Dari mu aku belajar. Perihnya menunggu, dan sakitnya bersabar.
* * * * * *
Kelima gadis cantik itu menatap sekeliling bangunan sedikit tua di depannya. Salah satu dari mereka melihat-lihat tanaman bunga kantil yang terletak tak jauh dari rumah tersebut.
"Rumah kok ada bunga kantilnya, nggak takut di huni pocong apa?" decak gadis yang memakai kerudung berwarna merah tua itu.
Keempatnya menoleh kepada gadis pendek itu. "Coba lu pada liat, rumahnya sih oke, tapi yang bikin gue merinding diskotik adalah, masa ada bunga pesugihan di depan rumah kita sih" tunjuk Sasa dengan dagunya.
"Sumpah lu kudet banget sih, kita kan tinggal di perumahan sedikit elit, peak. Jadi wajar di depan rumah ada bunga kantil, mungkin buat pewangi rumahnya, tolong lah jangan bodoh-bodoh amat" saut gadis yang menggunakan syal dengan penampilan rambut yang acak-acakan.
"Lagi mending gue bodoh, dari pada lu, bego!" ucap Sasa, tak mau kalah.
"Sama aja monyed!" teriak empat gadis itu.
"Syut, ojo melung-melung engko wedine pak camat teko" tangannya ia arahkan ke mulutnya sendiri sambil melirik sekitar.
"Lo paham sama apa yang dia bilang?" tanya Jauzi kepada gadis di sampingnya yang hanya mengakat bahunya acuh.
"Nyesel gue nanya lu"
"Udah deh kagak usah di ladenin anak gila itu, bisa lama kita di sini. Badan bohay gue juga butuh istirahat" Muti menggeret kopernya untuk memasuki rumah baru mereka.
Ke tiganya mengikuti langkah lebar gadis itu, untuk memasuki rumah yang di bilang cukup terlihat mewah walaupun sudah sedikit tua.
Sasa melirik sekitaran rumah tersebut, dan tiba-tiba bulu kuduknya merinding. "Kamvret, ternyata gue di tinggal, berani banget mereka ninggalin incess Sasa. Sungguh terluna monyed-monyed itu" teriaknya di akhir kalimat.
"Rumahnya lumanya juga, bisa lah ya, buat nampung cowok-cowok gue?" Jauzi duduk di sofa yang sudah di siapkan oleh pemilik rumah ini.
"Endas mu" serbu Sasa sambil menabok kencak kepala Jauzi.
"Gorila, sakit" adunya kepada Muti yang sedang membuka kopernya.
"Dih manja" olok Mentari.
"Biasalah, anak Mami Ita" Sasa manyaut sambil menggeret kopernya menuju kamar miliknya.
"Anjing lo"
"Aku bukan anjing, tapi monyed" teriak Sasa dari dalam kamar.
"Eh monyed-monyed gue, bantuin napa. Pipa dapur bocor goblok" muncul lah gadis yang menggunakan sayl tadi dengan keadaan yang basah kuyup. Dia bernama Lisa.
"Astaghfirullahalazim, lu kenapa?" mereka semua menghampiri Lisa yang tengah memegangi linggis di tangan kanannya.
"Kamu nanyea?"
"Kamu bertanya-tanya?" jawab Muti dengan antusias.
"Si anjing, malah di lanjutin" terlihat tarikan nafas sesalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Surat Terakhir
Krótkie OpowiadaniaKisah ini tidak sepenuhnya tentang cinta, hanya menceritakan 6 gadis yang bersahabat sejak masih menduduki bangku sekolah menengah pertama, hingga ke jenjang sekolah menengah atas. Paitnya hidup, kebahagiaan, kesengsaraan. Semua mereka lewati bersa...