- 04 -

1.3K 38 5
                                    

Doyoung terlihat mengusap wajahnya dengan kasar karena terlalu frustasi dengan apa yang tengah di hadapinya saat ini. Yang dia hadapi bukan lagi soal bagaimana menghadapi manager dan agensinya jika mengetahui hal yang telah dia lakukan, tapi dia juga harus menghadapi bagaimana jika tiba-tiba saja gadis itu benar-benar bunuh diri dan arwah gadis itu terus menghantuinya untuk menuntut tanggung jawab. Membayangkannya saja sudah membuat Doyoung bergidik ngeri.

"Hyung, kalau misalnya itu cewek beneran bunuh diri gimana dong?" tanya Haechan membuat Doyoung hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Kepalanya sudah mulai pening memikirkan masalah ini, benar-benar tidak ada solusi yang keluar dari otaknya.

"Hyung, apa nggak sebaiknya kita bahas masalah ini sama Taeyong Hyung? Segaknya dia kan leader, jadi siapa tau aja dia juga bisa bantuin kita." Usul Jaehyun yang sontak membuat Doyoung mengalihkan atensinya untuk menatap ke arah pemuda Jung tersebut.

"Benar juga, kenapa gue nggak kepikiran tentang Taeyong ya? Oke deh coba gue telepon dia dulu minta dia ke sini." Ucap Doyoung yang dengan segera mengambil ponselnya dari atas meja yang ada di hadapannya dan segera menghubungi Taeyong.

Berbeda dengan Doyoung, saat ini Xia tengah berjalan dengan langkah gontainya sembari terus menerus menangis terisak dengan perlahan. Sepertinya otaknya sudah mulai tidak bisa berfungsi lagi, yang gadis itu pikirkan saat ini hanyalah bagaimana caranya dia harus menutupi masalah ini pada kedua orang tuanya dan juga kekasihnya.

Bahkan Xia benar-benar tidak siap jika nantinya dirinya akan di usir dari rumah oleh orang tuanya atau bahkan bisa jadi dirinya yang akan di coret dari kartu keluarga oleh orang tuanya karena membuat malu keluarga, meskipun ini semua bukanlah kesalahan dirinya.

"Xia!" Gadis itu sontak menghentikan langkah kakinya ketika mendengar sebuah suara yang sangat familiar di pendengarannya.

Dan benar saja, Xia melihat Yujin sahabatnya saat ini tengah berdiri tepat di hadapannya.

"Xi, lo ngapain di sini? Ini udah malem banget loh, hampir tengah malem malahan. Kenapa masih di jalanan gini?" tanya Yujin dengan raut wajahnya yang terlihat begitu sangat khawatir.

Mendengar pertanyaan tersebut sontak membuat Xia justru kembali menangis terisak dan langsung berhambur memeluk tubuh Yujin yang tampak mengerutkan keningnya kebingungan.

"Lo kenapa, Xi? Kenapa nangis?" tanya Yujin yang juga membalas pelukan sahabatnya tersebut.

Xia benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut dan hanya bisa terus menerus menangis dalam pelukan Yujin.

"Ikut ke rumah gue dulu ya, kita cerita di sana." Xia hanya bisa menganggukkan kepalanya menanggapi ajakan sahabatnya tersebut.

***

"Minum dulu Xi." Xia segera menerima gelas tersebut dan menegaknya tanpa minat. Setelahnya gadis itu meletakkan gelas tersebut di meja tepat di hadapannya.

"Lo sebenarnya kenapa Xi? Kenapa jam segini masih di jalan? Lo ada masalah lagi sama orang tua lo?" tanya Yujin yang hanya di balas gelengan kepala oleh Xia.

"Terus kenapa? Ada masalah sama David?" Xia kembali menggelengkan kepalanya.

Yujin tentu saja terlihat sangat bingung, yang dia tau sahabatnya akan terlihat kacau seperti ini hanya karena dua alasan saja. Pertama karena masalah atau pertengkaran yang hebat dengan kedua orang tuanya dan kedua karena masalah hubungannya dengan David, kekasih gadis tersebut.

