Terkadang setiap hubungan ada masanya untuk merenggang.
* * * * * *
"Gorila tunggu!" Sasa menyangkal pergelangan tangan gadis itu.
"Lo dari mana aja? lo gak kenapa-napa kan? terus Mentari dimana?" pertanyaan kekhawatiran itu terlontar dari mulut Lisa.
"Iya Mentari dimana? dari tadi gue telpon gak di angkat terus"
"Veve khawatir banget sama Mentari karena gak ada kabar sama sekali dari tadi" timpal cewe bermuka lucu tersebut.
"Kenapa lu diem aja Gor?!, Mentari di mana?" ucap Lisa.
"Gue gak tau dia kemana!" balas Muti sambil menundukkan kepalanya.
"Lah bukanya dari tadi dia sama lu?" Lisa mengakat alisnya dan menatap Muti.
"Katanya pengen dapet nilai gede tapi kok malah ninggalin kelas sih?" Jauzi memutar bola matanya jengah.
"JAUZI!"
"Kenapa lu ngebentak gue Lis? bukannya itu faktanya ya?" jawab Jauzi dengan tampang mengejek.
"Dan lu bisa kesini tanpa Mentari? apa jangan-jangan lu yang ninggalin Mentari duluan?" Jauzi menatap muak kepada wajah pucat Muti.
"Jauzi lu kenapa sih? tingkah lu kek gak pernah di didik aja!" bentak Lisa spontan.
"Lu gak salah bilang Lis? aturan ucapan terakhir lu itu gak pantes buat gue, tapi lebih pantesan untuk cewe di samping lu" Lisa menengok kala ucapan Jauzi yang mengarah kepada Muti.
"Apa Sa? jangan-jangan lu juga gak terima sama omongan gue?" Jauzi melihat perubahan mimik wajah Sasa.
"ya, gue gak teriman!, gue gak terima sahabat gue di bentak sama lu Jauzi!" geram Sasa.
"Cih, sahabat? kalian lagi anggep dia sebagai sahabat kalian? kalo gue sih ogah!" olok kencang Jauzi.
"Jauzi lu kenapa?" Muti menghampiri Jauzi yang berada di ujung anak tangga.
"Kenapa lu jadi gini?"
"Salah gue sama lu apa? gue ngelakuin apa sampe lu bisa ngomong kek gitu?"
"Ternyata lu gak sadar juga, ya?" Jauzi merogoh saku celananya untuk mengambil benda pipih tersebut, ia membuka kata sandi henponnya dengan jempol tangannya yang menekan aplikasi Galeri itu.
Matanya menyelisik untuk mencari sebuah foto yang dirinya dapat dari kiriman se-seorang. Tangannya seketika terhenti, layar pipih itu perlahan Jauzi arahkan kepada Muti.
Muti menggeleng lemah, arahan kepalanya seketika menegak untuk memandang Jauzi.
"Jauzi, apa yang lu liat di foto itu gak bener!" gerakan cepat Muti langsung menangkap tangan gadis itu.
Jauzi menepis kasar tangan yang memegang pergelangannya. Ia menatap jijik kepada bekas cekalan tersebut.
"Tenyata pepatah bener ya, temen adalah musuh terbesar dalam selimut!"

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Surat Terakhir
Kısa HikayeKisah ini tidak sepenuhnya tentang cinta, hanya menceritakan 6 gadis yang bersahabat sejak masih menduduki bangku sekolah menengah pertama, hingga ke jenjang sekolah menengah atas. Paitnya hidup, kebahagiaan, kesengsaraan. Semua mereka lewati bersa...