Everything will be okay
Warna orange semakin menggelap, sudah seharusnya Yuna tidak berada di sekolah di jam pulang. Menghindari keributan didalam rumahnya, Yuna lebih memilih berdiam diri di rooftop sekolah. Mengguncang guncangkan dan membiarkan kakinya terjuntai kebawah sembari melihat indahnya sunset sore ini. Menghela nafasnya dengan berat, Yuna menghapus air matanya yang tanpa disadari sudah membasahi pipi.
"Yuna?". Tanya seorang cowok yang masih memakai jersey basketnya. Ia memastikan bahwa itu teman sekelasnya.
Yuna yang merasa terpanggil menoleh, matanya mendapati Rihan tengah berdiri menatap kearahnya. Dengan cepat Yuna menghapus air matanya, agar Rihan tidak melihatnya. Namun sudah terlambat, Rihan sudah melihat dirinya sejak tadi.
Rihan yang tidak tega melihat seorang gadis menangis hingga tersedu tedu, ia mendekat ke arah Yuna dan duduk disampingnya.
Rihan langsung memeluk Yuna dan mengelus kepalanya. "Udah, gapapa". Rihan menepuk punggung Yuna untuk menenangkannya.
Yuna memeluknya erat, tangisnya pecah. Yang hanya dia inginkan sekarang, hanya seseorang memeluknya tanpa menanyakan masalahnya. Sudah seringkali Rihan melihat dirinya yang rapuh, Yuna malu berada dihadapannya.
"Everything will be okay,right? don't be sad, if you are sad. I will sad too". Ucap Rihan mengelus rambutnya, dia tidak tau harus melakukan apa lagi.
"Mamah. han....". Kata Yuna dengan tersedu sedu. Ia mulai menceritakan apa yang tengah dialaminya, setelah sekian lama ia menutup dari Rihan. Mungkin, Rihan orang yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA AGISTA
Teen FictionRaina agista punya banyak alasan untuknya menyukai hujan. Mulai dari bau, suara rintikan, hingga hawa dinginnya itu. Ketika kebanyakan orang mengidentikan saat hujan itu dengan kegalauan atau bahkan kerinduan. Ia lebih mengidentikan dengan kedamaian.