Maka ijinkanlah kami mengukir kisah indah itu bersama mu, walaupun hanya se-saat.
* * * * * *
AYAH
Dateng kerumah sekarang, ada yg mau ayah bicarakan sama km!
18:00Tapi yah, ini udah hampir malem. aku nggak berani bawa montor malem-malem begini
18:00Cuma bawa montor doang, nggak ada juga yg sudi nyulik km!
18:02Jarak antara kos-kosan aku sama rumah jauh yah, aku takut kenapa-kenapa kalo di paksain
18:02Ayah nggak peduli, pokoknya satu jam lagi km harus udh nyampek di rumah!
18:03Iya, yah
18:03🐳 🐳 🐳
Dengan keringat yang sudah hampir membanjiri semua bagian wajahnya. Gadis itu terlihat menetralkan nafasnya, ia mengambil pasukan udara sebanyak mungkin.
Tangannya sedikit bergetar mengetok pintu besar tersebut. Tanpa menunggu lama pintu kayu itu terbuka lebar dan menampakkan seorang wanita tua dengan senyuman khasnya.
"Non, udah balik lagi?" tanya wanita tua tersebut dengan sangat-sangat antusias.
"Iya, bi!" jawab Muti sambil menyalami tangan wanita tersebut.
"Bibik kangen banget sama non geulis, udah lama bibik nggak liat non geulis lagi!" wajahnya tanpa sumringah melihat kedatangan Muti."Bi udah dulu ya, aku udah di tungguin ayah soalnya!" Muti berlari kecil sambil melambaykan ke-dua tangannya pada wanita tua itu.
Kaki jenjangnya mulai menaiki anak tangga perlahan-lahan. Ingatan buruknya seakan kembali berputar-putar layaknya kaset rusak.
Pajangan-pajangan barang antik itu masih sama seperti terakhir dirinya melihatnya. Bingkai foto keluarga itu tergantung kuat dan kokoh di dinding anak tangga.
Senyuman ke-empatnya bisa menipu siapa saja, bahwa keluarga ini benar-benar keluarga yang harmonis dan romantis secara bersamaan.
Muti mengetok terlebih dahulu pintu kayu itu, setelah mendapatkan jawaban dari dalam ia langsung memasuki ruangan tersebut.
"Ayah mau bicarain apa sama aku?" pria dengan baju kemeja berwarna biru tua itu mendongak menatap sang putri.
Jigantara memandang lekat wajah polos sang anak, dirinya tersenyum kecut kepada Muti.
"Memalukan!"
"Apa yang memalukan, ayah?" Muti mendongak bingung atas tudingan dari Jigantara.
"Kau yang memalukan anak sialan! Berani sekali diri mu tidak masuk sekolah berhari-hari, hah?" bentak Jigantara keras di depan wajah Muti.
"Ayah sudah mengikuti keinginan mu untuk menyekolahkan mu dengan sahabat-sahabat bodoh mu itu. Tapi, apa imbalan yang kau kasih kepada ayah?" giginya bergemuruh marah dengan sorot mata yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Surat Terakhir
Historia CortaKisah ini tidak sepenuhnya tentang cinta, hanya menceritakan 6 gadis yang bersahabat sejak masih menduduki bangku sekolah menengah pertama, hingga ke jenjang sekolah menengah atas. Paitnya hidup, kebahagiaan, kesengsaraan. Semua mereka lewati bersa...