[Part 41] : Pertemuan Dalam Perpisahan

2.4K 207 10
                                    

Playlist_song by :
Bolbbalgan4 - To My Youth

~ Selamat Membaca ~

🥀🥀🥀

Setangkai mawar hitam diletakkan tepat diatas gundukan tanah dan didepan batu nisan.

Arina Doceta,

Amora menatap datar pada gundukan tanah yang menyelimuti tubuh Arina didalamnya.

Kilasan balik memutar didalam otak Amora. Maki Arina, cerewet Arina, tawa Arina yang kencang, bicara Arina yang nyaring dan gerutuan Arina.

Semua berputar seperti kepingan film. Berbagai moment kebersamaan. Tangis pecah mereka di apartementnya. Semua berputar serentak.

Tidak menolak. Jiwa Revella menghangat setiap kali berada dimoment tersebut. Dirinya sejak lahir dan sampai detik dimana dia diseret masuk kedalam dunia berdarah ini. Revella tidak pernah tahu, jika berteman itu indah.

'sangat indah. Namun, terasa menyakitkan.' ucap Jiwa Revella dalam hati. Jauh dilubuk hati Amora.

Dirinya memang tidak tahu bagaimana cara berteman dengan baik dan benar. Tapi, Revella cukup merasa senang setiap kali dirinya menghabiskan waktu bersama.

Tidak menampik, Revella diselimuti rasa bersalah. Bahkan sampai akhir hidup Arina. Amora tidak mengatakan yang sejujurnya jika dirinya bukanlah Amora.

Tanpa sadar, Amora membiarkan segala kesalah pahaman itu terjadi. Dirinya tanpa tertahan ingin menikmati lebih lama hubungan tulus yang sesungguhnya.

~

"Mor, gue gak akan minta tolong. Karena gue pikir bakal terlambat." Ucap Arina gemetar tapi sebisa mungkin menekan rasa tersebut, agar tidak mencurigakan. Mencengkram erat ponsel ditelinganya.

"Arina, apa yang terjadi?" Tanya Amora mengernyitkan dahi tidak mengerti. Meraih gelas disamping nakas, meminumnya. Dirinya baru saja terbangun dari tidurnya akibat mimpi buruk tentang alur yang akan terjadi.

"Plisss. Mor, dengerin gue baik-baik. Jauhin Felix. Dia gak baik Mor." Alih-alih menjawab. Arina berucap setenang mungkin. Namun, matanya terus melirik kebelakang.

"Katakan lokasimu. Aku kesana sekarang." Sahut Amora datar, namun tidak memungkiri rasa cemas menyerbu benaknya. Bergegas meraih jaket kulitnya yang tersampir disandaran kursi rias. Beserta dompet dan juga kunci mobil.

"Percuma Mor. Gue bilang telat, dan jauh. Felix, dia monster Mor." Balas Arina cepat. Mulai melangkahkan kakinya yang telanjang dan luka penuh darah. Tidak memedulikan rasa sakit dan perih yang menyerangnya. Semakin mempercepat langkahnya.

"Aku tahu." Sahut Amora cepat. Memasuki lift turun yang ada diruang tamu. Memakai earphone ditelinganya. Membuka gps dari ponselnya tanpa memutuskan panggilan.

Mengernyit saat tahu, lokasi Arina ada dipinggiran kota. Bingung, kenapa Arina jam 2 pagi buta ada dipinggiran kota.

"Anna hamil. Dan, Felix ayah dari bayi Anna. Si jalang gak tau diri. Gue sayang sama lo. Demi apapun, maafin gue karena gak bisa nolongin lo. Gue harap, hal ini bisa jadi penebusan dosa gue ke elo. Lo, lo harus bahagia Mor. Demi gue. Inget, bersama selamanya. Bye Amora Anjing. Kesayangannya Arina cantik."
Ucap Arina panjang lebar. Tanpa sadar tersenyum hangat dan lembut diwajah cantiknya.

Bad Antagonis ✓ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang