••••••
Hal pertama yang Raina lakukan setelah mencuci wajahnya adalah ke tempat tidur dan mulai istirahat. Ia membolak balikan bantal, mencari bagian ternyaman lalu menarik selimut tebal untuk menutupi dirinya.
Baru saja ingin memulai tidurnya, ada sambungan telepon masuk. Raina segera mengambil ponsel yang berada di meja nakas, bibirnya mengukir sebuah senyuman ketika melihat nama Radika.
"Dikaaa?"
"Aku ada di depan"
"Hah?". Dengan tergesa Raina menghampiri jendela dan membukanya dari lantai atas, dan benar saja ia melihat Radika berada di depan rumahnya.
"Aku di depan rumah kamu".
"aku turun".
Dengan cepat Raina turun ke bawah dan membuka pintu rumahnya. Kini ada seorang Radika di depannya dengan membawa sebuah bucket bunga mawar merah yang telah dihiasi pita berwarna putih.
"cantik".
Satu kata yang keluar dari mulut radika saat melihat raina. Raina tersenyum manis lalu memeluknya. Radika membalas pelukan tersebut, tangannya mengusap usap rambut Raina. Ia memberikan bunga yang dibawanya kepada Raina, dengan sangat senang hati Raina menerimanya.
"Kamu udah tidur?".
"Belum, kamu ngapain malam begini kesini".
"kangen sama pacar sendiri enggak boleh ya?". Ucap Radika dan mencubit pipi Raina, Raina tertawa pelan.
"Aku laper,mau makan sama kamu. Aku gak mau makan sendirian".
Raina menarik tangan radika dan mengajaknya masuk kedalam rumah. Membawanya kearah dapur, Raina mendudukan Radika di kursi makan dan menaruh bunga itu di meja.
"Kamu diem disini, aku mau masakin kamu". Kata Raina, Radika mengangguk.
Raina menguncir rambutnya lalu menuju kearah kulkas untuk mengambil minuman untuk pacarnya dan mengambil beberapa bahan untuk membuat makanan. Ia sibuk memotong sayuran dan bolak balik mengambil alat masak.
"Bunda udah tidur bub?".
"Ihhh manggilnya bub". Raina tertawa geli mendengarnya. "Udah bub". Jawab Raina sambil tertawa.
"Aku bawa martabak manis, semanis kamu padahal". Gombal Radika.
"Apaansi gombal gombal begitu? bikin salting aja". Raina tidak bisa berhenti tersenyum ketika mendengarnya.
Radika memegang jantungnya menggunakan tangan kanan. "bub jangan senyum terus kaya gitu dong, jantung aku gak aman kalo kaya gini terus". Ucapan Radika berhasil membuat Raina tertawa.
"Aku ada pantun".
"pantun mulu kaya Jarjit".
"Jarjit? siapa?"
"Kamu gak tau? di film kartun itu loh?".
Radika menggeleng. " Pak kumis beli jamu, siapa yang paling manis? ya tentu lah kamu".
Rasanya Raina ingin berteriak sekecang mungkin mungkin. Agar dunia tau bahwa malam ini Raina benar benar bahagia dibuatnya.
Setelah beberapa lamanya, masakanpun sudah matang. Tidak banyak, Raina hanya membuat sayur soup dan nasi goreng untuk porsi dua orang.
"Martabaknya nanti disimpen aja di kulkas". Ujar Radika.
"Emangnya nanti enggak basi?"
"Gak tau, nanti kalo basi jangan di makan. Nanti aku beli lagi".
Raina menaruh masakannya di meja. Dan menyuruh Radika untuk memakannya. Dengan sedikit penasaran bagaimana ekspresi Radika saat memakan masakannya, karena ini kali pertama Raina membuat makanan untuk Radika.
"Gimana? enak?". Tanya Raina setelah Radika memasukan nasi goreng kedalam mulutnya. Radika mengacungkan dua jempolnya.
Setelah selesai makan, Radika berniat tidak langsung pulang karena ingin berbincang lebih lama lagi dengan Raina. Namun Raina melarangnya.
"Besok sekolah!". Marah Raina karena Radika tidak mau pulang, ia melihat jam di ponselnya. "ini udah malem dikaaa, nanti tidur kamu kurang".
Radika menggelengkan kepala dan memanyunkan bibirnya. Raina menghela napasnya, lalu mendekat kearah Radika dan memeluknya. Kini tatapan mereka bertemu, Raina memberikan sebuah ciuman di pipi Radika membuat radika tersenyum-senyum.
"Sebelah kiri,belum". Protes Radika menunjuk pipi sebelah kirinya.
Rainapun mencium pipi kiri Radika. "Pulang yaaa, besok ketemu lagi". Ucap Raina, Radika mengangguk.
"Hati hati, jangan kebut kebutan di jalan. Habis sampe di rumah langsung cuci muka terus tidur".
Radika mengangguk dan mulai berjalan menjauhi Raina. Baru beberapa langkah berjalan Radika membalikan badannya, ia mendapati Raina yang tersenyum dan melambaikan tangan kearahnya. Dengan berlari kecil, Radika mendekati Raina.
"Kenapa balik lagi, udah aku bil-". Ucapan Rain terpotong. Dengan tiba tiba sekali Radika memberi kecupan pada bibir berwarna ping muda milik Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA AGISTA
Fiksi RemajaRaina agista punya banyak alasan untuknya menyukai hujan. Mulai dari bau, suara rintikan, hingga hawa dinginnya itu. Ketika kebanyakan orang mengidentikan saat hujan itu dengan kegalauan atau bahkan kerinduan. Ia lebih mengidentikan dengan kedamaian.