"Ya terus kenapa dong? Yang gue tau lo akan berantakan seperti ini hanya karena dua alasan itu." Ucap Yujin sembari kembali menegak minumannya di dalam gelas yang ada di tangannya.

"Gue pengen bunuh diri aja, Yu." Ucapan Xia tersebut sontak membuat Yujin membulatkan kedua bola matanya sempurna ketika mendengar ucapan dari sahabatnya tersebut.

"Xia, lo ngomong apaan sih? Lo kalo ada masalah bilang dong jangan tiba-tiba ngomong ngelantur kayak gini."

"Gue nggak ngelantur, tapi gue beneran pengen banget mati hari ini juga. Percuma gue hidup kalau masa depan gue aja udah hilang." Ujar Xia yang semakin membuat Yujin mengernyitkan keningnya kebingungan.

"Maksud lo apaan sih? Jelasin dulu ke gue masalah lo apaan, sapa tau gue bisa bantu." Xia justru menggelengkan kepalanya sembari kembali meneteskan air matanya.

"Percuma aja, lo nggak bakalan bisa bantuin gue." Jawab Xia membuat Yujin semakin tidak mengerti dengan penjelasan gadis tersebut.

"Gue pasti bisa bantuin lo, Xi. Biasanya juga gue selalu bantuin lo."

"Tapi untuk kali ini lo nggak bakalan bisa bantuin masalah gue."

"Bisa, Xi. Gue bi--"

"Gue habis tidur sama cowok."

Sontak ucapan yang keluar dari bibir Xia tersebut membuat Yujin sukses membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna dan dengan cepat Yujin meletakkan gelas yang ada di dalam genggaman tangannya di atas meja.

"Xia, apa maksud lo? Lo--"

Xia menganggukkan kepalanya. "Iya, gue habis tidur sama cowok. Lebih tepatnya gue di perkosa." Ucap Xia membuat Yujin semakin terkejut di buatnya.

"Xi, gimana bisa?" tanya Yujin yang kali ini juga mulai ikut berkaca-kaca sembari mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan sahabatnya tersebut yang sudah bergetar karena menahan isakan tangisnya.

"Itu semua karena salah paham, dia mengira gue ini sasaeng yang sedang ngikutin dia karena dia ngeliat di tangan gue ada kamera yang di bawa oleh si sasaeng itu. Ya emang sih sebelumnya ada orang yang nabrak gue dan ngejatuhin kamera di depan gue, tapi gue nggak tau kalau itu sasaeng dan kamers itu punya dia. Dan ya terjadilah hal itu." Jelas Xia sembari kembali mengeluarkan air matanya, entah sudah yang keberapa kalinya gadis itu terus menerus mengeluarkan air mata dan isakan tangisnya.

"Rasanya gue udah nggak sanggup lagi buat hidup, gue malu banget. Apa jadinya kalau sampai orang tua gue tau soal hal ini dan gimana juga hubungan gue nanti sama David?" Sambung Xia membuat Yujin tanpa sadar jadi ikut terisak sembari tangannya kini mulai berpindah untuk mengusap punggung sahabatnya tersebut.

"Kita temuin dia sekarang, dia harus tanggung jawab. Ayo!" Ajak Yujin sembari menarik pergelangan tangan Xia yang justru menahannya.

"Dia mau tanggung jawab kok." Jawba Xia membuat Yujin akhirnya bisa bernafas dengan lega.

"Syukurlah kalo gitu."

"Tapi gue nggak mau." Ucapan Xia tersebut sontak membuat Yujin kembali terkejut dan mengernyitkan keningnya bingung.

"Hah?! Kenapa lo malah nggak mau sih? Kan dia udah ngelakuin hal buruk ke lo dan dia udah mau tanggung jawab loh, harusnya lo nggak nolak." Yujin benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya tersebut. Kenapa gadis ini justru menolak niat baik di pemerkosa? Harusnya dia bersyukur setidaknya cowok itu mau tanggung jawab.

To be Continue

I'm Not Sasaeng Fans || Kim Doyoung 🔞 [Upload on KaryaKarsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang