2. PERJUANGAN LALA.***
"DIKTA! LO KENAPA GANTENG BANGET! KENAPA LO BIKIN HATI GUE DAG DIG DUG MELULU!" teriak Lala yang mengikuti langkah Dikta.
Cowok yang memegang buku paketan itu, hanya berjalan dengan tatapan fokus ke depan. Menulikan kedua telinganya, dengan sengaja, agar Lala bisa pergi dan menjauhinya. Namun, tenyata dia salah, bahkan Lala sudah mengikuti dirinya sampai di depan pintu perpustakaan sekolah.
Ketenangan Dikta sudah punah, dari 2 tahun yang lalu, di mana seseorang perempuan aneh mengejarnya, dan menyatakan cintanya dengan secara terang-terangan. Bahkan, Lala rela bertengkar dengan Gisel dan Sonia hanya karena Dikta. Bahkan, tidak ada kata takut, ketika bersaing dengan Sonia, yang jelas-jelas terkenal dengan kelakuannya, yang sebelas dua belas sama seperti Monster.
"HALO DIKTAA!"
"DIKTA, CALON SUAMI GUE!"
"DIKTAA GU-"
BRUGH!
"Ihh kenapa berenti mendadak, sih? Hidung gue sakit taukk, ntar nggak mancung lagi gimana dong?!" dengus Lala dengan kesal.
Dikta membalikkan badannya, lalu menatap Lala yang kini mengusap hidungnya yang memerah. Menatap Lala dengan sorot pandang dingin, membuat Lala tanpa takut, hanya tersenyum lebar kepada Dikta. Kini, perempuan itu benar-benar seperti orang gila, masa senyum-senyum di depan kulkas? Iya'kan.
"Ngapain Lo?"
"Panjat tebing! Ya ngikutin elo lah, kan udah gue bilang! Mau Lo pergi ke ujung Afrika Selatan pun, gue bakalan ngikutin Lo, DIKTAAA!" cerocos Lala, seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Oh."
"Lo cuek banget sih sama gue. Giliran sama mbak rumus aja baiknya udah kayak apa, giliran sama gue nge-gas mulu, cuek mulu!" gerutunya.
"Apa gue harus pinter dulu, supaya Lo ngehargain gue kayak mbak rumus? Tapi, dia pintarnya juga gara-gara belajar kok, kalau gue belajar gue juga pasti pintar!"
"Belajar atau nggak, Lo tetap bego!" ujar Dikta dingin, membuat Lala kini serasa tertohok.
Dikta kalau ngomong sama Lala, suka nggak disaring, jadi pengen nabok mukanya, tapi Lala sayang.
"Gabisa ya, bohong dikit aja gitu ngomongnya? Jujur banget Lo, kan gue jadi makin cinta sama Lo!" kekeh Lala, seraya senyam-senyum seperti orang idiot.
"Cewek bego!" batin Dikta. Lalu pergi meninggalkan Lala, yang kini masih menatap kepergian Dikta dengan agak ngeleg, lalu detik berikutnya ia tersadar dan kembali menyusul Dikta.
"Lo kenapa sih, suka banget lari-lari dari hadapan gue? Mendingan lo lari-lari di hati gue, biar ada manfaat aja," ucap Lala, seraya menyamakan jalannya dengan Dikta. Dirinya sedikit kewalahan, dengan langkah Dikta yang begitu lebar.
Lagi dan lagi, cowok itu hanya diam. Lala hanya mendengus sebal, lalu ia menoleh Dikta yang berada di sebelah dirinya saat ini. Melihat pahatan wajah Dikta, yang nyaris sempurna, namun kesempurnaan hanyalah milik Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIKTA
Teen FictionHALO SEMUANYA!! SELAMAT MEMBACA CERITA TENTANG PRADIKTA & LALA. Dia Pradikta Sastra Ajuar. Satu nama yang begitu meluas diberbagai sekolah, termasuk SMA Naswara. Siapa yang tak mengenalnya, Pradikta Sastra Ajuar, ketua geng motor dari Gavior. Memili...