Hujan deras kembali menyapa,
Mengingatkan pada masa yang telah sirna,
Membawa lara yang kini yang tengah dirasa,
mewakili suara hati yang dihujami lara.•••••
Malam ini hujan turun cukup deras. Setelah sampai di rumah, Rihan langsung menyiapkan makanan yang sudah di belinya. Berniat untuk membangunkan seseorang yang tengah berada di dalam kamarnya. Rihan mengetuk pintu berwarna putih itu.
Saat membuka pintu, pandangan yang ia lihat setelah membuka pintu yaitu Yuna yang sedang menatap dunia luar dari jendela.
Derasnya hujan mampu menitikan tetesan air jatuh dengan sempurna. Begitu pula dengan air matanya yang tidak dapat dibendung. Perasaan yang dihujam dengan penuh rasa lara. Sesekali ia menyeka air mata itu.
Rihan membuang napasnya pelan. "yunaa, makan dulu".
Yuna menoleh kearahnya. "aku ga laper".
"perut kamu kosong, makan dulu". Rihan menarik lengan yuna membawanya keluar dari ruang kamar abu abu ini.
Jangan berpikir negative dahulu tentang Rihan yang membawa seorang gadis kedalam kamarnya.
Saat berada di rooftop Rihan ingin mengantarnya pulang ke rumah. Namun yuna menolak. Bahkan saat Rihan ingin menghubungi Raina pun,yuna melarangnya. Yang Yuna ingin hanya berpulang di rumah Rihan.
Rihan hanya tinggal sendirian. Orang tuanya bercerai ketika ia baru mulai memasuki kelas 2 smp. Ketika ditanya oleh orang tuanya ingin mengikuti ibu atau ayahnya, Rihan memilih hidup sendirian.
Tanpa lupa kewajibannya, Orang tuanya masih menjenguk dirinya ke rumah dan mengasih uang bulanan untuknya.
Rihan menyuapi bubur kearah Yuna yang kini dilihat sangat lemas tanpa semangat untuk hidup. "Udahan dulu sedihnya". Ucap Rihan lalu memasukan bubur lagi kedalam mulut Yuna.
"Kamu beneran enggak mau pulang?". Tanya Rihan, pertanyaan yang selalu ia ulang.
Yuna mengangguk cepat. "Kamu enggak makan?".
"Aku cowok loh yun, kalo ada orang yang tau siswa sma tidur satu atap gimana?".
"kamu enggak makan?".
"Yun aku cowo, kamu enggak takut di apa apain".
"kamu enggak makan?". Yuna terus mengulang pertanyaan yang sama.
Rihan menghela napasnya. "makan, kalo kamu udah selesai makan". ucapnya pelan.
Yuna tersenyum kecil, lalu menerima suapan yang diberikan Rihan. "Emang kamu mau apa apain aku?".
"Kamu percaya sama aku?".
"Aku selalu percaya kamu han".
"yaudah, makan yang banyak abis itu tidur aku tidur di ruang tengah. kamu di kamar"
Setelah mereka selesai makan, yuna tidak langsung memasuki kamar. Namun duduk disamping Rihan yang sedang merokok. Menikmati hisapan yang menimbulkan sensasi lain di mulut saat menghembuskan asap rokok ke udara.
Yuna memeluk lututnya. "Ada anak kecil yang sudah selalu menangis tanpa suara". Kata kata yuna berhasil membuat Rihan menatap kearahnya
"Kelahiran yang tidak di inginkan oleh orang tuanya, selalu menerima cacian dan kekerasan fisik disetiap harinya. Apa yang dilakukannya selalu salah, dia di tuntut oleh orang tuanya agar nilai harus sempurna. Mereka menuntut namun tidak menuntun gadis kecil itu. Setiap malam gadis itu selalu berpikir, jika orang tuanya tidak menginginkan kelahirannya mengapa mereka tidak membunuhnya saja?. Dia selalu menangis saat makan sendirian, selalu menangis saat jauh dari keramaian, dan menangis saat matanya terpejam".
Suara Yuna kembali serak, air matanya terus berlinang. Dengan segera Rihan mematikan rokoknya dan membawa yuna kedalam pelukannya.
"aku ingin hidup, bukan bertahan hidup".
~k22nov22
Masih dari kehidupan yuna ya, next part kembali pada tokoh utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA AGISTA
Teen FictionRaina agista punya banyak alasan untuknya menyukai hujan. Mulai dari bau, suara rintikan, hingga hawa dinginnya itu. Ketika kebanyakan orang mengidentikan saat hujan itu dengan kegalauan atau bahkan kerinduan. Ia lebih mengidentikan dengan kedamaian.